"Ta, pulang sekolah nanti ekskul musikkan. Barengan ya nanti." Ucap Eva tiba- tiba yang mengagetkan Arneta."Oke"
"Zidan itu ekskul musik jugakan ya ?"
"Iya kenapa emang?"
"Gue kira cowo sedingin dia gak mau ikut-ikut kek begituan"
"Jangan salah Va, kalo lo denger tuh ya suaranya Zidan klepek-klepek lo sama dia"
"Ohya? Jadi penasaran"
***
Di ruang ekskul musik, sambil menunggu Adinda si ketua ekskul musik. Anak-anak yang lainnya pada sibuk ada yang sedang bercerita, ada yang sedang bermain alat musik, bermain pancasila lima dasar, dan lain-lain.
Tak lama mereka semua menunggu termasuk Zidan, Eva, dan Arneta. Akhirnya Adinda dan Rayhan si wakilnya yang termasuk cowo keren di sekolah ini.
Zidan POV
"Perhatian semuanya", ucap kak Adinda sedikit berteriak karena yang lain masih sibuk dengan kegiatannya. "Sebulan lagi akan ada acara perpisahan kelas 12 dan ekskul musik akan mengisi acara itu juga" lanjutnya setelah semua memperhatikannya termasuk gue.
"Yang namanya gue panggil silahkan maju kedepan." semoga bukan gue, "Arneta Ramadana, Dio Cristiawan, Zidan Abdi Kreshna," kenapa gue?", "Muhammad Akram dan Eva Yuliana Putri. Silahkan maju" Eva lagi.
***
Saat pulang sekolah semua-Arneta, Dio, Zidan, Akram, dan Eva- latihan di rumah Akram, karena di rumahnya ada ruang Musik dan semua alat musik ada.
"Wew bro, kita bagi tugas ya" ucap Dio memecahkan keheningan.
"Oke. Gue dan Dio main gitar, Arneta main piano, Zidan dan Eva vokal ya" ucap Akram.
"Loh kok gue yang nyanyi berdua dia?" Kata Zidan dingin sambil menunjuk Eva dengan dagunya.
"Kenapa emang Dan, karena suara kalian berdua pas banget, kalo Akram atau Dio yang nyanyikan pasti gak banget nanti. Kalo gue yang nyanyi nanti semua pada takjub jadi kalian berdua aja pas kok." Jawab Arneta sambil membangga- banggakan diri.
"Ewh, minta ember woy ember" celetuk Dio yang memasang ekspresi pura-pura jijik.
"Bilang aja lo iri sama gue" nyolot Arneta.
"Sudah-sudah gue setuju kalo gue nyanyi sama Zidan". Eva menengahi mereka.
"Sip" mereka semua mengangkat jempol kecuali Zidan yang masih dengan tampang dingin.
'Dasar the coldest boy' batin Eva saat melihat Zidan yang tanpa respon.
***
Setelah latihan di rumah Akram, Zidan dan Arneta pulang bareng. Dan saat ini mereka maaih di atas motor.
"Dan kenapa sih lo judes banget kadang gak sama Eva? Plinplan lo" ucap Arneta.
"Gue cape salah mulu sih dia" jawabnya santai masih menghadap ke jalanan.
"Tapi ya Dan, gak seharusnya lo bersikap kayak gitu ke Eva. Lo tau gak kalo Eva itu suk..." Arneta yang baru sadar akan ucapannya tidak melanjutkan perkataannya lagi. 'Hampir keceplosan' batinnya.
"Eva itu suk apa ?" Tanya Zidan sambil memutar kepalanya ke arah Arneta.
"E.. suk... suk... suka bete. Ohya dia suka bete kalo di gituin sama orang. Iya suka bete." Gagap Arneta karena gugup.
"Kok gue gak yakin ya Ta?" Sambil menghadap ke arah Arneta lagi.
"Wey, lo kalo bawa motor bisa gak sih hadap depan aja, nanti kalo lo nabrak siapa yang jatuh? Siapa yang sakit? Siapa yang luka-luka? Lo mau tanggung jawab kalo gue jatuh?" Tanya Arneta bertubi-tubi sambil mengalihkan pembicaraan. Zidan hanya menoleh dan tidak menganggapinya. Arneta yang diperlakukan seperti itu langsung memukul helm yang digunakan Zidan.
"Aduh, kurangajar lo"
"Biarin"
Flashback on
"Eva lo kenapa sih ?" Tanya Dio yang mulai kesal dengan Eva karena ia sudah beberapa kali selalu salah.
"Kenapa apanya ?" Eva balik tanya.
"Malah nanya balik. Lo itu gak fokus atau apa sih daritadi salah mulu deh"
"Iyadeh sorry"
"Sudah ah cape gue latihan mulu, besok aja kita latihan lagi." Ucap Dio sambil menaruh gitar di sudut ruangan.
"Iya gue juga cape" ucap Arneta sambil berjalan ke arah sofa yang ada di dalam ruang musik.
"Ikut-ikut aja lo" kata Dio tidak terima.
"Loh biarin emang lo aja apa yang bisa cape" ucap Arneta dengan tatapan tajam yang Arneta miliki membuat Dio meringis.
"Lo berdua ribut mulu, kayaknya kalian jodoh deh" kata Akram dengan cengengesan.
"Besok latihan lagi, gue mau pulang" ucap Zidan dan berjalan mengambil tasnya.
Semuanyapun ikut keluar rumah Akram.
"Va, lo pulang sama siapa ?" Tanya Arneta.
"Naik bus. Lo bareng Zidan?" Tanya Eva balik. Yang dijawab anggukan Arneta.
"Btw, kan halte jauh dari sini bagemana kalo lo diantar Zidan sampe halte." Usul Arneta saat Zidan sudah di atas motornya dan Eva sudah senyum- senyum sendiri.
"Lo sangka gue tukang ojek" celetuk Zidan dengan judes.
"Yaela lo nganter sampe depan aja kenapa sih" Arneta menatap Zidan dengan mata berbinar-binar.
"Tatapan lo nda ngaruh, ayok naik" perintah Zidan kepada Arneta.
"Tapi Eva bagemana kasian tau dia jalan sendiri" kata Arneta sambil menatap Eva.
"E.. gakpapa Ta, gue bisa ke halte sendiri kok. Makasi" ucap Eva dengan rasa tidak enak dan kecewa.
"Tuh dia bilang bisa ayok naik kalo gak gue tinggal nih" Zidan sambil menggeber-geberkan motor ninjanya. Arneta menatap Eva "lo gakpapa ke halte sendirian Va?". "Gakpapa Ta santai aja. Lo pulang aja gakpapa kok beneran suwer" ucap Eva dengan jari yang membentuk V.
Arnetapun naik ke motor Zidan, Zidanpun langsung menarik gas motornya meninggalkan Eva tanpa sepatah katapun.
Flashback off
***
Aku terima kritik dan saran dengan senang hati. Jangan lupa vommentnya yak. Makasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Coldest Boy
Teen FictionCowok dingin yang sebenarnya sangatlah dekat tapi tak tersentuh.