Delapan

609 7 1
                                    

"Bu Rena"
Dia menengok dan ekspresi yang terlihat sedih seketika berubah menjadi senyum yang lebar. Lalu dia memeluku.
"Allysa, kamu dari mana saja? Kok telat !" Tanyanya cemas
"Aku tadi kesiangan, bu". Jawabku
"Sekali lagi panggilan kepada siswa peserta olimpiade dari SMA 56 Jakarta Selatan, dimohon untuk datang ke area secepatnya" .
Aku langsung bergegas untuk memasuki area itu.
****

Terlihat bu Rena sedari tadi cemas, karena terlihat dari raut wajahnya. ketika ia melihat aku berjalan hendak kearahnya, ia langsung berkata

"Allysa, gimana tadi olimpiadenya?"
'Deg' jujur tadi olimpiadenya sulit, karena itu aku ada yang tidak diisi nomornya dan aku hanya bisa pasrah.
"lumayan sulit, bu tadi ada beberapa nomor yangs tidak Allysa isi". Jawabku.
"Yasudah tak apa apa yang penting kamu sudah mengikutinya," Kata bu Rena.
Aku mendapatkan sebuah telefon dari tante Mira.
" Apa Tan? Suami Tante meninggal?," kataku dengan nada yang keras.
Aku mendengar tante Mira sedang menangis di sebrang sana.
"Iya tan, nanti setelah acara ini telah selesai aku akan kesana," Ujarku.
Lalu bu Rena menanyakan prihal mengapa aku telat, tetapi aku menjawabnya dengan penuh tegang, tak mungkin kan aku menjawab bila aku telat karena sampai pagi aku tidur bersama lelaki hidung belang itu, itu sungguh memalukan dan aku tak akan membuka aib ku sendiri, aku takut bu Rena curiga. Disaat aku memikirkan apa yang akan kubicarakan.
"Allysa! Mengapa kamu diam saja? Tadi kamu habis dari mana, mengapa telat? Ibu sudah khawatir,".
"Hmm ta...di..aku kesiangan bu bangun nya jadi aku telat ditambah om aku meninggal, bu". Jawabku
" oh..kamu berdoa saja yah Allysa! Semoga Tuhan memberikan kemenangan itu kepada kamu!". Kata bu Rena.
"Iya bu pasti".
****
Tante Mira POV
" Dokter gimana suami saya dok?"
Dokter geleng geleng kepala
Aku menangis tak karuan, suami yang sebenarnya masih aku sangat cintai dan sayangi kini terbaring lemah tak berdaya, ini kali ku melihat dia setelah 2 tahun tak bertemu.
Aku memasuki ruangan itu, ku tatapi wajah suamiku yang pucat.
"Mas, ini aku Mira aku datang mas, aku sangat cinta dan sayang banget sama kamu". Lirihku sembari menghapus air mata yang turun dari mataku.
*FLASBACK
"MIRAA!!!"
Panggilnya sambil menggedor pintu rumahku disaat aku sedang memasak air didapur.
Kulihat pria paruh baya memakai jas kantor memakai dasi dengan rambut botak di dekat dahi.
"Mira kamu lama amat bukain pintunya!!" Katanya yang amat kasar dengan menyingkirkan tubuhku.
Aku diam, aku mencopotkan sepatu yang ia kenakan.
"Bagaimana mas pekerjaan kamu?" Tanyaku membuka obrolan.
" Alhamdulillah Mira baik" Jawabnya
"Mas mengapa tadi teriak teriak?" Tanyaku penasaran
"Hm tidak ada apa apa cuma lagi pengen ngagetin istri ku aja yang cantik ini". Godanya
Aku tersenyum simpul
"Mira, Reva mana? Kok dari tadi gakeliatan?"ujarnya dengan raut wajah khawatir.
"Dia ada kok dikamar, tapi akhir akhir ini aku lihat dia kayaknya jadi sering menyendiri gitu mas, dan juga kalo dia keluar kamar, matanya sembab,". Jelasku
Lalu tanpa aba-aba mas Liam pergi ke kamar Reva tanpa mengetuk pintu, aku pun membuntutinya.
" Reva kamu kenapa nangis?" Ujarnya
Dan sahutan suara itu membuat Reva kaget, dan menghapus air matanya dengan sarung bantalnya.
"ga kenapa napa kok pah, ini lagi pilek sama batuk aja jadi gini,". Jawabnya dengan sedikit senyuman.
Aku tidak yakin jika Reva benar-benar pilek, apa yang sebenarnya ia pikirkan?
" kamu ga boong kan sayang,". Kata mas Liam.
"Engga kok pah" Jawabnya dengan nada serak.
Aku merasakan keindahan yang luar biasa aku memiliki suami yang amat sayang padaku, dan seorang anak yang amat cantik dan penurut.
***
"Juara 3 dari SMA 1 Jakarta"
Aku bertepuk tangan dengan raut muka yang amat gelisah dengan keringat dingin. 'Sudahlah ini tidak mungkin aku menang, peluangku hanya juara 3' batinku.
"Juara 2 SMA Tunas Bangsa"
Aku sudah amat tegang dan ternyata juara 2 aku tak dapat, kulurik bu Rena yang berada disampingku dan ternyata ia juga meliriku. Aku sudah pasrah.
"Juara 1 SMA Lima Puluh"
Hatiku bergembira karena awal yang orang itu sebutkan lima puluh, dan SMAku 56 aku sudah senyum senyum gajelas.
"Juara 1 adalah dari SMA 51 Jakarta, selamat kepada SMA 51 "
Senyum yang awalnya menghiasi bibir tipisku ini seketika menjadi sirna, tak terasa aku mengeluarkan air mata, dan aku berusaha untuk tenang.
"Sudah Allysa, tidak apa apa kamu tidak masuk 3 besar, yang penting kamu suda berusaha.". Kata bu Rena menguatkanku
"Iya, bu,".
Aku menahan tangis, sedari tempat olimpiade itu, Aku langsung pergi, tak biasanya kali ini aku menggunakan taxi, yang harganya jauh lebih mahal, karena biasanya, aku menggunakan bajaj atau angkutan umum.
Ketika sampai rumah, kulihat rumahku yang sungguh berantakan barang barang pada terlempar. Ketika itu aku teringat mamah. Ku langkahkan kaki menuju gudang dibelakang rumahku itu, dan ternyata mamah tidak ada! Aku mencarinya du seisi rumah dan setiap ruangan tapi tetap saja aku tidak melihat mamah.
Ku cari mamah keluar rumah sampai ku cari ke tetangga tetanggaku dan aku menanyakan prihal mamah, siapa tau mereka melihat mamah, tapi ternyata tak ada satu pun dari mereka yang mengetahui keberadaan mamah, aku melaju ke jalan raya ku lirik lirik ke seisi jalan, tetapi benar saja mamah tidak ada. Kekhawatiranku menjadi jadi, karena mamah lagi tidak normal otaknya, aku takut mamah kenapa-napa. Tetapi karena hari sudah hampir maghrib, aku segera pulang ke rumah.
****
Pagi yang sangat dingin, aku berpikir awalnya jika waktu semalam aku tertidur, ketika bangun bebanku akan hilang semua? Ternyata tidak.
Ku lihat ponsel yang kuletakan di meja belajarku, terdapat panggilan tidak terjawab dari tante Mira, dan sekarang aku baru ingat jika tante Mira memintaku untuk pergi ke rumah sakit karena suaminya meninggal. Aku tidak menemaniny disana, amatlah aku sangat menyesal. Laluku telpon nomor tante Mira.
"Hallo Assalammualaikum tante" ujarku
"Wa'alaikum salam Allysa, mengapa kamu tidak datang kemarin!!". Katanya
"Maaf tante aku lupa, sepulang dari lomba olimpiade, aku mencari mamah karena mamah pergi tak tau kemana,". Jelasku.
"Astaghfirullah, kok bisa ? Oh iya Allysa tante mau kasih tau jika suami Tante kembali hidup!!" Katanya yang tentu saja membuatku lega.
" syukurlah tante aku sangat senang". Ujarku.
"Allysa, tante sedari sini akan kembali lagi ke desa, kamu jaga diri baik baik yah, kamu cari mamah kamu, dan kamu jaga dia". Pesannya.
*****
Bel istirahat berbunyi, aku, Ledia dan Gisel seperti biasa ke kantin bersama, dan ku lihat ada Rio yang sedang memesan mie ayam disana, tetapi aku kaget jika ia lalu menempati tempat duduk disampingku ini.
"Gue boleh gabung disini kan?" Tanyanya
"Boleh". Jawab Gisel
Kami bertiga diam, tak biasanya kami diam seperti ini, biasanya kami suka bercerita cerita bahkan selagi makan kami tertawa sampai sampai makanan yang ku makan keluar kembali.
"Eh btw lo cowo nama lo siapa?,". Kata Ledia membuka percakapan.
"Nama gue Rio". Jawabnya singkat tanpa melihat ke orang yang sedang mengajak nya berbicara, tapi tatapan nya masih dan tetap ke mie ayamnya itu.
"Hello siapa tadi nama lo Rio yah kalo ada orang ngajak ngomong jangan liatin mie, emang nya mie ayam lo itu yang ngajak ngomong,". Protes Ledia yang mulutnya benar benar cablak.
Dia akhirnya melihat ke arah Kami bertiga, dan kali ini tatapan nya dengan tatapan yang mungkin menyeramkan.
"Maaf yah kalian, bukannya saya gamau natap kalian, tapi saya gaberani natap cewe yang bukan mukhrimnya, karena natap nya dengan lekat saja sudah termasuk zina mata,". Jelasnya.
'Deg'.
Dalam hatiku aku berkata, dia orang emang nyindiri aku atau apa, jika dia nyindir aku berarti dia sudah tau siapa aku sebenarnya, tapi itu gamungkin, tetapi mungkin saja karena Rio yang sedang makan satu meja bersamaku mirip sekali dengan Satrio, tapi jika dia Satrio akankah dia berkata seperti itu? Apakah Satrio sealim dan segitunya dengan agama? Karena jika Rio yang disampingku ini dia yang berkata jika menatap saja sudah zina mata, sedangkan Satrio? Iya sudah melakukan 'itu' yang bukan mukhrimnya. Sama sepertiku.
Mendegar perkataan itu aku terdesak ketoprak yang sedangku lahap ini.
"Nyonya Detania you kenapa sih jadi keselek gitu,". Ujar Ledia
"Ga kenapa napa sih Led, cuma gue denger si Rio ngomong kek gitu jadi salut aja gitu sama cowo yang bener bener jaga pandangan nya dari kaum hawa yang bukan mukhrimnya,". Kataku
Rio tersenyum miring, lalu dia berkata.
" Eh kok lo manggilnya Detania? Bukan nya dia Allysa?" Tanyanya kebingungan
"Jadi gini loh, Allysa itu nama panjangnya Allysa Detania". Jawab Gisel
"Oh gitu, gue pernah denger nama Detania Detania gitu tapi ya beda jauh lah orangnya tampangnya sama Allysa kalo menurut gue". Jelasnya.
Rio pernah denger nama aku yang Detania? Dia bilang beda jauh tampang nya? Apa dia emang Satrio, ya aku Allysa sama namaku yang Detania memang jauh beda prilakunya dan tampangnya. Tapi sudahlah aku harus membawa situasi saat ini aku harus terlihat tenang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang