Aku terbangun dengan rambut yang cukup basah karena keringat yang menemaniku bermimpi semalaman. Bisa kurasakan jantungku berdegup kencang, sedikit di luar batas normal dan bayangan-bayangan seram dalam mimpiku masih terpatri dalam benakku.
Mimpi itu, lagi.
Kini ganti telingaku yang menegang menangkap sayup-sayup suara orang berdebat di luar kamarku. Siapa yang berdebat sebelum jam 6 pagi begini? Kuputuskan untuk mengendap-endap keluar dari kamar dan memeriksa apa yang terjadi.
Begitu aku membuka pintu kamarku, aku terkejut bukan main. Sesosok wanita berpakaian putih seolah menungguku di depan kamar dan tersenyum tipis saat menyadari kehadiranku.
"Pagi, Elle." Sapa wanita itu.
"Mama! Bikin kaget aja sih?!" protesku pada wanita yang ternyata tak lain dan tak bukan adalah Mamaku.
"He-he-he, kok kamu tumben udah bangun?"
Aku mengangkat sebelah alisku, "Tumben? Biasanya Elle kan bangun lebih awal dari ini." Oh, aku baru menyadari kalau diriku sedikit kesiangan. Rasa heranku semakin bertambah ketika menyadari kalau alarm pagiku tak berbunyi sama sekali.
"Oh, iya ya? Mama lupa."
"Hmm, Mama nyembunyiin sesuatu, ya?"
Kini Mama mulai terlihat kikuk. "Nyembunyiin apa? Ga ada tuh."
"Tadi aku denger orang berisik, Ma. Mama ga denger?"
"Engga, tuh. Mama baru aja bangun trus tiba-tiba kamu keluar pas Mama mau ke dapur."
"Mama baru bangun?" tanyaku makin sangsi yang dibalas dengan anggukan Mama. "Kok aneh, sih? Tumben banget Mama kesiangan."
"Yaaa, Mama kan juga manusia yang bisa kesiangan."
Sayangnya, semakin kudesak Mama justru semakin menghindar. Ya sudahlah, mungkin Mama ada urusan pribadi dengan Papa jadi kuputuskan untuk pamit kembali ke dalam kamar dan segera bersiap diri ke kampus.
Saat aku berbalik dan hendak menutup pintu kamar, sebuah suara keras memekakkan telinga sekaligus mengejutkanku. Sontak aku menutup telinga dan berbalik untuk melihat apa yang terjadi. Emosiku yang meluap pasti keluar kalau pemandangan di hadapanku tidak seperti apa yang kulihat saat ini.
"Selamat ultah, Ellen!"
"Happy birthday, Bro!"
"Kok Bro sih? Ellen kan cewek!" sergah Ara lalu beringsut mendekatiku. "Happy birthday, Girl!"
Oke, aku terharu dengan kejutan mereka yang penuh niat ini. Mereka berkumpul di rumah Ara lalu menghampiriku sepagi ini hanya untuk memberiku kue ulang tahun lengkap dengan kadonya. Arka terus menguap selama perayaan singkat ini sedangkan Teresa berusaha menutupi kantuknya dengan membuat beberapa postingan di Snapchat.
Yang membuatku sedikit tak bersemangat pagi itu adalah ketidakhadiran seseorang yang tanpa sadar kuharapkan keberadaannya saat ini.
"Ra," tunggu, sepertinya agak tidak layak kalau aku menanyakan hal tersebut secara blak-blakan. "Kalian bertiga aja? Siapa yang nyetir mobilnya?"
"Tuh, si Arka." Sahut Ara sambil mengendikkan dagunya ke arah Arka yang kini sedang bersandar di tepian kasurku bersama Teresa.
"Dalam keadaan ngantuk gitu?" tanyaku tak percaya.
Ara mengangkat bahunya, "Tadinya dia ga seloyo itu pas kita-kita berangkat."
"Oh," responku sekenanya lalu memerhatikan beberapa pesan yang masuk ke akun LINE-ku. Bahkan mengirimiku pesan di LINE-pun, orang itu tidak melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elvanelle
Teen Fiction"Jangan takut. Masa lalu hanya perlu dikenang, bukan dijadikan sebagai penghalang untuk lo menerima sesuatu yang lebih indah di masa mendatang." ••••• Seluruh cast yang terlibat hanya kupinjam nama dan visualnya saja untuk memudahkan pembaca membaya...