Extra - The Reason Why

319 41 39
                                    

"Wesamchon, apa kau tahu asal mula kutukan cermin itu?" tanya Ravi.

Hong Bin tampak antusias mendengar pertanyaan Ravi. Ia pun menatap Tuan Pyo dengan tatapan penasaran, layaknya anak kecil yang penasaran dengan akhir dongeng sebelum tidur.

Tuan Pyo tersenyum tipis. "Apa kalian yakin? Biasanya orang-orang yang mengalami hal-hal yang mengerikan tidak mau berhubungan lagi dengan hal-hal tersebut."

"Ayolah, wesamchon." Sang Hyuk menyatukan kedua tangannya di depan dada dan ber-aegyo ria.

"Baik, baik," ucap Tuan Pyo sembari memberi gestur supaya Sang Hyuk dan Ravi duduk dengan tenang.

Hong Bin tertawa pelan. Kedua sahabatnya itu --setelah semua kesusahan yang mereka alami selama berada di dalam dunia cermin, Hong Bin boleh menyebut Sang Hyuk sahabatnya, bukan?-- tampak seperti anak kecil yang meminta untuk dibelikan mainan atau permen.

###

Seorang gadis ber-hanbok putih tulang tampak mematut dirinya di depan cermin. Setelah ia merasa dirinya sempurna, ia pun keluar rumah dan bersiap untuk mencari pekerjaan untuk dirinya sendiri.

Son Hae Ji namanya. Gadis itu bukanlah dari keluarga bangsawan. Malahan, ia berasal dari keluarga yang --bisa dibilang-- berkecukupan. Wajah? Bisa dibilang biasa-biasa saja. Namun, ia mensyukuri apa yang ia punya.

"Hei, jelek!" Seorang anak laki-laki tiba-tiba melemparkan sebongkah lumpur ke arah gadis itu. Membuat hanbok putihnya bernoda cokelat. Anak laki-laki itu pun tertawa bersama teman-temannya

Hae Ji tampak kesal, tapi ia tak menghiraukan cemoohan anak-anak nakal itu. Toh, ia punya prinsip bahwa setiap perempuan memiliki pesonanya masing-masing.

"Oh, lihat dia! Wajahnya!" Anak-anak nakal itu menunjuk-nunjuk ke arah Hae Ji dan tertawa begitu keras tanpa memperdulikan sekitar mereka.

"Ada apa dengan wajahku? Wajahku baik-baik saja!" Hae Ji akhirnya buka suara.

Plok!

Saat itu pula, sebuah bola lumpur mendarat di wajah Hae Ji. Rupanya, mereka memang sengaja memancing gadis itu agar ia menoleh. Akibatnya, seluruh permukaan wajahnya dipenuhi lumpur --eh?

Ada bau tidak sedap yang menguar dari lumpur itu. Dan setelah diperhatikan lebih baik, rupanya lumpur itu dicampur dengan kotoran hewan.

"Kau harus menggunakan itu supaya jadi cantik." Anak-anak nakal itu pun pergi sembari membicarakan Hae Ji dan menertawakan gadis itu.

Hae Ji geram. Ia pun berbalik pulang ke rumah untuk membersihkan dirinya. Peduli apa dengan anak-anak nakal itu? Ia kini harus segera pulang sebelum seluruh kota membicarakannya.

*

Hari berikutnya, Hae Ji bersiap-siap lagi untuk mencari pekerjaan. Ia memilih untuk melewati jalur lain agar kejadian seperti kemarin tidak terulang lagi.

Rupanya dewi keberuntungan memihak gadis itu. Ia pun sampai di pasar tanpa halangan yang berarti.

Namun, rintangannya tak hanya sampai di situ. Ia harus berkeliling pasar dan menanyakan kepada setiap pemilik dagangan, apakah mereka membutuhkan pekerja atau tidak.

Beberapa pedagang menolak tawaran bantuan gadis itu. Ada yang beralasan kalau mereka membutuhkan pemuda yang kuat untuk mengangkat barang-barang yang berat. Hae Ji memaklumi itu, lagipula ia tentu tidak akan kuat kalau selalu diminta untuk mengangkat karung beras.

Yang lainnya menolak gadis itu karena alasan yang sangat tidak masuk akal: kecantikan. Ya, gadis itu dianggap tidak memenuhi standar keantikan untuk menjadi pekerja di tempat mereka.

Mirror [VIXX - FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang