05 - Anything but Bastard

100 5 0
                                    

Sebelum saya memulai, jika cerita ini terlalu mbulet, maafkan :v
Yang tetap membaca dari awal, terimakasih :v 😄😘

-----------------

"Adit," panggil pembimbing konseling kelas XII IPA 04.

Adit pun berjalan menuju beliau, "Kamu setelah ini ke ruang saya ya, ada yang mau saya bicarakan"

"Baik bu"

Sambil menerka hal apa yang baru saja dilakukannya, ia merapikan mejanya dan menuju ruang konseling. Kelas Elvine dan Adit adalah kelas terpojok, terjauh dari fasilitas, namun juga yang terluas.

"Permisi,"

"Ah, iya Dit, silahkan duduk" jawab konselor yang baru menemuinya 10 menit yang lalu.

"Jadi, Dit. Begini..."

***************

"Buk bakso satu yang pedes" teriak El sambil menangkringkan kakinya diatas kursi.

"Tumben jam segini El, masuk kelas dulu?" Canda ibu kantin langgannanya.

El hanya meringis, dan kembali membetulkan tali sepatunya. "Jangan lupa es teh manis buk",

Setelah memberikan semangkuk bakso dan es teh, ibuk kantin akan bercerita banyak soal pengalamannya, dan Elvine akan mendengarkan sambil mengunyah makanan kesukaannya.

"Loh, Dit? Tumben kesini" tanya ibu kantin seraya menoleh ke belakang Elvine

Kata 'Dit' membuat Elvine kaget, hingga kuah bakso pedas + panas yang sedang disruputnya keluar dari hidung.

"Anjiing anjiing, panas"

Setelah mengelap lelehan kuah bakso dari hidungnya, ia menoleh, perasaan tidak enaknya benar, ketua. Namun anehnya ia tidak membawa buku pencatat pelanggaran seperti biasanya.

"Ngapain loe"

Adit hanya tersenyum miring, "Kan ini kantin, masa nggak boleh saya kesini", kemudian duduk didepan El

"Cari kursi lain sono, males gue makan depan loe" usir El

"Ini kan kantin" lalu disusul senyuman kemenangannya.

Tak punya pilihan lain, ia meneruskan makan daripada harus repot-repot pindah. Hidungnya menjadi merah karena panas dari sambal. Dalam hatinya ia terus mengumpat sial.

"Sendirian?" Tanya Adit

"Ngapain loe pake tanya"

Seakan tahu itu artinya sama dengan 'tutup mulut loe', Adit berdiam diri selama menunggu mie ayamnya datang.

Setelah bakso terakhir tandas, Elvine terdiam sembari memandangi ketua yang duduk manis di depannya,kakinya tetap nangkring diatas lututnya.

"Ngapain loe disini?"

Adit tersenyum "Saya lapar"

"Sok sok an pake 'saya-kamu' loe"

"Itu kan lebih sopan" Adit memberikan alasan. Sebenarnya ada peraturan di sekolahnya untuk menggunakan bahasa Indonesia baku. Agar bahasa Indonesia yang baik tetap terjaga tak tenggelam oleh bahasa gaul.

"Orang gak sopan gak usah disopanin, percuma" ujar El

Adit kembali tersenyum dan mencondongkan badannya kedepan "Kalau orang yang nggak sopan bisa jadi sopan karena disopankan, kenapa nggak?"



---------

Sekian, terima kasih :v

BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang