"Biaaan!! Kamu liat maskara aku dimana gak?"
"Ya mana aku tau sayaang. Aku gak pernah otak-atik alat make up kamu."
"Ih, masa kamu gak liat sih. Jelas-jelas kemarin aku taruh di sini loh. Kamu kan tadi siang di sini masa gak liat?"
Davin keluar dari kamarnya dan langsung menuju ruang make up kedua orang tuanya. Ruangan yang di penuhi oleh pakaian-pakaian khusus serta koleksian tas dan sepatu milik Caramel.
Lelaki itu bersandar pada kusen pintu memperhatikan kedua orang tuanya yang sibuk dengan urusan masing-masing. Caramel yang panik karena maskara yang baru ia beli di Amerika mendadak saja hilang dan Bian yang sibuk mencari jas barunya di beberapa lemari gantung besar di sekeliling ruangan.
"Mah," panggil Davin mengacungkan suatu benda hitam ke udara. Ia menggoyangkan tangannya santai. "Ini maskara atau isi tinta spidol?"
Caramel membulatkan matanya, ia beranjak menghampiri Davin. "Kok bisa ada di kamu maskara Mamah?"
"Mamah yang taruh di meja belajar Abang semalem."
"Kok bisa?"
"Semalem Mamah kan ngambek sama Papah gara-gara ketauan beli maskara ini di Amerika jadi Mamah umpetin di kamar Abang."
Caramel menepuk keningnya pelan. Ia tersenyum salah tingkah, hampir saja lupa kalau ia menyembunyikannya dari Bian. Namun sepersekian detik berikutnya dehaman keras dari arah belakang membuatnya tersadar akan sesuatu.
Segera Caramel membalikkan tubuhnya, memasang senyuman semanis mungkin ia berlagak tidak pernah melakukan apapun dan bersikap manis pada Bian. Melupakan matanya yang membutuhkan maskara.
"Ya ampun Bian kamu kok ganteng banget sih."
Bian mendelik keki. "Terus maksud kamu dari kemarin-kemarin aku jelek?"
"Enggak dong. Gimana mau jelek kalo setiap hari aja aku makin klepek-klepek jatuh cinta sama kamu. Aduh, Bi, gak kuat liat kamu makin ganteng."
Davin menggelengkan kepalanya pelan memilih pergi daripada terus mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya.
Ketika membalikkan tubuh ia menangkap Lollypop dan Nata sedang berjalan ke arah Davin. Keduanya terlibat obrolan seru, beberapa kali Nata mencubit pipi Lollypop dan mengacak rambut gadis itu gemas membuatnya Adiknya itu tertawa geli.
Davin tersenyum. Ia memperhatiakan pakaian Lollypop yang hanya menggunakan celana pendek sedengkul dengan baju tidur longgar, sangat kontras sekali dengan setelan jas yang ia kenakan dan Nata kenakan.
"Lolly, lo beneran gak mau ikut ke pesta ulang tahun Tante Elsa dan Om Mavin?" tanya Davin menghampiri keduanya.
Di depan jam kayu besar keduanya berhenti. Lollypop menoleh pada Davin lalu tersenyum lebar.
"Iya. Lagi males keluar rumah."
Davin tau apa alasan Adiknya enggan keluar rumah. Ia sedang malas berinteraksi karena hatinya sedang kacau saat ini.
Nata sendiri sudah tau apa yang terjadi pada Adik perempuan satu-satunya setelah gosip itu menyebar luas secara cepat. Namun ia tak mau menanyakan apapun pada Lollypop. Ia memilih bungkam seolah tak tau apapun. Ia tak mau menyakiti hati Adiknya bila melontarkan pertanyaan perihal insiden tadi di sekolah.
Sebelum Davin melayangkan pertanyaan lagi seorang wanita tua datang dari tangga memanggil Lollypop sopan.
"Non, maaf. Di bawah ada Den Keenan."
Lollypop mengerutkan keningnya. Biasanya lelaki itu selalu melempar kerikil dulu ke jendela kamarnya baru nangkring di luar rumah. Kalau saat ini ia ada di depan rumah secara tiba-tiba pasti ada satu hal yang pengin lelaki itu lakuin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy's Effect
Teen Fiction♥PEMENANG THE WATTYS 2016 DALAM KATEGORI CERITA SOSIAL♥ Bad Boys Series #1: Bagi Lollypop, Edgar tak lebih dari seorang lelaki bengal dibalik penampilan kecenya. Lelaki yang menjadi terdepan saat ada kericuhan namun menjadi terbelakang saat guru men...