*author pov
Mata Gadis berambut pirang itu menyipit saat mendapati calvine berjalan ke arah nya. Sebuah senyuman manis terukir di wajahnya. Hatinya berbunga bunga setelah melihat sang pemilik hatinya pulang tanpa membawa siapapun ke dalam markas. Calvine pun tersenyum ramah ke arahnya membuat gadis itu tersipu malu dengan pipi merona.
Tapi senyuman gadis itu langsung menghilang saat dia melihat seorang gadis manis bermata amber yang di gandeng calvine. Mata ellise memerah. Hatinya terasa sangat sakit saat melihat jemari mereka saling bertautan seperti sekarang. Ellise memegangi dadanya yang tiba tiba terasa nyeri. Air mata yang sedari tadi di tahan jatuh ke bawah. Ellise memalingkan wajahnya dari pandangan calvine. Dia terisak kecil hendak berlari.
Kenapa dunia selalu tidak adil terhadapnya. Ellise menghapus air mata yang menyusuri pipinya. Dunianya runtuh sekarang. Cintanya terlalu dalam untuk calvine. Dan sekrang rasa sakit yang dia rasakan pun terlalu dalam. Sakit. Sakit. Rintih ellise pelan.
Dia mulai berlari tanpa menghiraukan teriakan calvine yang terus saja memanggil manggil namanya. Sudah cukup. Sudah cukup rasa sakit yang selama ini dirasakan. Ellise berniat mengakhiri hidupnya sekarang. Calvine adalah satu satunya alasannya bertahan dan sekarang calvine sudah memilih seseorang gadis untuk menghabiskan sisa hidupnya dan gadis itu bukanlah dia.
Rasa sakit itu terus saja menjalari setiap sudut dipermukaan hati ellise. Dia mengunci pintu kamar nya dengan tergesa gesa. Membanting tubuhnya ke ranjangnya. Ellise mulai terisak. Dia menjerit pelan merasakan setiap perihnya luka yang ada di hatinya. Ellise mulai menjambak rambutnya dengan frustasi. Dia mulai merobek robek pakaian yang melekat di tubuhnya.
Dia menatap nanar sebuah pisau yang ada di meja kamarnya. Tangan ellise meraih pisau itu. Ellise menjerit frustasi. Tidak ada lagi rasa sakit setelah dia mati. Tidak akan ada lagi yang menyakitinya sekarang. Dengan satu gerakan dia merobek nadinya. Membuat darah gadis itu menyucur dengan deras dari nadinya yang terluka. Mata gadis itu menatap pasrah darah merah yang terus saja mengalir dari nadinya.
Ellise berbaring lemah di ranjangnya dengan keadaan kacau. Baju yang dikenakan nya pun sudah robek dan penuh dengan darah. Bau anyir mulai menyerang indera penciuman nya. ahh.. sudah saat baginya untuk menghilang. Bahkan tidak ada seorang pun yang mengiginkan dirinya.
Kesadaran ellisa mulai menghilang. Pandangannya menjadi berkabut dan kepalanya terasa sangat berat. Samar samar dia mendengar suara pintu kamarnya di dobrak. Seorang laki laki tinggi berlari kearahnya. Dan memeluknya erat. Bahkan ellise tidak bisa melihat siapa laki laki itu.
"Tidak!! Tidak!! Tidak ellise jangan seperti ini! Rintihnya pelan. Laki laki itu merobek kaos nya dengan mudah dan langsung mengikat luka di tangan ellise untuk menghentikan pendarahan di tangannya.
"Jangan tinggalkan aku! Aku mohon jangan tinggalkan aku! Air mata laki laki itu jatuh membasahi wajah ellise. Ellise termenun dalam keadaan setengah sadar. Pandangannya masih berkabut. Dan dia masih tidak bisa mencerna siapa laki laki yang sepanik ini melihatnya seperti ini.
Hangat, pelukan laki laki ini sangat hangat dan mengingatkan ellise kepada seseorang. Dennis.
"Aku mencintai mu! Jangan tinggalkan aku! Dennis memeluk kepala ellise dengan tangan gemertar. Air matanya sudah tidak mampu ia tahan. Mata ellise terbuka. Dia melihat dennis begitu hancur. Dia melihat dennis menangis. Dan ini pertama kali dalam hidupnya melihat dennis menangis.
"Ellise..aku akan menjaga mu! Tidak akan ada seorangpun yang mampu menyakiti mu lagi! Dennis memapah tubuh ellise meninggalkan kamar yang penuh dengan warna darah itu dengan tergesa gesa.
Ellise menatap pupil mata dennis yang berair. Sejak kapan dia jadi sesuatu yang sepenting ini untuk dennis? Dahi laki laki itu berkerut. Terlihat jelas dia sangat takut kehilangan ellise. Syukurlah. Setidaknya masih ada seseorang yang menganggapnya penting.
______
"Wanita yang tadi kenapa? Nadine mendekati calvine yang sedang memasak di dapur yang berada di kamarnya.
Lelaki itu dengan telaten memotong beberapa sayuran yang hendak di buat menjadi salad.
"Aku tidak tahu, dia sering seperti itu! Jangan dipikirkan! Ucap calvine santai. Dia mulai menggoreng sebuah telur di atas wajannya. Sementara gadis disampingnya masih terdiam. Dia sangat yakin bahwa perempuan yang di lihatnya tadi menangis.
"Dia menangis calvine! Ucapan nadine membuat calvine menghentikan aksifitas memasaknya. Dia membanting pisaunya pelan. Di tatapnya nadine berada tak jauh dari jangkauannya.
"Kau paling pandai menghawatirkan orang lain...!
BRUKKKK TIBA tiba pintu kamar calvine terbuka dengan keras. Nadine dengan cepat bersembunyi di balik punggung calvine. Laki laki itu menggengam tangan nadine dengan erat seakan mengatakan semuanya akan baik baik saja selama dia ada disini.Dennis muncul di mulut pintu dengan tatapan menunduk. Baju yang di kenakannyapun sudah robek dan penuh darah. Calvine menatapnya dengan tanda tanya. Tubuh dennis gemetaran. Aura hitam menyeruak dari sekitar tubuh nya. Laki laki itu hampir gila karena kehilangan gadis yang begitu di cintainya.
"Dennis!" Panggil calvine pelan.
Tidak ada tanggapan. Dennis masih menunduk dengan tubuh gemetar.
"Ada apa bung? Calvine melepaskan genggaman tangannya di jemari nadine dan melangkah mendekati dennis yang tampak kacau.
"Sialan kau...! Dennis menoleh menatap sahabatnya. Mata dennis memerah dengan pupil biru menyala.
Calvine menatap dennis aneh. Ini pertama kalinya dennis bertingkah aneh. Dia sadar dennis mengeluarkan aura membunuh yang menakutkan."Sialan kau calvine! Teriak dennis kencang. Dia meninju wajah calvine hingga calvine jatuh tersungkur di lantai. Bibir calvine mengeluarkan darah. Nadine tampak kaget. Gadis itu bergegas berlari kearah calvine. Dia memegangi wajah calvine dan melihat seberapa parah luka yang dia dapatkan.
"Kau terluka! Nadine mengelap lembut bibir calvine yang berdarah dengan jemarinya. Tapi laki laki yang dikhawatirkan malah menatap lurus dennis yang sedang berdiri di hadapannya. Tatapan mata 2 laki laki itu beradu. Menimbulkan beberapa kilatan kecil yang tidak dapat di tangkap oleh mata. Calvine tahu, pasti ini menyangkut masalah ellise.
Sudah lama calvine tahu, sahabatnya memiliki perasaan lebih pada gadis berambut pirang itu. Tapi dia tidak akan menyangka tindakan dennis akan sebrutal ini hanya karena ellise.
"Dennis apa yang kamu lakukan! Nadine protes dan bangkit menatap manik biru yang menggelap itu.
"Menyingkir atau kau akan terluka! Itu sebuah ancaman. Nadine tahu itu ancaman dari dennis untuk tidak ikut campur urusannya dengan calvine.
"Jangan sakiti calvine! Teriak nadine tepat di depan dennis. Mata biru itu menatap wajah cantik nadine dengan tajam. Tatapannya begitu mengintimidasi gadis berparas cantik itu.
"Siapa yang mau kau lukai bodoh? Lengan kokoh calvine menarik nadine ke belakang punggungnya. Berusaha melindungi gadis mungil itu dari tatapan tajam dennis. Tatapan mereka beradu. Membuat atmosfer kamar menjadi menegangkan. Jemari nadine menarik pelan kaos calvine.
"Ayo kita pergi! Ajak nadine.
Calvine memutuskan kontak matanya dari dennis. Dia menarik lengan nadine menuju luar kamar.
Bagaimanapun juga calvine tidak akan pernah bisa mengabaikan dennis. Dan dia juga tidak akan pernah bisa membiarkan seseorang melukai nadine."Tunggu di sini! Ada yang harus aku bicarakan dengan dennis! Laki laki itu malah tersenyum lembut kearah nadine. Dia mengelus lembut rambut bergelombang nadine. Mengatakan pada gadis itu semua akan membaik.
"Jangan berkelahi! Mengerti! Nadine mengacungkan telunjuk jarinya sebagai bentuk ancaman nya untuk calvine. Lelaki didepannya mengangguk dengan cepat. Nadine dapat melihat dengan jelas bahwa laki laki didepannya gugup.
Dia bergegas masuk kedalam kamar dan mengunci nya. Nadine lemas. Hawa didalam sangat menegangkan. Sebenarnya apa yang terjadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/74746385-288-k874559.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gengster
RomanceMereka merampas ayah, dan ibu ku. Mereka pembunuh berdarah dingin yang harus ku basmi. Mereka menghancurkan hidup dan impian ku. Mereka membawa ku ke dunia hitam mereka. Dan mengenalkan aku pada mu. Hingga aku sadari mereka dan kamu adalah kehidupan...