[9] The Doll (Part 1)

2.4K 210 12
                                    

"Wanna play?"

2 tahun berlalu, dan aku masih terngiang-ngiang dengan kalimat terkutuk tersebut. Aku tak tahu, bahkan sampai detik ini. Aku tak mengerti mengapa aku masih bermain dengannya. Bonekaku.

***

"Waktunya tidur Sheryl!" Ibu melangkah masuk menuju kamarku, memergokiku sedang bermain dengan beberapa boneka-boneka kesayanganku. Sebenarnya kami masih belum puas bermain, bahkan game yang kami mainkan belum usai, tapi waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam saja.

Aku memberenggut, "Sebentar lagi, Mom. Cerita kami belum usai," puppy eyes, cute face dan duck mouth sudah aku keluarkan. Tapi tetap saja, tak mempan terhadap ibuku.

"Besok kau harus sekolah. Ibu tak ingin kau terlambat," ujar Ibu tanpa toleransi. Ia mulai membereskan beberapa boneka yang berserakan di lantai lalu menggendongku menuju tempat tidur.

"Tapi bu-"

"Ssssshhh, kau masih bisa melanjutkannya esok. Good night, honey" Ibu melangkah keluar dari kamarku sesaat setelah mengecup keningku dan mematikan saklar lampu ruangan ini.

Aku pun memejamkan mata, terpaksa.

"Ssssstt..."

Huh?

"Sssssttt...Sheryl..."

Ibu? Apa itu kau?

Kelopak mataku mulai terbuka sedikit, mengintip siapa yang memanggilku barusan. Gelap, tak ada siapapun. Mungkin hanya perasaanku saja.

"Wanna play?"

Huh?

Entah darimana dan karena apa, tiba-tiba aku mengangguk setuju. Seketika aku kehilangan kesadaran.

***

KRIIIIING

Bel alarmku berbunyi, tak seperti biasanya, lebih keras dari hari-hari kemarin. Mataku mengerjap, sepertinya ada yang aneh, oh cuman air mata.

"Ibu?" racauku dengan nada parau setiap paginya-lebih tepatnya setelah bangun tidur. Hmm, lukisan, meja belajar, gorden, lemari penuh mainan masih tetap utuh-tak berubah. Tapi aku merasakan sedikit keanehan.

"Kenapa ibu tak membangunkanku?" aku bertanya-tanya. Setiap pagi, ibu selalu ada disampingku setiap kali aku membuka mata setelah bangun tidur. Mengomel-omel sendiri sembari mencubitku untuk segera bangkit dari tempat tidur. Namun kali ini, aku terbangun oleh alarm usang yang jarang sekali kupakai.

Aku melirik kearah jam dinding di belakangku. Pukul 7. Hmm...pukul 7.

"AKU KESIANGAN!"

Setelah 10 menit berkutat di kamar mandi dan lemari pakaian, akhirnya aku berlari turun kearah ruang makan. Sempat terbesit dipikiranku wajah emosi ayah dan ibu melihat anak satu-satunya terlambat masuk sekolah. Entahlah, positif thinking saja.

"Ayah, ibu, maaf aku-"

T-Tunggu...aku masih bermimpi?

Tidak. Air di kamar mandi tadi dinginnya sungguh terasa menusuk kulit.

Tapi kenapa...

"I-Ibu? Kau ibuku kan?"

Perempuan itu menoleh. Benar-benar menoleh.

"Kau sudah bangun sayang? Sini, bantu mama masak"

Mama? Masak? Setahuku ibu gak bisa masak. Itu sebabnya keluargaku menyewa pembantu.

Aku mundur selangkah, "Kau bukan ibuku!"

"Ada apa sayang? Apa kau gugup untuk pergi kesekolah hari ini?" perempuan itu mencoba lunak padaku. Sayangnya aku takkan terkecoh kali ini.

"Kau siapa?! Dimana aku?!" tanyaku dengan nada meninggi dan ketakutan.

"Aku ibumu."

"Ibuku tak terbuat dari manekin!!"

Bersambung...

JANGAN DIBACA!!!! ✔ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang