**Jean's Visuall**
Jean's POV
"Aku pulang!" Teriakku sambil membuka pintu rumahku secara kasar. Atau lebih tepat disebut mendobraknya.
Dan Boo!
Tidak ada seorang pun di runah. Kemana perginya para benda yang dapat bernafas dan membuang kotoran itu. Seharusnya mereka ada di sini -di ruang keluarga- dan membuat keributan entah apapu itu. Tapi yang aku dapati hanyalah, sebuah ruangan kosong dengan kabinet-kabinet dari kayu yang terkunci rapat serta karpet dan sofa yang masih rapi. Sepertinya sejak pagi tidak se-makhluk-pun menjejakan kakinya disini.
"Yuhhuu~" Aku berteriak sekali lagi, "Aku pulang!"
1...
2...
3...
Hasilnya masih...
Nihil...
Oke baiklah! Aku ada di gubug ini sendirian.
Kedua runguku yang aku rasa masih dapat berfungsi dengan baik, mendengar suara cekikikan dari luar. Cekikikan itu berasal dari satu --uhm lebih dari satu orang anak. Dan sepertinya mereka sedang bermain.
Cepat-cepat aku berlari keluar rumah untuk mencari tahu apa yang terjadi di luar sana. Derap langkahku yang terbilang cepat dan tidak beraturan itu menuntunku untuk segera keluar rumah.
Sesampainya di ambang pintu, aku mendapati Leah, Marco, dan beberapa anak lainnya sedang bermain sepatu roda di jalan depan rumahku. Rupanya mereka sedang bersenang-senang.
Bisa-bisanya aku tidak melihat mereka tadi! Bodoh sekali~
Tepat saat aku melemparkan pandanganku lebih luas lagi, aku melihat Marco sedang bermain dengan sepatu rodanya yang bewarna biru navy. Dia melaju dengan roda-roda yang terus berputar itu cepat sekali menuju depan rumahnya dari arah sebalikanya.
Entah mengapa aku menyukai pemandangan ini. Melihat rambut lurus kecokelatan Marco tertiup angin dan tatapan matanya yang dengan lurus dan tajam menatap jalannya. Dia terlihat lebih dewasa bila seperti itu.
How cute?!
"Oh my God!" Aku terkejut ketika tiba-tiba dia berhenti dan mengarahkan pandangannya padaku. Tak hanya itu, dia juga tersenyum dan melambaikan tangannya hingga membuat semuanya melihatku.
Aku tidak mau salah tingkah di depan para anak dibawah umur itu. Jadi cepat-cepat aku memutar arahku dan masuk ke dalam rumah. Aku harus melakukan ritualku, mencuci wajah, mengisi daya handphoneku, dan tidur.
Sebentar saja tidur aku mulai ragu dengan penampilanku. Akupun bangkit dari tidurku berjalan menuju kaca yang tertempel di dinding dekat kaca jendelaku. Aku mencari gaya yang tepat dengan tubuhku ini. Beribua gaya yang aku pakai tidak membuatku merasa percaya diri dan aku masih merasa diriku ini benar-benar buruk rupa. Oh Tuhan aku frustasi!
----
Marco's POV
Bermain sepatu roda adalah hobiku. Walaupun sebenarnya hobiku adalah berolahraga. Dan sepatu roda adalah cabag olahraga yang paling aku gemari.
Sewaktu pulang bersama dengan Kian, dan Leah tadi aku sempat menanyakan apakah dia suka bermain sepatu roda. Dia menjawab suka bahkan sangat suka. Jadi aku meminta dia mengumpulkan teman-temannya untuk bermain sepatu roda bersama. Kebetulan jalan di depan rumah baruku ini lebar dan mulus. Sangat cocok untuk bersepatu roda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridiculous Love
Teen FictionJean gadis berusia 17 tahun terjebak dalam susuatu cinta yang gila sekaligus membingungkan. Dia menyukai dan mengagumi teman sebayanya, Caspian. Untuk mendapatkan simpatinya Jean dibantu Marco, tetangga barunya yang berusia 3 tahun lebih muda dariny...