#7 Terpaksa Pulang Bareng Deh

16 3 2
                                    

Riana's POV
Sudah 2 hari aku jalani setelah makan dengan Raja Kegelapan itu. Dan sudah 2 hari juga si Cowok Songong alias Tristan itu kerjaannya ngikutin aku terus. Nggak tau deh mau ngapain. Yang pasti dia itu selalu nanyain soal keputusan aku masih mau nerima dia ato nggak.

Orang udah tau juga kalo aku nolak. Masih aja maksain kehendak. Menurut guru aku saat kelas 2 SD, maksain kehendak itu dosa. Apalagi secara sepihak kayak tuh cowok songong.

Ini hari Jumat, dan kami telah melewatkan waktu di sekolah violet ini sampai jam pelajaran ke 5. Dan jam pelajaran ke 6-nya adalah pelajaran Sejarah. Aku jadi inget kelompok sejarah aku yang sama Adel, Leo, dengan Tristan deh.

Yang belum kalian tahu. Ibu Loli, yaitu guru sejarah kami yang menjadi guru favorit kami sekelas, bukan hanya sekelas tapi 1 sekolah.

Bu Loli ini adalah guru yang paling muda di sekolah ini. Umurnya baru 22 tahun. Dan karena umurnya yang masih muda itu pun, sikap dan perilakunya juga masih seperti anak muda.

Setiap jam pelajaran yang kami lewati selalu dihadiri canda dan tawa sekelas karena Ibu Loli selalu melawak ketika sedang mengajar. Katanya biar nggak terlalu tegang. Dan dibawa enjoy aja.

Dia juga sering ngasih free time ato waktu bebas. Tapi dengan syarat kami udah nyelesain tugas kami. Dan juga yang kebih baik lagi, dia itu ngizinin kami untuk nonton film di kelas. Ya, nonton lewat proyektor kayak layar tancep. Gpp lah yang penting asik.

Tapi ada juga syaratnya, yaitu ulangan kami nggak ada yang ada remidi ato perbaikan dan nilainya juga besar-besar.

"Woi, Na!!" teriak Adel di telingaku sambil memukul pundakku.

Alhasil aku tersadar dari lamunanku yang memikirkan Bu Loli.

"Ih, kamu ngapain sih del teriak sambil mukul-mukul gitu!" teriakku tak kalah kencang dari teriakan Adel.

"Lagian lo dari tadi disuruh ngumpul sama kelompoknya, lo malahan ngelamun aja. Gue udah dari tadi manggil-manggil lo. Lonya nggak denger. Ya udah, gue teriak aja. Lo mikirin siapa sih? Gebetan lo ya?" tanya Adel dengan muka menyelidik.

"Aku tadi mikirin kelebihannya Bu Loli kok. Memang siapa gebetan aku? Perasaan nggak ada deh. Btw kelompoknya buat baru lagi ato tetep yang kemaren?" tanyaku ke Adel dengan muka kikuk.

"Nggak penting banget lo mikirin Bu Loli. Lo LGBT ya? Ih amit-amit gue punya temen LGBT. Ya udah buruan gabung sama kita. Kita dari tadi udah ngumpul semua. Lo sendiri yang belom" ajak Adel.

Riana pun beranjak memindahkan meja dan kursinya mendekat ke arah kelompoknya.

'Yah, ngapa aku duduk samping Leo lagi sih?' umpatku kesal dalam hati.

"Kita disuruh buat apa? Buatnya di sekolah ato di rumah?" tanyaku dengan mereka.

"Sumpah, Na. Muka lo kayak orang bego gitu. Lucu amat sih. Btw lo dari tadi nggak dengerin Bu Loli ngomong ya? Padahal Bu Loli tadi ngomongnya udah besar loh. Budeg kali kuping lo ya? Udah berapa tahun tuh nggak dibersihin? Ah udahlah lupain aja lah. Oh iya, kita itu disuruh buat mading gitu. Buatnya di rumah nggak boleh di sekolah. Harus di rumah masing-masing. Isinya madingnya tuh tentang provinsi yang tadi udah ditentuin. Kita dapet provinsi Jawa Barat. Isi madingnya tuh harus ada asal-usul Jawa Barat bla bla bla bla......." jelas Adel panjang lebar.

"Oh gitu. Mudah deh. Mau di rumah siapa nih ngerjainnya?" tanyaku.

"Kalo aku sih terserah aja" kata Leo yang dari tadi hanya terdiam melihat perdebatan antara Riana dan Adel.

"Gue juga ikut aja" ucap Tristan malas.

"Ya udah deh. Besok ya? Jam 11.00 sampe jam 15.00 lah ya? Na, di rumah lo bisa nggak?" tanya Adel kepadaku.

Do You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang