02 - Bastard Day

180 7 5
                                    

"Kok sudah pulang? Bolos lagi?" Tanya kakak tertua Elvine, mbak Reyna sambil membetulkan roll rambut

"Tau juga masih tanya, gue mau tidur"

Seakan tahu hobi sang adik, ia hanya mengangguk sambil nyeludur masuk ke kamarnya lagi.

Setelah mengunci rapat pintu kamarnya, Elvine merebahkan badannya di kasur, sambil mengacak-acak rambut cepak yang sering terkena kasus pelanggaran.

Kesukaannya adalah melamun hingga tertidur seperti ini, namun sesuatu membuatnya tak jadi tidur. Ponselnya bergetar dan membuatnya tersentak

"Nomer siapa nih?" Batinnya

"Halo" angkatnya dengan malas

"Beneran gak balik tasmu kukasih ke kepala sekolah"

Matanya yang sudah silir-silir mengantuk tiba-tiba terbuka lebar

"Anjing, dari mana loe dapet nomer gue"

Namun yang terdengar diujung sana hanya tawa mengejek, "Cepet balik"

"Cih, kasih aja gue gak perduli"

Tiba-tiba telepon ditutup. Ia memandang layar ponselnya dengan bingung. "Dapet dari mana si kampret nomer gue"

Sambil menerawang apakah ia pernah mencoret-coret tembok di kamar mandi, ia merebah lagi.

"Ah masa bodoo, gue mau tidur" ujarnya sambil melepas jas dan sepatunya.

~~~~~~~~

"Dek dek, ada temenmu dateng" suara perempuan terdengar disampingnya, sambil mengguncang tubuhnya pelan

"Mnngh temen apa si mbak, gue gak punya temen"

Sambil mencolek colek, kakaknya meringis "Ih dibilangin juga, tuh beneran"

Karena tak tahan diguncang kakaknya terus menerus, ia bangun dan mencuci mukanya.

"Kamu ngerokok lagi?" Tanya mbak Reyna saat ia keluar dari kamar mandi

"Emang napa? Gue 17 keatas mbak"

Kakaknya hanya mengangguk lagi dan keluar dari kamar adiknya.

Setelah mengumpulkan ruh, ia menuruni tangga dan menuju ke ruang tamu.

Namun ia berharap ia terus tertidur siang hari ini. Dihadapannya ada ketua dan tasnya.

"Sialan ngapain loe disini"

Ketua hanya tersenyum miring, dan menunjuk tas hitam milik El

"Katanya loe kasih ke kepsek, bullshit loe"

"Emang saya berikan, nih surat peringatan"

Elvine merampas surat yang dipegang ketua dan membacanya, tak lama kemudian ia meremasnya.

"Loh, kok dirusak? Tanda tangan orangtua"

Elvine menatapnya lama, seakan mengintimidasi "Tanda tangan orang tua? Sono cari orang tua gue, gue gak perduli sama mereka"

"Kamu boleh nakal, tapi seharusnya taat ke orang tua"

Elvine melirik sambil menahan tawa "Taat? Gak usah banyak bacot kalo loe gak tau gimana hidup gue"

"Kamu perempuan, mulut harus dijaga"

"Gue gak perduli sama bacot gue, kalo urusan loe selesai, silahkan keluar"

Ketua hanya diam disana, menatap lama Elvine

"Loe gak seharusnya sekolah disana" ujar sang ketua

"Gue gak mau tau" dan setelah itu, ketua pamit pulang.

Rasa sesak kembali menghantui, mengingat bagaimana orangtuanya meninggalkannya dan dua kakaknya. Dan tak membawa siapapun dengan alasan "bocah ngerepotin aja, mati juga gak bakal rugi"

Sejak saat itu, hidupnya berubah

BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang