chapter 6

74 8 0
                                    

Terik matahari menyelinap dari balik jendela kamar fani. Cewe itu terbangun dengan keadaan berantakan setelah semalaman ia mencoba menghubungi alvin namun hasilnya nihil. Line di blok, telepon gak diangkat. Mau dikata apa?

Sesampainya disekolah ia mengacuhkan ucapan mila yang sedari tadi bicara disampingnya. "Fan lu kenapa sih?" Tanya mila yang menyerah setelah berbicara banyak namun tidak ditanggapi oleh sahabatnya itu

Fani hanya bisa menggeleng dan menjatuhkan kepalanya diatas meja. Menatap ponselnya berharap alvin menelponnya balik. Ada apa ini? Kenapa fani merasa ada yang hilang saat alvin tidak ada kabar sama sekali? Seminggu belakangan ini alvin mampu menggantikan posisi clement sebagai prioritas dihari harinya. Seharusnya ia merasa senang karna ponselnya telah kembali dan ia bisa menjadikan clement sebagai prioritasnya lagi. namun kenapa setelah ia pergi fani sama sekali tidak merasa senang?

Fani hanya bisa menghembuskan nafas panjang dan memejamkan matanya. Namun ponselnya berdering. ia bergegas melihat ponselnya itu berharap alvin yang ada di notifikasinya

Namun layar ponsel fani malah memunculkan nama clement yang entah mengapa membuatnya kesal. Ada 50 chats dari clement sejak satu minggu lalu belum ia buka hingga sekarang. Merasa belum menemukan moodnya, fani meletakan ponselnya dan kembali memejamkan mata

Bel pun berbunyi tanda masuk. Jam pertama di isi oleh bu silvi. Guru bahasa jerman yang dibenci anak anak dikelas fani. Bagaimana tidak dibenci kalau mengajar full dengan bahasa jerman? Iya, semua murid tau kalo dia guru bahasa jerman. Tapi please deh ini indonesia bukan jerman. Mening bu silvi ngajar aja di jerman biar muridnya pada ngerti

Setelah menghabiskan 2 jam pelajaran bu silvi yang membuat satu kelas kena migran dan siap untuk muntah berjamaah, kini pelajaran berganti menjadi pelajaran pak tantowi. Iya tantowi. Guru mtk yang siap meretakan kepala murid kelas ini.

Jam istirahat pun tiba disusul dengan bel pulang setelah 2 pelajaran lainnya. Kini fani berjalan menuju loker tanpa menghiraukan mila yang berjalan disampingnya

"Fan cerita dong lu kenapa" ucap mila pelan saat mereka sampai diloker dan belum ada satu orang pun disana

Fani yang terlihat lemas hanya bisa menatap mila penuh arti lalu selang berapa detik ia langsung memeluk sahabatnya itu dan menangis. "Alvin marah sama gue" ucapnya disela sela tangisannya

Mila yang bingung mencoba menenangkan sahabatnya dan menyuruhnya untuk duduk. "Marah? Marah kenapa?" Sahut mila khawatir

Fani pun melepas pelukannya. Masih dalam keadaan menangis ia mencoba mengatur nafas dan mengusap air matanya lalu ia menceritakan kejadian kemarin kepada mila serta dirinya yang terbangun hingga tengah malam hanya untuk mencoba menghubungi alvin

Mila mendengarkan dengan seksama sambil mengusap rambut sahabatnya itu. "Fanii. Lu seharusnya gak boleh paksa alvin. Gasemua masalah orang bisa di share. Dan gue tau maksud lu baik mau bantu dia. Tapi ya gimana" balas mila

Fani tau kalau semua orang pasti akan berbicara hal yang sama seperti apa yang ayahnya ucapkan semalam tapi rasanya ia benar benar ingin tau masalah yang sedang dihadapi alvin. Ia hanya ingin melakukan apa yang sudah alvin lakukan kepadanya. Bagaimana pun alvin sudah membantunya seminggu keblakang atau bisa jadi fani benar benar peduli kepada alvin.

Fani akhirnya menghapus air matanya dan beralih mengganti pakaian dan langsung menuju lapangan volley. Minggu ini adalah minggu terakhir latihan sebelum turnamen dilaksanakan. Pak budiwin semakin gencar memberikan wejangan panjang dan sebetulnya tidak berguna itu

Walk Me OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang