"Aku akan datang untukmu, Lusie...""Lusie...."
"Kau mendengarku Lusie"
"Apa yang akan terjadi dengan dunia ini Lusie.."
"BAKAR SEMUA!"
"LUSIE SELAMATKAN KAMI!!"
"LUSIE.."
"LUSIE"
"LUSIE!!!"
"LUSIE ALVERY DIBELAKANGMU!!!"
Teriakan di mimpi Lusie membangunkannya di pagi yang dingin. Keringat bercucuran seakan mimpi itu nyata.
Perang. Entah sudah berapa kali Lusie Alvery memimpikannya. Perang yang tiada akhir itu adalah hal buruk pertama dalam hidupnya.
"Baiklah Lu, lupakan. Itu hanya mimpi", batin Lusie dalam hati.
Ia turun dari ranjang dan membasuh wajahnya.
Lusie Alvery menatap cermin dihadapannya. Selama 15 tahun ia hidup, tak pernah satu pun hal buruk menyentuhnya. Sekalipun mimpi. Hidup terlalu sempurna bagi Lusie. Dan Lusie tidak keberatan akan hal itu. Ia mengikuti semua perkataan orangtuanya dan terbukti, Lusie selalu bahagia."Lu, breakfast is ready honey!", terdengar suara Mom dari bawah.
"I'm comin'!", balas Lusie dengan senyum merekah dari bibirnya.
Ia mengganti piyamanya dan secepat mungkin turun karena perutnya sudah meronta.Ingatan tentang mimpi itu pun hilang seketika.
*****
"Morning Mom! Dad? Dad kemana?", sapa Lusie ceria.
"Dad berangkat lebih awal hari ini Lu. Well, you'll go to school alone. Is it okay?", jawab Mom.
"Ok!", kata Lusie sambil tersenyum.
"Walau tidak ada Dad, hari ini akan menyenangkan seperti biasanya!", pikir Lusie.*****
Lusie menunggu bus sekolah yang selalu melewati halte dekat rumahnya sambil menyenandungkan lagu ceria.
10 menit kemudian bus itu datang dan Lusie langsung naik. Bus itu sudah hampir penuh dengan siswa St. Petrus Louis High School."Lu? Tak biasanya melihatmu di bus sekolah. Ayo duduk disini Lu", sapa seorang siswi cantik.
"Hey Clare, thank you", balas Lusie sambil duduk di samping siswi bernama Clare tersebut.
Mereka langsung membicarakan banyak hal. Ya, Clare adalah salah satu teman baik Lusie. Berbincang terlalu lama dengan Clare membuat Lusie merasa ada yang aneh dengan wajah teman baiknya itu.
"Are you wearing contact lens?", tanya Lusie penasaran.
"Nope Lu, something wrong with my eyes?", jawab Clare bingung.
"Tidak. Hanya saja aku melihat matamu sekarang lebih berwarna hijau daripada biru", ujar Lusie lagi.
"Are you kidding me? Mataku berwarna biru bukan hijau! Mungkin efek cahaya pagi ini", kata Clare sambil tertawa. Lusie yang menyadari kebodohannya langsung ikut tertawa.Tak lama berselang, mereka sampai di sekolah tercinta, St. Petrus Louis High School. Sebenarnya Lusie dan Clare adalah freshman di sekolah ini. Mereka baru saja masuk sekitar 2 bulan yang lalu. Jadi wajar saja jika mereka belum banyak mengenal murid di sekolah yang besar ini.
"Well, see you Lusie!", ucap Clare seraya melangkah ke arah koridor kelasnya. Lusie menjawab dengan tersenyum dan melangkah ke arah lainnya karena jam pertama ini mereka berada dikelas yang berbeda.
Lusie melangkah ke kelas bahasa Perancis sendiri. Ia tidak menyadari sepasang mata telah mengawasinya dari awal.
•••••
STAI LEGGENDO
Immortal Soul
FantasySemuanya terasa, berbeda. Mimpi-mimpiku seakan pernah nyata, ada bayangan-bayangan di ujung mataku, suara aneh (yang kadang mengerikan) di pikiranku, awan-awan membentuk tulisan aneh yang kumengerti, bahkan aku merasa asing dengan orangtuaku. Ada ya...