Inilah judul yang tepat untuk memulai cerita yang menyakitkan ini. Ketika kepercayaanmu dikhianati.
-----
"Kenapa, hah? Apa alasanmu? Kau tidak menjelaskannya padaku."
Lelaki yang ditanya itu justru diam sambil menuangkan anggur ke gelasnya.
"AYO JELASKAN!"
Perintah wanita itu yang tak kuat lagi menahan amarah. Deru nafasnya tak beraturan. Dadanya naik turun tak karuan.
"Sudah kubilang bukan? Aku tidak bisa, Love, mengertilah."
Jawab lelaki itu santai sambil menyesap anggur merah yang tadi dituangkannya.
"Aku butuh alasan, Jude! Kau sudah beteman denganku selama 20 tahun. Kau satu- satunya teman yang kumiliki. Tidak bisakah kita teruskan hubungan ini? Tidak bisakah?!"
Tanya wanita berambut pirang yang mulai putus asa. Air mata terus menetes dari mata indahnya.
"Maafkan aku, Love. Aku.. aku sudah dijodohkan oleh orang tuaku."
Jawab lelaki berpostur tegap itu pelan. Suaranya sungguh pelan hingga berpadu dengan suara hujan. Lelaki itu melirik arloji di tangannya. Ini sudah jam 10 malam, sudah 2 jam hujan turun dengan deras seperti menahannya keluar dari cafe 24 jam ini agar tetap bersama dengan wanita yang kini berstatus pacarnya, Love, namanya.
-----
Sudah 20 tahun mereka menjalin hubungan pertemanan bahkan bisa disebut persahabatan karena itu waktu yang lama untuk sebuah pertemanan. Awalnya mereka bertemu saat masuk SD, kebetulan mereka teman sebangku. Jude menyapa duluan. Maklum, Love orang yang sedikit introvert. Love membalas sapaannya dengan sedikit canggung. Entah kenapa, Love selalu memiliki perasaan was was saat bertemu dengan orang asing. Jantungnya berdegup kencang setiap kali matanya bertemu dengan orang asing yang mengajak berbicara dengannya.
"Tidak usah takut. Aku bukan orang jahat. Aku hanya ingin menjadi temanmu. Perkenalkan, aku Jude."
Sambung Jude seperti mengerti apa yang dipikirkan Love sambil mengulurkan tangannya. Love menyambut jabatan tangan itu dengan gemetar.
"A-aku Love."
Dan begitulah, pertemanan itu dimulai. Dua orang itu saling cocok. Apalagi sejak Love mengetahui jika Jude dan dirinya bertetanggaan. Rumah mereka hanya terpisah gang kecil selebar 1 meter. Mereka selalu bersama kemana- mana. Walaupun terdengar ledekan disana sini mereka tidak malu untuk menunjukkan dekatnya mereka. Mereka selalu berpikir 'untuk apa malu? Toh kita hanya berteman'
Itulah yang selalu menjadi pola pikir mereka hingga suatu saat Love bertanya tentang perasaan Jude padanya. Ia bertanya apakah Jude menyukainya. Jude menjawab iya.
Sejak itulah mereka semakin dekat, setiap hari Jude selalu mengantarkan Love ke tempat kerja dan setiap minggu mereka menghabiskan waktu bersama. Hubungan mereka sungguh indah. Tanpa bicara pun mereka bisa saling mengerti apa yang diinginkan. Tapi, ada suatu hal yang mengganjal di hati Jude. Ia merasa hubungannya seperti tidak sungguh- sungguh sedangkan waktu itu Jude sedang didesak orangtuanya untuk segera mencari pasangan atau dirinya akan dijodohkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
Romance-Ketika kau berjalan dan menemui kerikil yang menghambat jalanmu jangan pernah berpikir untuk menendangnya karena kau tidak akan tahu dimana kerikil itu akan mendarat- Setidaknya itulah kata kata yang tepat untuk menggambarkan cerita ini Cerita yang...