Untuk sementara waktu, aku tinggal di rumah nenek dari ibuku, rumah itu terletak tidak jauh dari rumahku dan rumah nenek dari ayahku yang biasa aku ceritakan itu. Aku pun memiliki banyak teman baru, baik di lingkunganku, ataupun lingkungan sekolah.
Sekolahku tidak jauh dari rumah nenekku saat itu, jadi, yah, aku hanya perlu berjalan kaki saja. Bosan menurutku, tidak ada ayah, tidak ada komputer... Bahkan kakek. Kakekku meninggal sewaktu aku kecil, 2006 sepertinya. Yang aku punya darinya hanyalah sebuah foto ketika ia menggendongku dan aku menggenggam mainanku. Belum ada rambut yang tumbuh di kepalaku, namun sebaliknya, kakekku telah beruban total. Dilihat dari masa kecilku, menurutku itu hal yang kurang biasa. Dilihat dari segi rasa sayang, aku kekurangan rasa sayang ayahku. Ia hanya bisa menjemputku 1-2 kali dalam seminggu, dan yang dibicarakan kami tidaklah sesantai pembicaraan dulu. Ayah selalu saja menanyakan "Bagaimana kabar ibu kaka?" Atau, "Maafkan ayah, ya nak. Karena ayah dan ibu kamu, kamu menjadi seperti ini". Ya, begitulah perubahan total dalam keseharianku. Ayahku terkadang menjengukku di taman dekat Sekolah Dasar ku saat aku dan teman teman beristirahat. Dengan raut mukanya yang cerah, dan menggenggam uang Rp 5,000 bergambarkan pahlawan Tuanku Imam Bonjol, aku sudah merasa senang. Sebagai imbalan, ku beri pelukan seorang anak dan terkadang tangisan yang mengadu. Teman temanku yang ikut melihat pun merasa heran mempunyai teman seperti aku.
Tidaklah mudah menjalani rutinitas selama 1 tahun dengan kondisi seperti itu. Bagiku dulu, bertemu ayah adalah mendapat mainan. Namun, tidak selamanya seperti itu.
"Kaka! Bukain pintu rumahnya, ada tamu!" Teriak ibuku. Tamu itu adalah seorang lelaki, lebih tua dari ayahku, pandangannya ramah. Setelah berlama - lama mengobrol, ibuku memanggilku. Aku pun menanyakan apa yang ingin aku tanyakan, "Bu, itu teh siapaa?" Tanyaku dengan logat sunda yang kental. "Kaka, itu teh ayah kamu yang baru". "Hah? Kan ayah kaka mah yang itu, yang biasa jemput kaka sama ketemu kaka di sekolah". Aku lupa sebagian besar dari dialog masa lalu tersebut, tapi yang jelas, aku mempunyai ayah baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Broken Homed Boy
KurzgeschichtenHey, adakah temanmu yang Broken Home? Apa cuma pernah dengar kata itu? Disini, Author sendiri, bakal menceritakan pengalaman pribadi author sebagai bagian dari keseluruhan anak yang mengalami Broken Home tersebut. :) Didedikasikan untuk saya dan a...