Namaku Mikasa Ackerman. Waktu itu aku berumur lima tahun. Saat itu aku tinggal bersama ayah dan ibuku di kaki gunung. Rumah kami bisa dibilang kecil, tetapi rumah kami sangat hangat oleh suasana yang harmonis.
"Ibu, bagaimana jahitanku? Apakah bagus? Perlukah aku mengulanginya?" Tanyaku sambil menunjukan sulaman di sebuah kain perca kecil pada ibuku.
"Ini indah Mikasa! Jika kau mempunyai anak, ajarkan ini pada anakmu!" Ujar ibuku sambil tersenyum bangga.
"Tapi bu, bagaimana ibu mempunyai anak?" Tanyaku polos.
"Tanyakan itu pada ayahmu Mikasa," jawabnya santai sambil mengelus kepalaku lembut.
Aku pun menghampiri ayah yang sedang membaca koran.
"Ayah, bagaimana caranya ada bayi?" Tanyaku."Tanyakan saja pada dokter Jaeger. Ia akan kesini, lalu tanyakanlah," jawabnya kebingungan. Ibuku hanya tertawa.
Pintu rumahku diketuk seseorang. Ayahku lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya.
"Ah dokter Jaeger.. selamat data..." perkataan ayahku terputus karena ditikam seseorang dari luar. Sontak, kami langsung kaget. Ibuku langsung mengambil gunting dan berusaha menghalaunya.
"Mikasa, cepat lari! Selamatkan dirimu!" Ibuku berteriak kepadaku. Namun, aku sepertinya terlalu shock sampai tidak mendengar ibuku.
"A..Ayah..." aku masih tidak percaya dengan apa yang kulihat. Ayahku berceceran darah.
"Mikasa!" Ibuku berteriak sekali lagi. Namun naas, lehernya keburu dibacok dengan kapak oleh salah satu dari mereka.
"I..Ibu?!" Aku semakin kaget. Mereka lalu berjalan menghampiriku.
"Hei, ikut dengan kami!" Salah satu dari mereka menarikku paksa. Mau tidak mau aku ikut.
************
"Eren, ingat dengan gadis yang kemarin kita bertemu dengannya di rumah tuan Ackerman?" Tanya seorang dokter.
"Iya Ayah. Aku tentu mengingatnya." Jawab anak bernama Eren tersebut cuek.
"Jaga sikapmu. Ingat, karena sifatmu, kau hampir tidak mempunyai teman." Kata sang Ayah. Lalu ia mulai mengetuk pintu.
"Permisi, tuan Ackerman? Tuan?" Ia lalu menekan engsel pintu.
"Tidak dikunci." Ia lalu membuka pintu dan betapa kagetnya mereka. Mereka melihat dua jasad yang berlumuran darah. Mereka lagu segera masuk.
"Mereka sudah mati." Grisha Jaeger alias dokter itu baru saja mengecek denyut nadi keduanya. Ia lalu segera bangkit.
"Eren, tunggu disini. Aku akan memanggil polisi militer." Ia lalu pergi meninggalkan Eren.
"Gadis itu... aku harus menyelamatkannya!" Ia segera mengambil pisau dapur dan berlari ke arah hutan.
********
Aku membuka mataku. Dingin, itulah kata yang terucap pertama kali. Dimanakah aku? Pikirku. Aku mencoba menggerakkan tubuhku. Dan sialnya, aku terikat. Salah satu dari mereka mendekatiku.
"Heh, dia masih terlalu kecil. Tapi tidak apa apa. Dia masih bisa diberikan kepada orang orang mesum di dinding Sina." Ia lalu meninggalkan ku dan kembali meminum arak.Terdengar suara ketukan pintu. Aku hanya menggigil kedinginan. Salah satu dari mereka yang merokok lalu membuka pintu.
"Hei anak kecil! Mau apa kau kesini?!" Hardiknya. Anak kecil? Pikirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tired!
RomanceAku ditolong olehnya saat masih kecil. Aku tinggal bersamanya. Aku berhutang budi sekaligus nyawa padamu. Tapi kenapa kau begitu kasar padaku. Aku lelah dengan semua perlakuan kasarmu! Dibuat berdasarkan rasa kasihan saya pada Mikasa. Dan nge ship E...