Edgar merasa bahwa dirinya saat ini harus memberi perhitungan pada Eggy. Lelaki itu benar-benar kelewatan, candaannya bukan semata-mata gertakan saja tetapi juga benar-benar ia lakukan.
Edgar menjatuhkan motor besarnya begitu saja didepan bagasi lebar yang menjulang dibagian kiri rumah bak istana tersebut. Dengan langkah super panjang Edgar berderap masuk ke dalam rumah.
Ia membanting pintu. Sesosok pelayan rumahnya berbondong-bondong keluar sedikit menunduk ia memberi hormat pada Edgar. Wajah lelaki itu tersirat akan gelapnya amarah maka wanita itu tak berani menyapa Edgar sekadar bertanya kemana anak lelaki itu selama ini.
"Den Edgar..."
"Eggy mana Bu?" tanya Edgar pada Bu Samsiah. Kepala pelayan dirumahnya yang sudah mengabdi pada keluarganya sejak Edgar kecil.
Bu Samsiah mendongak. Tatapan matanya berubah waswas. "Den nyari Den Eggy ada apa?"
Edgar mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Ia mendongakkan kepalanya dan melihat sosok lelaki jangkung itu sedang berada disana. Memperhatikannya sambil melambaikan tangan ia tersenyum mengejek.
"Sialan." geram Edgar melewati Bu Samsiah dengan amarah yang makin kentara.
Dengan perasaan marah yang menggelegar Edgar berlari menaiki tangga lebar yang membagi dua rumahnya, sayap kanan dan kiri bagaikan di kerajaan-kerajaan besar.
Ia berhenti. Memberi jarak sekitar lima meter dari posisi Eggy berdiri. Lelaki itu memutar tubuhnya, ia bersandar pada penyanggah dan melipat kedua lengannya memandang Edgar pongah.
Rasanya lucu sekali melihat bagaimana Edgar terlihat menahan emosi seperti itu. Eggy sangat menikmati penampakan Edgar saat ini. Ia puas bisa melihat lelaki itu diambang keputusasaan.
"Udah liat permainan gue hari ini, Kak Edgar Wibisono yang sangat gue sayangi dan gue cintai."
Edgar tak lagi bisa menahan hasratnya untuk menerjang Eggy. Setelah lelaki itu meluncurkan kalimat yang terdengar memuakkan itu. Ia menarik kerah baju Eggy, meninju rahang lelaki itu berkali-kali lalu menendang perut Eggy memakai lututnya hingga tersungkur ke lantai.
Mata Edgar menggelap akan emosi. Bu Samsiah segera berlari memanggil pembantu yang lainnya. Kedua Tuan Muda dirumah sedang berkelahi, memang bukan hal baru lagi keduanya bertengkar namun kali ini Edgar terlihat hilang kendali.
Eggy terbatuk darah keluar dari mulutnya tetapi ia malah tertawa.
"Sambutan yang baik buat orang yang udah susah payah bikin lo kejutan," Eggy mengelap darah ditengah bibirnya, ia melirik Edgar dari ekor mata. "Bagaimana Jingga? Sangat terkejutkah lo melihat kejutan gue dari Adik tercinta lo."
Edgar menarik kerah Eggy lagi lalu memukul wajahnya telak. Bunyi kretak terdengar dari arah wajah Eggy. Hidung mancungnya mengucurkan darah segar, Eggy meringis tapi ia tetap tertawa.
"Apa mau lo, Eggy."
Edgar menggertakkan giginya. Ia berhenti sejenak untuk tak lagi memukuli Eggy. Ia memperhatikan bagaimana lelaki itu terjatuh dibawahnya dan memegangi hidungnya yang patah. Mengherankan karena lelaki itu tak meringis atau berteriak, ia malah tertawa.
Tawa yang dapat membuat Edgar merinding.
"Lo tanya apa mau gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy's Effect
Teen Fiction♥PEMENANG THE WATTYS 2016 DALAM KATEGORI CERITA SOSIAL♥ Bad Boys Series #1: Bagi Lollypop, Edgar tak lebih dari seorang lelaki bengal dibalik penampilan kecenya. Lelaki yang menjadi terdepan saat ada kericuhan namun menjadi terbelakang saat guru men...