PART 7 - HOUSE OF AMBER STREET (1)

3K 275 41
                                    

Aku menemukan sebuah kertas di teras rumah itu. Aku yakin bahwa itu adalah surat yang ditujukkan untukku dari ibu. Aku mengambil kertas itu dengan penuh semangat. Berharap ibu memberikan alamat baru-nya dan aku bisa mengunjungi ibu. Kuraih surat yang tergeletak di lantai dan kubacakan isinya di dalam hati.

"Hai, Nak. Ini surat dari ibumu. Apa kabarmu? Ibu hanya ingin menyampaikan bahwa ibu sudah pindah ke rumah nenekmu. Ibu sengaja pindah karena rumah nenek kamu kosong. Nenek sudah lama pergi. Cepatlah kamu kesini!"

Ibu hanya menyuruhku datang tapi tidak memberikan alamatnya. Ibu juga tidak pernah membicarakan tentang nenek selama aku tinggal bersamanya. Lantas, gimana nasib aku sekarang? Tidak memungkinkan jika aku kembali ke home stay ku. Jaraknya cukup jauh dari rumah ibu.

Akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke dalam rumah ibu untuk mencari petunjuk. Aku berjalan menuju ruangan pertama di rumah ini. Terdengar jelas dentuman sepatu-ku. Ruangan pertama yang kujumpai ialah ruang tamu. Disana terdapat dua buah sofa dan satu buah TV LCD tepat berada di atas rak kaca. Terdapat beberapa tumpukan kertas dan buku di dalam laci rak. Mungkin di dalam tumpukan kertas itu ada petunjuk.

Ku ambil tumpukan kertas itu dan ku letakan di lantai dan aku duduk sambil memungut satu per satu kertas. Kertas pertama yang ter-ambil olehku adalah selembar foto keluarga kami yaitu Ayah, Ibu, Giselle, dan aku. Ayahku sudah meninggalkan ku sejak aku masih berumur 3 tahun. Ibuku tidak pernah bercerita tentang kematian ayah sebab ibu tidak ingin aku sedih mendengar cerita tentang itu. Dan Giselle, aku tidak pernah mendengar kabar tentangnya sejak aku memutuskan untuk hidup mandiri.

Setelah lama aku mengacak acak kertas, aku menemukan sebuah gambar wanita tua yang wajahnya mirip dengan ibuku.

"Mungkinkah itu nenek?" tanyaku dalam hati sambil menatap gambar itu.

Aku membalik kertas foto itu dan kutemukan sebuah tulisan.

Marry Daisy, 1967
de moeder van een moordenaar

Aku tidak dapat mengartikan tulisan itu. Namun dapat dipastikan bahwa itu adalah nenekku.

Aku terus mencari petunjuk di tumpukan kertas itu, sampai akhirnya aku menemukan sebuah foto seorang wanita menggunakan gaun berwarna merah sedang berdiri di depan sebuah jendela yang terbuat dari kaca. Foto itu hanyalah foto biasa. Namun dibalik gambar itu terdapat sebuah kalimat yang bisa dijadikan petunjuk.

Marry Daisy, 1952
Amber Street No.26
Red is My Blood and Blood is My Life

"Ini pasti alamat rumahnya! Aku tidak peduli kata kata itu yang penting aku bisa bertemu ibuku!"

Aku merapikan tumpukan kertas itu dan kuletakkan di tempat semula terkecuali dua foto tadi. Foto itu kusimpan di dalam tas-ku.
Aku membuka tasku dan mengeluarkan Smartphone ku.

"Google, Tunjukkan Jalan Menuju Amber Street!"

Google mulai menampilkan alamat yang ku perintahkan. Ternyata jarak rumahnya tidak jauh dari rumah ibuku. Jaraknya hanya sekitar 1 KM dari rumah ibuku. Kuikuti setiap perintah yang diberikan dari Smartphone ku itu.

Akhirnya aku tiba di rumah nomor 26 itu. Rumah itu terlihat old style dari luarnya. Daun daun kering berserakan di teras, kursi goyang warna putih yang terlihat kusam di sudut teras, dan juga pagar kayu yang menutupi teras rumah itu membuat diriku sedikit takut. Aku melangkahkan kakiku ke rumah itu. Aku sedikit ragu untuk mengetuk pintunya. Benarkah ibuku memutuskan untuk tinggal di tempat antah berantah ini? Aku tidak yakin. Aku memutuskan untuk mengetuk pintunya. Pertama, tidak ada respon. Kedua kali juga sama. Ketiga kalinya aku mengetuk sambil mengatakan "Permisi.." Akhirnya ada respon yang diberikan yaitu suara langkah kaki yang semakin lama mendekat ke pintu.

"Ingin bertemu dengan...." ucapannya terhenti seketika ketika melihatku.

"Ibuu!!!!" aku langsung teriak kegirangan dan langsung memeluk erat ibu.

"Akhirnya kamu datang, Nak!" ia tersenyum kepadaku.

"Mari masuk! Ibu akan buatkan kamu makan malam yang enak..." ia terlihat senang akan kedatanganku.

"Makasih bu, aku kangen banget sama ibu."

"Ibu juga, Nak! Oh iya, nanti kamu akan menginap disini, kan? Ibu sudah menyiapkan kamar untukmu."

"Iya bu, aku akan menginap disini selama 2 hari. Setelah itu aku akan pulang ke home stay ku."

"Baiklah, kamu istirahat saja dulu di kamar kamu. Itu disana kamarnya!" ia menunjuk ke salah satu kamar.

"Oke bu."

Aku memasuki kamar tersebut. Cat dindingnya tampak pudar. Aku pikir wajar saja karena rumah ini bukan rumah yang baru dibangun. Disana terdapat satu buah single bed tepat disampingnya berdiri kokoh sebuah jendela dengan sisi kayu yang mengarah langsung ke taman belakang. Di sudut ruangan ada sebuah lemari dan nakas.

Aku duduk di kasur dan membuka smartphone ku. Ada beberapa pesan BBM yang masuk.

Dery :"woii, lu dimana? Tadi gw kerumah lo kgk ada"
Shinta : "New pin (+)5DG52616 , Canss banget. Gk invite nyesel!"

Aku membalas pesan dari Dery.

"Gw lagi dirumah nenek gw, Der. Kenapa emgnya? Mau minjem duit? Wkwk."

Dengan cepat Dery langsung membalasnya,
"Kgk lah, tadi gw pengen ngajak lo main ps, Nad!"

Aku membalasnya lagi,
"Ntar aja, Der. Kalo gw udah balik."

Ia membalas lagi,
"Yaudeh sip. btw, tadi gw liat orang diri di samping pintu kamar lo. Pas gw berenti di depan pintu rumah lo, dia malah jalan ke pintu kamar yang paling ujung."

Aku membalasnya,
"Ngapain aja dia disana?"

Dery tidak membalas lagi.

"Woiiii, Der!!!"

Dia tidak memberikan jawaban. Aku bingung dengan sahabatku yang satu ini. Sok sibuk.

"Nak, ayo kita makan. Makanannya udah siap nih.." terdengar teriakan ibuku dari dapur.

"Iyaa bu, aku segera kesanaa..." aku membalas.

Aku berjalan menuju dapur. Di meja makan telah tersaji banyak sekali makanan. Menu utama kali ini adalah Daging. Ya, DAGING.

------------------------------------------------------

Saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman semua yang rela menyempatkan waktunya untuk membaca sampai di part ini.

Saya mengharapkan teman-teman semua berkomentar tentang cerita saya ini. Komentar dan kritik dari teman-teman adalah kunci saya untuk menulis lebih baik kedepannya.

Stay tuned terus ya, akan ada surprise yang gk kalian duga di part berikutnya.

Website Pribadi untuk Para PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang