Dengan nafas memburu Rizky masuk kedalam mobil, menyetir dengan kecepatan tinggi, tak peduli dengan rambu2 lalu lintas yg beberapa kali dilanggarnya.
Ia sibuk mengutuki dirinya sendiri, kenapa ia tak ada saat Anisa membutuhkannya??
Perkiraan dokter ternyata tak sepenuhnya benar...
Anisa mengalami kontraksi seminggu sebelum tanggal yg diperkirakan.
Rizky benar2 panik dan tak bisa tenang.Berkali2 Anisa menarik nafas dalam2 dan membuangnya secara teratur sesuai perintah dokter yg membantunya bersalin, namun tak ada kemajuan..
Anisa masih mencoba untuk berusaha tetap tenang, walau keringat mengucur deras membasahi seluruh tubuhnya.Anisa tak henti berdoa dalam hatinya, berharap Rizky akan segera datang menemaninya..
"suami saya belum datang juga ya dok??"
Tanya'nya sambil meringis membuat dokter itu hanya bisa mengangkat bahunya.
"saya tidak tau bu, kalo sudah datang tentu dia akan segera kesini.. ibu sabar ya, kita coba melanjutkan persalinannya tanpa suami ibu.."
Anisa benar2 pasrah, airmata mengalir dari ujung matanya..
Ia sangat berharap Rizky ada disampingnya, menggenggam tangannya untuk sekedar memberi kekuatan, kekuatan yg sangat ia butuhkan untuk bertahan melawan kesakitannya."aargghh...!!!"
Teriak Anisa menahan rasa sakit yg beradu dengan mules diperutnya."ia bu.. baguss tarik nafas.. buang.. tarik nafas lagi.. buang pelan2.. iya bagus bu.. terus tarik nafas..."
Terdengar suara dokter masih terus memberi arahan pada Anisa, namun bayinya masih belum menunjukkan seujung rambutnya pun.
Bayi2 diperutnya seakan malas untuk keluar, kedua nyawa itu seolah sedang menunggu seseorang, seseorang yg membuat mereka iklas untuk muncul didepan dunia."arrghhh.. hosh..hoshh..!!"
Nafas Anisa begitu tersengal2, ia seakan ingin putus asa, tubuhnya mulai melemah, tenaganya sudah habis terkuras untuk sebuah teriakan2 yg mewakili rasa sakitnya.Anisa benar2 merasa sudah kehilangan semangatnya, bulir2 bening semakin deras membasahi mata hingga mengalir ke telinganya.
Kemana Celia??
Apa adiknya itu benar2 tak bisa menghubungi siapa2??
Anisa merasa hatinya berdenyut2, sakittt..
Ia seolah tak punya siapa2, ia bahkan tak tau sampai kapan ia akan bertahan..
Sakit dihatinya seakan mengalahkan rasa mules diperutnya..Kini Anisa benar2 mulai tak kuat lagi, perlahan matanya terpejam, tak ada suara teriakan lagi dari bibirnya yg mulai terlihat pucat.
"dok,, ibunya mulai melemah dok!!"
Ujar seorang suster yg membantu persalinan Anisa, membuat dokter itu mulai panik."ibu... bertahan bu.. ayo buka matanya..!"
Dokter itu menepuk2 pipi Anisa pelan, Anisa mendengarnya..
Ingin sekali ia membuka matanya dan melanjutkan perjuangannya, namun matanya seolah enggan untuk terbuka."Tuhan.. kasihanilah aku, bantu aku..."
Bisik Anisa diiringi cairan bening yg tak henti mengalir ke pipi sampingnya."brakkhhh..!!!"
"ibu Anisa kan dok?!"
Terdengar suara pintu yg terbuka paksa diiringi pertanyaan singkat yg membuat hati Anisa bergemuruh hebat.
Suara itu.. suara itu yg dari tadi diharapkannya..Tanpa harus membuka mata ia sudah bisa merasakan tangan hangat yg menggenggam jemarinya, satu tangan lagi mengusap2 lembut kepalanya, menyeka keringatnya yg bercucuran.
"bertahan sayang.. aku ada disini..! km pasti bisa ayoo buka mata km..!"
Bisik Rizky dengan bibir yg menempel ditelinga Anisa.
Seketika Anisa teringat akan nasib bayinya, bayi yg berhak keluar dari perutnya.
Kalau ia tak bertahan ia akan menjadi seorang ibu yg jahat, ibu yg gampang menyerah.Tanpa membuka mata teriakan Anisa pun akhirnya terdengar lagi, membuat seisi ruangan itu sedikit tersenyum lega.
"Tuhan... tolong bantu istriku.. aku mohonn!!"
Ucap Rizky berbisik pada angin, seakan Tuhan terasa ada disampingnya, mendengar keluh kesah dan jeritan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pasti Bertemu 2
Lãng mạnAkhirnya aku menemukannya.. Akhirnya aku memilikinya.. Satu hari.. Dua hari.. Hingga bertahun-tahun bersama Kebahagiaan itu sudah kuraih Kebahagiaan itu sudah kurasakan Indahnya membina keluarga kecil bersamamu. Manisnya Cinta yang selalu mewar...