Leo's POV
Ya, seperti yang kalian tahu, nama gue adalah Leonard Nathan Roberto. Seperti yang kalian tahu juga, gue anak yang tidak suka bersosialisasi.Tapi, yang sepertinya kalian nggak tahu. Gue lahir di hari Rabu tanggal 3 November tahun 1999.
Gue tidak suka bersosialisasi karena gue tuh takut kalo gue nanti akan ditinggalkan oleh temen gue. Seperti gue ditinggalin oleh Ibu.
Sekarang gue hanya hidup dengan Ayah dan Adik gue.
My brother's name is almost the same like my name. His name is Deolores Nathan Roberto. Called Deo. We're just different first letter name.
Dia itu berumur 14 tahun. Btw, 14 tahun itu umur yang special bagiku. Dia itu juga ganteng sama kayak kakaknya. Hehehe. Bahkan kalau bisa dibilang Deo itu lebih ganteng daripada gue. Tapi gue nggak pernah merasa tersaingi.
Gue sama adik gue bisa ganteng kaya bule itu karena ibu kami tuh keturunan German. Kabarnya sih ya, Papanya Riana tuh juga keturunan German. Pernah sih gue denger mereka berdua ngobrol pake bahasa German. Rada-rada bingung gitu gue ngartiinnya.
Gue sangat sayang kepadanya. Sayang gue yang pertama untuk Deo, yang kedua untuk Ayah, dan yang ketiga untuk seseorang cewek. Gue yang ngajarin Deo gimana cara berpakaian yang rapi tapi tetep cool, bagaimana cara berkata-kata yang baik, dan lainnya.
Dan gue terkejut banget, saat hari Valentine dia pulang dengan membawa puluhan coklat dan bunga. Saat gue tanya. Ternyata semua ini dari temen-temen ceweknya. Aduh, adek gue satu ini ngalahin kakaknya aja.
Tapi gue nggak pernah ngajarin dia untuk pacar-pacaran. Kakaknya aja belom pacaran. Mana mungkin adeknya udah mau nyerempet duluan. Malu aja nanti gue.
Ayah gue itu adalah sahabat Papanya Riana. Awalnya gue bertemu Riana pada saat Ayah gue ada pertemuan antar 2 keluarga gitu dengan keluarga mereka dan itu terjadi saat gue dan Riana berumur 8 tahun.
Tetapi mungkin Riana sudah lupa dengan gue. Baguslah kalau dia tak ingat aku. Berarti gue tak perlu dekat dengannya. Tapi sekarang Ayah malahan berteman dengan Mamanya Riana. Bahkan mereka menjadi partner dalam bisnisnya. Nggak lama setelah gue ketemu dengan dia, gue denger kabar kalo Mama dan Papanya Riana bercerai.
Gue dapat berita kalau gue akan diwawancara dan dimintai data tentang basket dengan Riana. Mengapa harus Riana sih, ucap gue sebel dan berulang-ulang di dalam hati.
Oke baiklah gue akan jujur aja, sebenarnya gue suka dengan Riana. Sudah lama sih. Tepatnya dari gue berumur 14 tahun. Yaitu saat gue kelas 3 SMP. Maka dari itu umur 14 adalah umur yang special bagi gue. Gue itu satu kelas dengannya. Tapi gue suka menyendiri saat SMP karena gue baru ditinggal pergi oleh Ibu.
Riana itu suka duduk di bangku yang paling depan. Katanya sih biar lebih bisa mencerna pelajaran dengan baik.
Dan ternyata benar, hasilnya saja ia selalu menjadi juara kelas. Oh iya, kalo ngobrol sama gue, pakenya Lo Gue. Tapi Khusus ngobrol sama Riana gue pakenya Aku Kamu. Biar lebih gimana gitu.
Kalau Riana suka duduk di depan, maka gue akan ngelakuin sebaliknya. Gue suka duduk di belakang dan paling pinggir dekat dengan jendela. Aku ngelakuin itu bukan tanpa alasan. Alasannya pun untuk hal-hal yang benar. Bukan seperti menyontek.
Walaupun gue anak yang nyeremin, gue juga nggak mau jadi anak yang berandal. Gue lebih seneng ngeliat pemandangan ke luar kelas, yaitu taman tempat Riana sering bersantai dan belajar bersama sahabat-sahabatnya.
Gue kasih tahu ya. Walaupun gue suka menyendiri, tapi gue masih ada teman. Kami bertiga bisa dibilang sebagai geng anak tampan dan keren di sekolah. Buktinya saja kalau kami lewat, banyak cewek yang melihat ke arah kami dan senyum-senyum.
Nama kedua orang teman itu adalah Alexander Xavier, yang dipanggil Alex, dan Tristan Farrell Sagiv, dipanggil Tristan. Gue nggak tau ngapa mereka mau temenan sama gue. Tapi kata mereka gue itu seru pas diajak ngomong.
Gue nggak mau menyombong, tetapi bisa dibilang gue ini cukup kaya. Tapi masih lebih kaya Riana daripada gue. Karena rumah Riana itu besar sekali.
Tetapi dia nggak pernah menyombongkan tentang kekayaannya. Itu adalah salah satu sikap yang gue sukai dari dia. Sebenernya masih banyak alasan aku suka dengan dia. Nggak cukup ditulis 3 lembar bolak balik kertas folio.
Setiap gue latihan ataupun ada pertandingan basket selalu ada Riana dan rombongannya. Yang gue sesali bukanlah ada Riana dan rombongannya, tetapi Riana nggak mau nyemangatin gue. Malahan embel-embelnya yang selalu nyemangatin gue.
Aduh. Mereka itu ribut banget. Bahkan dari teriakan cewek-cewek lain suara mereka adalah suara yang paling kenceng. Lama-lama budek juga gue entar. Dari anak-anak itu dapet suara sekenceng itu. Putus juga nanti pita suaranya.
Dan Riana? Dia malah memilih kesel dengan embel-embelnya itu dan dia hanya diam. Riana itu, kalo ada gue nyebelinnya minta ampun deh! Dia sok cuek banget itu kalo sama gue. Dingin sih, tapi tetep bikin hati gue meleleh.
Tapi kalo sama embel-embelnya yang gaje itu. Sumpah ya. 180° bedaaa banget. Dia itu humoris banget, dia suka ngelakui hal-hal gokil dan ngeledekin temen-temennya.
Misalkan dia itu ngedorongin Fiona ke kakak kelas yang jelek, item, pendek, jauh banget deh dari aku. Ya terus Fiona dan orang gaje itu ketabrak deh.
Fionanya kejijikan. Tapi orang itu malah senyum senyum sendiri. Ya iyalah, gimana nggak senyum-senyum sambil ngefly kalo yang ditabrak cewek cantik. Tapi tetep lebih cantik Riana di duniaku.
Walaupun gue itu anak berani, tapi gue masih aja malu kali gue berada di deket Riana. Tapi nggak malu-malu amat sih. Tapi bisa aja gue nggak ada malunya di depan dia.
Gue tuh kadangan suka gugup kalo kami setatapan. Mata coklat tua yang tajam dan selalu menusuk -sampai ke hati- jika ditatap. Tapi selalu tatapan benci yang gue dapatkan.
Why she does not love me? Whereas almost all girl in school love me.
Gue kaget ngapa harus Riana yang mewawancarai gue? Tambah gugup lagi deh gue. Ada setatapan ama dia aja gue gugup, apalagi gue mau ngomong sama dia. Nanti gue dikira bisu lagi gara-gara gue diem aja.
Cobaan hidup apalagi ini, Ya Tuhan.
————————————————————
Oke sampe sini doeloeh ya....
Di episode 5 lebih keliatan lagi romancenya
Terus baca ya & maap kalo masi ada typo-typo dikit. Soalnya lagi ulangan 😄
Selamat berpuasa yaaa💕💕💕
Have a nice day! Love y'all 💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Love Me?
Teen FictionCatriana Amora, orang yang membenci Most Wanted sekolahannya yaitu Leo. Tapi mengapa saat Leo mengungkapkan perasaan sukanya ke Riana, Riana malahan tidak menolak Leo. Tapi mereka belum pacaran. Hanya sekedar teman. Tetapi rasa benci Riana terhadap...