Nadine pov
Nafasku tersengal sengal. Aku meninggalkan jam kuliah ku saat ku terima telepon dari ibu supaya aku tidak pulang ke rumah hari ini. Ada yang salah disini.Aku mempercepat langkah ku. Berharap aku dapat dengan cepat sampai kerumah ku. Aku tak mampu menahan cairan bening yang sudah menggenang di pelupuk mata ku.
"Aku mohon, jangan biarkan itu terjadi! Gunggamku dalam hati. Kaki ku lemas, tubuh ku kehilangan hampir seluruh tenaga ku.
"Ya TUHAN apa apaan ini! Ucap ku lemah. Ku lihat mereka menatap ku. Mereka ada di setiap sudut rumah ku. MerEka, laki2 berjas hitam yang selalu mengancam ayah dan ibu ku. Mereka yang selalu tersenyum mengerikan ke arah ku saat mereka mengunjungi ayah.
"Apa yang kalian lakukan disini? Apa yang kalian lakukan di rumah ku??? Teriak ku kearah mereka. Mereka hanya diam dan menatap ku penuh arti. Aku berlari ke arah dalam sambil sesekali memperhatikan mereka takut sewaktu waktu mereka menyerang ku. Mata ku memerah, kali ini aku benar benar ambruk ke lantai. Nafas ku tertahan di kerongkongan ku. Ayah, ibu. Mereka berbaring lemah di lantai dengan bagian kepala berdarah.
"Apa apaan ini? Ucap ku lemah. Air mata membanjiri pipi ku. Aku memeluk kedua tubuh yang terasa masih hangat itu. Tidak, ini tidak boleh di biarkan. Aku memeriksa tanda tanda vital pada keduanya dengan panik berharap aku masih bisa melakukan pertolongan pertama berupa rjp pada mereka.
"Tidak!tidak!tidak! Air mata ku jatuh membasahi baju ayah. Bahkan jantungnya sudah tidak berdetak lagi walaupun sudah ku rjp berulang kali. Tapi aku tidak akan mudah menyerah. Aku berjalan ke arah ibu. Dan berharap aku mampu menyelamatkannya seperti aku menyelamatkan seorang pasien saat aku sedang koas.
"Percuma saja! Sebuah suara bariton mengusik kegiatan ku. Tapi aku tidak tertarik untuk melihatnya. Aku terus menatap ibu dan melakukan rjp. " mereka sudah mati! Ucapan itu menghentikan aktifitas ku. Aku terdiam sesaat. Pikiran ku kacau. Aku hancur. Aku berdiri membelakangi laki2 berjas hitam yang tampaknya merupakan ketua gengster itu. Ku raih sebilah pisau yang ada di tangan ayah. Sepertinya ayah melakukan beberpa perlawanan. Ku arahkan sebilah pisau itu ke arah laki2 yg masih membelakangi ku. Tampaknya anak buah nya agak panik melihat aksi ku.
"Kita tidak hidup di negara hukum, hal mudah bagi ku untuk membunuh seseorang! Ancam ku dengan suara gemetaran. TUHAN, apakah ini takdir ku? Melihat kedua orang tua ku meninggal di tengah kepungan para gengster ini? TUHAN, tolong biarkan aku pergi juga bersama mereka. "Tuan! Seorang yang bertubuh besar berusaha memegangi tangan ku "lepaskan tangan kotor mu pembunuh! Aku melayangkan pisau itu ke lengan pria berbadan besar itu. Aku berhasil merobek permuakaan kulitnya sedalam 1 centi. Tidak ada lagi yang kutakuti di dunia ini. Sekarang aku bahkan tidak takut pada apapun.
"Aku tidak membunuh mereka! Suara bariton itu kembali terdengar. Aku mendengus kesal. Ingin rasanya ku jahit mulutnya.
" kau bohong! Kalian pembohong!kalian membunuh! Aku mengarahkan pisau ku ke arah laki2 bersuara bariton itu. Tidak ada keraguan pada hati ku. Saat hatiku dipenuhi rasa sakit dan kebencian. Semua terlihat benar di mata ku. Saat laki2 itu berbalik menatap ku dan aku tidak mampu menghentikan tubuh ku untuk melukainya.
Dia malahan diam terpaku menatap ku, aku kira dia akan menghindari serangan ku. Tapi apa yang aku dapat kan. Dia hanya menatapku dengan mata hazelnya. Tes tes tes !! Setetes darah jatuh dari pipi nya.
"Tuan, tuan baik baik saja? Semua pria berbadan besar berjas itu berusaha menghampirinya. Laki2 itu melampaikan tangan tanda bahwa dia baik baik saja. Aku terengah engah setelah melukai pipi laki2 itu. Ku lihat darah mengalir lumayan deras dari sana. mata hazel tajam itu kembali menatap ku.
Dia sesekali mengelap pipinya yang berdarah dengan sapu tangan di balik jasnya. Laki2 di depan ku ini sangat tampan. Jika saja, jika saja dia tidak membunuh ayah dan ibuku. Mungkin aku akan jatuh cinta pada nya. "Apa kamu sudah puas? Tanyany seraya berjongkok, menyejajarkan tubuhnya dengan tubuh ku yang sedang terduduk di lantai. Mata ku memerah, sebenarnya aku tidak suka terlihat lemah di depan orang lain.
"K...kenapa kamu melakukan ini? Mata amber ku beradu dengan mata hazelnya. Meminta penjelasan pada pemuda yang ku taksir usianya tak jauh berbeda dengan ku.
"K..kenapa kamu datang dan menghancurkan hidup ku? Suara ku melemah. Aku meremas ujung dress yang ku kenakan.
"Sudah ku katakan, bukan kami yang membunuh kedua orang tua mu! Suara baiton itu juga melemah. Seperti memohon agar aku mempercayai ucapannya.
"Aku bersumpah akan membunuh kalian semua, dasar bajigan! Aku memukuli laki2 di depan ku sekuat tenaga. Tapi dia bahkan tidak menghindari pukulan ku. Serpihan air mataku beterbangan di udara akibat tubuh ku yang terus terguncang. Sampai aku rasa wajah laki2 itu memburam. Dan tiba tiba aku merasa hangat..
Calvin pov
Ya TUHAN, kenapa aku harus menyaksikan kematiaan dari ketua dan istrinya.
Dan,,
ahhh Ya TUHAN, kenapa aku harus menyaksikan kehancuran putri mereka juga..
Apakah aku memang harus menyaksikan semua hal yang menyakitkan ini TUHAN?
Apakah KAU selalu menakdirkan aku untuk selalu merasakan sakit? Aku bahkan tidak berdaya saat perempuan itu menyanyat pipi kanan ku dengan pisau dapur. Kenapa aku harus datang telat di saat ketua di serang oleh gengster waetford itu.
TUHAN, apa yang harus lakukan dengan perempuan ini? Dia tampak sangat hancur dan terguncang. Ketua merahasiakan dunia hitam yang dia pimpin pada putrinya.
Haruskah aku biarkan dia masuk ke dalam dunia hitam ini Tuhan? Dia tampak cantik dan polos untuk dunia ini TUHAN.
Haruskah aku menjaganya? Ketua, apa yang harus lakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gengster
RomanceMereka merampas ayah, dan ibu ku. Mereka pembunuh berdarah dingin yang harus ku basmi. Mereka menghancurkan hidup dan impian ku. Mereka membawa ku ke dunia hitam mereka. Dan mengenalkan aku pada mu. Hingga aku sadari mereka dan kamu adalah kehidupan...