8

277 17 1
                                    


Eva POV

Suasana saat ini di koridor sekolah sangat sepi, akupun memutuskan untuk langsung memasuki ruang kelasku. Saat memasuki ruang kelas aku melihat Arneta yang sedang sibuk dengan hpnya dengan tampang serius. Akupun langsung menuju tempat di mana aku duduk.

Arneta sama sekali belum menyadari kalau aku sudah datang, akupun menggoyang- goyangkan mejanya.

"Apas- eh Eva. Tumben pagi banget lo datang." Tanyanya.

"Zidan mana belum datang ya ?" Tanyaku yang di jawabnya dengan anggukan. "Gue mau cerita dong ke lo." Kataku.

Arnetapun memutar badannya sehingga sekarang kita berhadapan "cerita apa ?" Tanyanya.

"Zidan sudah punya pacar  atau yang dia suka gitu?" Tanyaku.

"Dia ? Punya pacar ? Dia gak punya pacar tapi dulu dia punya waktu SMP. Terus putus gak tau apa alasannya dia putus. Kalau yang dia suka ada namanya Nesha tapi gak tau dia masih suka apa gak." Jawabnya dengan satu tarikan nafas.

"Nesha itu siapa ?" Tanyaku lagi.

"Nesha itu dulu murid sini tapi dia pindah ke Kalimantan sebelum lo pindah ke sini jadi lo gak kenal sama dia".

***

Author POV

Hening.

Hening.

Hening.

"Lo kok nanya- nanyain Zidan. Jangan bilang lo su-" ucap Arneta yang terpotong.

"Iya gue suka sama dia" kata Eva.

"Lo kok bisa suka sama dia" ucap Arneta dengan wajah penasarannya.

"Gak tau deh. Tapi gue itu penasaran banget sama dia. Dia itu... misterius. Sikapnya suka berubah- ubah sama gue. Makanya gue penasaran banget sama dia." Jeda eva, "tapi lo diam- diam aja ya Ta jangan kasih tau dia. Malu gue" lanjutnya.

"Iya sip" kata Arneta mengacungkan jempolnya.

Tak lama datanglah Zidan.

***

Pelajaran bu Tiar sudah selesai, ketua kelaspun mempersiapkan salam.

"Zidan, Eva kalian berdua ikut ke ruangan saya!" Perintah bu Tiar sebelum keluar kelas. Zidan dan Evapun mengekori bu Tiar ke ruangannya.

Setelah sampai di ruang bu Tiar, ia mempersilahkan kedua muridnya itu untuk duduk.

"Eva, kamu harus belajar lagi. Karena, nilai ulangan matematika kamu sangat rendah." Evapun memang mengakui kalau dia tidak bisa matematika ia lebih bisa di bahasa inggris.

"Dan Zidan apakah kamu bisa membantu Eva untuk belajar matematika denganmu? Ibu sangat mengharapkan jawaban iya dari kamu ", tanya bu Tiar. Zidan sangatlah tidak enak jika menolak permintaan bu Tiar, tetapi dia juga tidak mau repot mengajarkan Eva. "iya bu saya akan membantunya" jawab Zidan.

"Kalian bisa mulai belajar hari ini. Terserah kalian mau belajar di mana. Yang penting ibu melihat peningkatan pada Eva". Jelas bu Tiar.

Setelah berbicara banyak oleh bu Tiar mereka berdua kembali ke kelas. Sampainya di kelas.

"Lo berdua kenapa dipanggil bu Tiar?" Tanya Arneta setelah mereka-Zidan dan Eva- duduk di tempat duduknya.

"Nilai metik gue rendah jadinya Zidan disuruh ngajarin gue." Jawab Eva dengan riang. Arnetapun mengerti kenapa Eva riang meski nilai matematikanya rendah.

"Oh, gue kira kenapa"

***

Pulang sekolah Eva mencari Zidan diparkiran karena saat jam terakhir Zidan bolos pelajaran, meskipun Zidan termasuk sedikit nakal tapi dia pintar. Lama ia tidak menemukan Zidan akhirnya ketemu.

"Zidan lo ke mana aja gue cariin gak ketemu- ketemu?" Tanya Eva setelah ia tepat di depan Zidan.

"Kenapa?" Bukannya menjawab pertanyaan Eva, ia malah bertanya balik.

"Lupakan. Sekarang kita jadi belajarkan?" Tanya Eva yang dijawab anggukan oleh Zidan.

"Di mana?" Tanyanya lagi.

"Terserah" jawab Zidan dengan muka malas. Evapun menaruh jarinya di dagu, seperti sedang mencari ide.

"Aha.. di rumah gue aja jam 4 sore bagaimana ?" Tanya Eva memutuskan. Lagi- lagi Zidan hanya membalas dengan anggukan.

***

Gimana part ini? Semoga suka. Pokonya jangan lupa ya kasih cerita ini vomment. Makasi

The Coldest Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang