Part 4

323 47 41
                                    

Maaf waktu itu aku sampai menerbitkan part 3 sampai 3 kali 🙏 soalnya aku lihat di wattpadku sendiri, part 3-nya nggak lengkap. Tapi ternyata, di wattpad orang lain lengkap :"v maapkeun :"v

*

Hong Bin tersentak kaget. Ia berjalan mundur, berusaha menjauhi cermin itu. Ia bahkan melemparkan benda apapun, yang ada dalam jangkauannya, ke arah cermin tersebut. Namun anehnya, bukannya pecah atau retak, benda-benda yang ia lempar malah menghilang ke dalam cermin tersebut.

Seolah-olah cermin itu menelan benda-benda yang ia lempar.

Lee Hong Bin ...

Hong Bin menutupi telinganya begitu suara si tudung hitam terdengar.

Sekarang waktunya aku bermain denganmu ...

"Enyahlah kau!" Hong Bin kembali melemparkan barang-barang, lebih banyak dan lebih beringas.

Gerakan Hong Bin terhenti tanpa ia sadari, saat ia sudah berhadapan dengan si tudung hitam. Langsung, tanpa terhalang cermin.

Si tudung hitam tersenyum melihat ekspresi kaget sekaligus ketakutan dari wajah Hong Bin.

"Akhirnya kita bertemu juga."

*

(Ravi's side)

"Hei, jangan berisik!" Ravi menutup layar laptopnya dan meneriaki dancer yang membuat keributan di hadapannya.

Para dancer itu saling berpandangan sebelum akhirnya menunduk. Suasana yang tadinya ramai dan berisik kembali tenang, menciptakan suasana favorit Ravi.

Namun, mood pemuda itu terlanjur buruk. Sehingga idenya tadi meluap begitu saja, menghilang entah ke mana. Ia pun memilih untuk pergi dari ruang latihannya dan memasuki studio yang kedap suara.

Ravi mendudukkan dirinya di sebuah kursi putar yang berbahan lembut. Ia menyandarkan kepalanya sembari memijat pelipisnya yang terasa nyeri.

Tiba-tiba saja ia ingin menelepon sahabatnya, Hong Bin. Namun, bukannya suara Hong Bin yang ia dengar. Namun suara operator.

'Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif ...'

"Ah, aku lupa!" Ravi melempar ponselnya ke arah sofa. Merutuki otaknya yang melupakan fakta kalau ponsel Hong Bin dirampok beberapa hari lalu dan si pemilik belum sempat membeli yang baru.

Aku punya firasat tidak enak, batinnya.

Akhirnya, Ravi bangkit dari duduknya dan mengemasi barang-barangnya. Dalam hitungan menit, ia sudah keluar dari tempat kerjanya. Ia langsung menaiki mobil merahnya tanpa memperdulikan seseorang yang menanyakan kepergiannya.

Ia dalam keadaan tidak peduli sekarang. Yang ada di pikirannya hanyalah firasat buruk tentang Hong Bin.

Tak butuh waktu yang lama, Ravi sudah sampai di gedung apartemen Hong Bin. Ia langsung berlari secepat kilat lewat tangga darurat, takut memakan waktu yang lebih lama kalau ia menggunakan lift.

"Ya, Hong Bin-ah!" Ravi berkali-kali mengetuk pintu apartemen Hong Bin. Namun, tak ada balasan. "Ya! Lee Hong Bin! Buka pintunya!" Ia kembali mengetuk pintu Hong Bin dengan kecepatan tinggi, bahkan seperti menggedor pintu itu.

Tetap tak ada respon. Ravi akhirnya memutuskan untuk masuk tanpa ijin dari Hong Bin. Untung saja sahabatnya itu pernah memberitahukan password pintunya. Kalau tidak, Ravi pasti sudah menerjang pintu itu sampai hancur.

"Ya! Lee Hong Bin!" Ravi berteriak dan kembali mendapat jawaban berupa kesunyian.

Ada yang tidak beres.

Mirror [VIXX - FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang