Part 3

434 54 66
                                    

Berhubung cerita ini adalah ff thriller, kemungkinan besar akan semakin banyak adegan kekerasan. Sehingga mulai part selanjutnya, aku tidak akan memberikan peringatan tiap awal part cerita. Siapkan saja golok buat authornya /eh :v/ canda. Jangan dibawa serius kalimat terakhirnya wkwk
Happy reading^^

**

"Hong Bin ...."

"Lee Hong Bin ...."

"Tolong ...."

Begitu Hong Bin membuka matanya, indera penglihatannya disuguhi pemandangan yang mengerikan. Seorang perempuan dengan satu bola mata menggantung berusaha meraih kaki pemuda itu sambil terus meminta tolong. Gerakannya tidak lambat, bahkan cepat seperti harimau mengejar mangsanya.

"Andwae!" Hong Bin berusaha bangkit dan berlari. Namun, sesaat kemudian ia terjembab karena kakinya terikat.

"Hong Bin ... Lee Hong Bin ...." Gerakan perempuan yang mengejar Hong Bin semakin pelan. Namun, Hong Bin tak bisa duduk tenang karena tubuh perempuan itu mendadak luruh.

Kulit perempuan itu mengelupas dan mengeluarkan darah di sana sini. Selang beberapa detik, bukan hanya kulit yang berjatuhan, tapi juga beberapa organ lain. Hong Bin melotot saat sebuah mata yang akan jatuh menatap ke arahnya dan menggelinding ke arah kakinya. Seolah-olah perempuan itu masih ingin meraih kaki Hong Bin.

Hong Bin berusaha menyelamatkan diri dengan melepas tali yang melingkar erat di kakinya. Sampai ia merasakan sebuah benda menghantam punggungnya.

"Ah!" Ia menjerit tertahan. Namun, ia tidak memperdulikan rasa sakit yang menusuk punggungnya itu dan terus berusaha membuka simpul tali di kakinya.

"Lee Hong Bin." Sebuah suara dari belakang membuat si pemilik nama menghentikan aktifitasnya.

Ia ingin menoleh, namun ia terlalu takut dan bingung dengan simpul talinya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengacuhkan panggilan itu dan pura-pura tidak mendengarnya.

"Lee. Hong. Bin." Suara itu kembali terdengar, bahkan kali ini lebih menekankan tiap silabel nama Hong Bin.

Pemuda itu menoleh dan matanya menangkap suatu obyek yang tak asing. Si tudung hitam. Ia membawa sebuah kapak berlumuran darah dengan kedua tangannya.

"Selamat tinggal." Dengan sebuah senyuman sinis, si tudung hitam mengayunkan kapak di tangannya ke arah Hong Bin.

"AH ...!"

*

Hong Bin terbangun dengan keringat dan rasa sakit yang menjalar hampir di seluruh tubuhnya. Dengan susah payah, ia bangkit dan berjalan ke kamarnya. Jalannya agak terseok-seok karena kakinya terasa sakit seperti diikat.

Mimpi yang terasa nyata sekali, gumam Hong Bin. Ia berusaha berjalan ke dapur dan mengambil segelas air.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu itu membuat Hong Bin mengubah arah jalannya. Dengan sisa tenaga yang ia punya, pemuda itu berusaha agar jalannya lebih cepat.

"Hm?" ucap Hong Bin beberapa menit setelah berjuang berjalan dan membuka pintu.

"Ya! Lama ... ya! Apa yang terjadi?" Ravi yang ada di depan pintu apartemen Hong Bin langsung menyerobot masuk begitu melihat lebam-lebam di wajah sahabatnya itu.

Hong Bin menggeleng, menolak memberi tahu sekaligus malas untuk berbicara karena wajahnya serasa remuk.

"Yah!" Hong Bin akhirnya buka suara --mengaduh-- karena Ravi mengepalkan tangannya ke arah lebam di tubuhnya.

Mirror [VIXX - FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang