Chapter VIII

22 5 2
                                        






Lusie memasukki teater dan memulai latihannya. Tangannya mulai bermain namun matanya terus melirik pintu teater. Andrews tidak datang.

***

Bel berbunyi, Andrews berniat menghabiskan waktunya di teater. Bukan untuk bermain piano, tetapi untuk tidur siang di kursi empuk teater. Tidak ada tempat lain selain teater karena UKS selalu penuh dengan segerombolan anak yang izin sakit padahal mereka hanya bosan atau mengantuk di pelajaran.

"Andrews, temani aku ke perpustakaan?", tanya  Adriana dengan senyum terbaiknya. Seketika Andrews lupa akan kantuknya.

"Er- yeah yes of course" jawab Andrews cepat.

"Cool"

Adriana adalah gadis yang cantik. Andrews bukan teman dekat Adriana tapi setiap gadis itu meminta, Andrews tidak dapat menolak. Menolak permintaan gadis secantik Adriana adalah hal yang bodoh. Menurut Andrews.
Mereka pun melangkah menuju perpustakaan. Semua mata terus mengikuti mereka, bagaimana tidak, Andrews adalah salah satu dari top wanted boys disekolah ini dan Adriana adalah gadis tercantik di angkatannya yang sangat dipuja.

"Its weird" ucap Andrews pelan.

"Mereka akan selalu seperti itu Andrews. Cobalah untuk, em- rileks" senyum Adriana seperti mantra yang membius. Andrews terpesona dengan senyum itu.
Hanya saja Andrews tahu, dia tidak mencintai Adriana. Ia tidak mencintai siapapun lagi setelah kejadian itu. Andrews hanya mengagumi Adriana.

***

15 menit berlalu tapi Adriana belum menemukan buku yang ia cari.

"Aku mungkin bisa membantu", Andrews berdiri, tidak tahan melihat Adriana yang terus bolak-balik.

"Aku baik-baik saja. Materi yang kucari memang sedikit sulit" Adriana menjawab sambil berjalan menuju rak berikutnya. Andrews mengikuti.

"Seharusnya kau tidak mengajukan materi sulit. Menurutku"

"Aku penasaran Andrews. Rasa penasaran haruslah terbayar" Adriana menoleh ke arah Andrews dan tersenyum, membuat Andrews salah tingkah.

"Alright, jadi buku tentang apa yang kau cari?"
Andrews mengusap lehernya, canggung. Adriana terus menatap Andrews, sangat lama. Gadis itu mulai berjalan ke arah Andrews sampai jarak antara mereka hanya sejengkal.

"Tentang seorang gadis yang ingin memiliki pria yang ia cintai, Andrews" suara Adriana sangat halus, Andrews mulai terbius dengannya. Entah apa yang merasukki dirinya, perlahan ia meraih pinggul Adriana dan mendekatkan wajahnya. Adriana tidak menolak, ia memang menginginkan Andrews.

"Redar touz caditazi incantem"

Andrews berkedip beberapa kali, menyadari posisinya dan secepat mungkin menjauh dari Adriana.

"Sorry Adriana. Aku tidak bermaksud" ucap Andrews pelan. Adriana tersenyum namun hatinya sangat panas.

"Tidak apa-apa Andrews. Its okay."

Hening.

"Aku ingin ke toilet sebentar" ucap Adriana dan langsung berjalan meninggalkan Andrews. Hati dan otaknya sudah terbakar emosi. Ia sudah merapalkan mantra di tempat itu untuk mempesona Andrews sebelumnya. Ia sudah mengoleskan ramuan cinta di bibirnya. Jika saja Andrews menciumnya, maka ia akan mencintai Adriana selama-lamanya. Ia akan melakukan apapun untuk Adriana selama-lamanya. Andrews akan menjadi pelayan setia Adriana selama-lamanya.

Tapi siapa yang berani mengucapkan mantra itu dan menghancurkan rencana Adriana untuk mendapatkan Andrews? Adriana sangat emosi sampai aura jahat muncul mengelilinginya, bukan aura kecantikan yang dipuja semua siswa St. Petrus Louis selama ini.

"Well mencoba teknik murahan itu lagi Adriana?" suara seorang wanita menyapanya. Lorong menuju perpustakaan memang selalu sepi, karena jarang ada anak yang memiliki niat tulus membaca di perpustakaan.

"You!!" Adriana berjalan mendekati wanita itu emosi.

"Why did you always interrupt my business?!" Adriana mendorong wanita itu kasar. Adriana sudah siap untuk membunuh wanita itu.

"Magic cannot be used to human, Adriana. Jika anda lupa peraturan sihir, dengan sukarela saya akan membacakannya untuk anda." ucap wanita itu sinis. Setiap kata yang dikeluarkan sengaja diberi penekanan khusus.

"Oh My Lady, Clare Edlyn. Jadi sekarang kau sudah berani menentang Ratu-mu?! Aku hadir saat penulisan peraturan itu, Clare! Tidak usah bertingkah dan jangan mengurusi urusanku!" bentak Adriana. Matanya berapi-api menunjukkan kemarahannya.

"Kau bukanlah Ratu dihadapanku. Kaum Edlyn bukan budakmu lagi!
Feu igniz!!" semburan api muncul membakar Adriana. Namun dengan satu jari Adriana membekukan api milik Clare. Saat api padam, Clare sudah menghilang.

"Aku yang berkuasa, bukan Gwrtheyrn!" Adriana berteriak meluapkan semua emosinya. Hari yang cerah itu pun langsung tertutup oleh awan hitam dan angin kencang. Kemarahan Adriana mendatangkan badai.

***

"Kau bukan siapa-siapa Lusie" ucap Lusie pada dirinya sendiri. Ia sudah lelah menunggu. Lagipula, kenapa ia berharap Andrews datang? Ia bangkit dan berjalan keluar.
Diluar Lusie disambut angin kencang dan petir yang menyambar-nyambar.
"Holy molly, badai? Hari ini?" Lusie memeluk dirinya kedinginan. Ia berjalan menuju perpustakaan, ingin menemui Clare. Well, Clare sendiri yang berkata ia ada di perpustakaan bukan?

Lusie terus berjalan menuju perpustakaan walaupun seragamnya sudah lembab terkena hembusan angin dan hujan. Lorong menuju perpustakaan sangat sepi seperti biasa. Namun, kali ini Lusie merasa ada aura yang berbeda. Lebih mencekam.

"Feu noxa, fracaz noxa, foxco farzi fuziller. Feu noxa, fracaz noxa, foxco farzi fuziller. Feu noxa, fracaz noxa, foxco farzi fuziller. Fuziller. FEU FUZILLER!"

Seseorang berkata-kata dalam bahasa aneh yang familiar di telinga Lusie. Hujan semakin lebat. Angin semakin kencang. Petir menyambar salah satu pohon di halaman St. Petrus Louis. Lusie tidak tahan. Ia merasa sangat terganggu dengan situasi ini.

"HENTIKAN!!" jerit Lusie. Orang itu menoleh. Matanya bersinar merah. Wajahnya hampir penuh dengan ukiran aneh seperti tatto. Hanya saja orang itu menggunakan seragam St. Petrus Louis.

"AZ RATEZ!!!" Lusie menjerit dan badai berangsur-angsur reda. Wajah Lusie pucat. Ia terengah-engah merasa sangat lelah dan pusing. Ia tidak tahu apa arti kata yang ia teriakan tadi. Ia melakukannya tanpa kesadaran penuh. Seluruh kekuatannya terasa hilang.

"GWRTHEYRN!!!"

jeritan itu yang terakhir Lusie dengar sebelum semuanya gelap.
















•••

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Aug 01, 2016 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Immortal SoulDove le storie prendono vita. Scoprilo ora