Part 4

12 0 0
                                    


Kalau aku bisa, aku akan menjadi kabut pagi yang menyambut harinya.

Jarum jam telah menunjuk pada angka 10.10 WIB. Tapi lelaki dengan wajah oval dan kumis tipis itu belum bisa memejamkan matanya. Sudah dua malam ini wajah gadis bersuara lembut itu muncul. Membayang dalam ingatannya. Berulang kali dia mendengar tante Sofi memuji tentang kecantikan dan kesantunannya. "Kalau tante ada anak laki-laki pasti tante sudah jodohkan dengannya." Celotehnya disertai candaan dengan Nada. Bahkan, Hakim yang nakal dan malasnya super bisa duduk anteng untuk belajar mengaji padanya. Apalagi adiknya Nada tanpa sengaja telah bercerita banyak hal tentang gadis berjilbab lebar itu.

"Ternyata yang jadi guru mengajinya Hakim itu kakak angkatanku di kampus kak." Nada bercerita tanpa diminta. Lutfi hanya terdiam.

"Kakak tahu? Kak Zahro itu bintang fakultas luw. Dia hebat. Aku sendiri kagum padanya. Bahasa arab dan Bahasa inggrisnya jago. Tahun ini dia terpilih menjadi ketua ICIS di kampus." Nada melanjutkan cerita dengan semangatnya.

"Apa?" Lutfi kaget mendengar perkataan Nada. "ISIS? Kamu serius Nad? Tapi wajah dan penampilannya tidak terlihat seperti teroris?"

"Ye.. Bukan I-S-I-S tapi I-C-I-S Institute Of Culture And Islamic Studies. Nada juga ikut organisasi itu kak." Nada menjawab dengan mulut monyong, dia mengeja alphabet seperti anak kecil. Lutfi yang melihatnya tertawa ngakak. Pengucapan keduanya memang terdengar hampir serupa.

Lutfi semakin penasaran dengan gadis bernama Zahro itu. Gadis yang mendapatkan segudang pujian dan kekaguman dari tante dan adiknya. Jangan salah, tante Sofi dan adiknya itu termasuk dua orang yang memiliki level tinggi dalam menilai seseorang. Sangat jarang tante Sofi memuji kecantikan seseorang, kalau sudah dipujinya berarti benar-benar memiliki sesuatu yang istimewa.

***

Bidadari - kau bukan untukku! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang