"Lusie disini!", Clare melambaikan tangannya begitu melihat Lusie yang memasuki taman belakang sekolah.
Lusie membalasnya dan berjalan ke arah Clare.
Mereka pun mulai mengobrol sampai Lusie teringat Mr. Warner.
"Clare, do you know Mr. Warner? Dia guru pengganti Ms. Anne", tanya Lusie.
"No Lu, aku tidak kenal Mr. Warner. Why?", jawab Clare sambil membuka biskuit coklat yang ia bawa.
"Dia aneh. Aku melihat telinganya berubah menjadi panjang seperti, uhm, seperti kurcaci di cerita dongeng. Kau mengerti maksudku kan? Dan matanya berwarna hitam, menakutkan. Seperti penyihir jahat", lanjut Lusie setengah berbisik. Takut ada orang yang mendengar dan mengiranya gila.
Clare yang sedang memakan biskuitnya tersedak dan mulai batuk-batuk.
"Are you alright?", Lusie panik dan memberi Clare minum.
"I'm okay. Aku hanya kaget kau mengambarkan seorang guru seperti penyihir jahat", jawab Clare setelah lolos dari biskuit coklat yang tersedak di kerongkongannya.
"Yah, tapi itu pengambaran paling tepat. Aku menghabiskan jam pelajaran bahasa Perancis untuk memperhatikan telinga dan matanya. Awalnya aku pikir hanya halusinasi namun semakin kuamati, hal itu makin nyata Clare", ujar Lusie serius. Clare memandang Lusie, ragu menjawab perkataan temannya itu.
"Kau pasti berhalusinasi Lu. Aku belum pernah bertemu Mr. Warner tapi kuyakin dia normal", jawab Clare setelah berfikir keras untuk menjawab Lusie.
"Kuharap begitu", sahut Lusie pelan. Clare yang tak ingin membahasnya lagi, mulai mengalihkan pembicaraan."Dia mulai melihat. Kurasa aku harus memberitahu William", batin Clare dalam hati.
***
Lusie dan Clare menyusuri lorong sekolah yang sekarang sudah mulai sepi, tentu saja bel mulai pelajaran akan segera berbunyi. Kali ini mereka berada di kelas yang sama, kelas Musik. Lusie sangat menyukai pelajaran ini dan semangatnya sudah kembali lagi.
"Okay freshman, hari ini aku akan memberi pengumuman sebelum kita mulai kelas. Well, kami akan membuka audisi untuk siapapun yang berminat menjadi anggota orkestra. Ya, kami membuka audisi ini lebih cepat karena akhir tahun depan St. Petrus Louis High School akan menggelar konser tahunannya. Tapi kami hanya butuh 10 orang lagi so, prepare yourself okay!" kata Mr. Bower menjelaskan panjang lebar dengan ceria. Lusie yang mendengar itu tentu sangat senang. Orkestra St. Petrus Louis High School sangatlah terkenal. Sering sekali muncul di televisi, diundang untuk acara kenegaraan, lomba tingkat internasional dan lainnya. Audisi seperti ini adalah kesempatan emas.
"Aku harus masuk. No matter what", gumam Lusie. Clare melihat tingkah Lusie dan tersenyum geli.
"You will Lu. Relax", ujar Clare memberi semangat. Lusie hanya tersenyum lebar dan mengangguk semangat.
Dan kelas Musik menjadi yang paling menyenangkan hari itu.***
"Kau dijemput Dad?", tanya Clare sambil mengambil buku-bukunya dari loker.
"Yeah, sepertinya kami akan makan malam diluar bersama. Dia merasa bersalah tidak ada dirumah tadi pagi", jawab Lusie.
"See you tomorrow Clare!", kata Lusie setelah melihat mobil Dad memasuki gerbang St. Petrus Louis.
"See you", Clare melambaikan tangannya dan tersenyum.Setelah mobil Lusie meninggalkan sekolah, Clare segera bergegas ke tempat paling sepi di sekolah ini, rooftop.
"Kau memanggilku?"
•••••

STAI LEGGENDO
Immortal Soul
FantasySemuanya terasa, berbeda. Mimpi-mimpiku seakan pernah nyata, ada bayangan-bayangan di ujung mataku, suara aneh (yang kadang mengerikan) di pikiranku, awan-awan membentuk tulisan aneh yang kumengerti, bahkan aku merasa asing dengan orangtuaku. Ada ya...