PART 16 - SEBELUM PUKUL SEPULUH

1.7K 136 3
                                    

Mataku terbelalak lebar melihat seisi kamarku yang mencekam. Pisau, tali tambang, gergaji kayu, selotip, dan masih banyak barang mengerikan lainnya tertidur di lantai berwarna putih bening. Kau tahu apa lagi yang lebih mengerikan? Semua senjata itu berdampingan dengan posisiku saat ini. Dengan kondisi kaki dan tangan terikat tali, aku tidak dapat melakukan hal apapun. Rasanya seperti hewan buruhan yang sesaat lagi akan diolah menjadi hidangan lezat.

Aku menyipitkan mata, melihat ke arah jam yang menggantung di atas dinding. Sial! Hampir enam jam aku menghabiskan waktu hanya untuk tidur. Bagaimana bisa aku melakukannya? Apakah pria tua sialan itu menyuntikan obat bius di tubuhku. Oh! Rasanya tidak mungkin.

Aku menebar pandangan ke sekitar. Kamarku tampak menyeramkan. Pria tua itu memang handal menghias ruanganku jadi mencekam-Cahaya lampu yang meredup, ditambah dengan berbagai macam senjata tajam didekatku berhasil membuat jantungku terpompa cepat-

Omong-omong, kemana dia sekarang? Apakah dia sedang menyusun rencana untuk membunuhku? Pria itu selalu membuatku bertanya-tanya.

"Aku tau kau akan kembali!"

Suara lantang seorang pria berhasil mengejutkanku. Suara serak serta tegas yang sudah tak asing bagiku. Tanpa melihat orang itu, sudah dapat ditebak,

Pria tua sialan.

"Apa kau kembali untuk ini?" Senyumnya menyeringai sambil menggengam arloji berbentuk bundar dengan sisi yang dilapisi emas. Arloji itu menggantung menyeramkan di tangannya--nampak dari sini, kaca yang melindungi angka yang bertengger didalamnya retak tak berbentuk.

Mulutku sedikit menganga melihat hal itu. Perasaan kesal menggumpal di dalam hati. Memaki. itulah hal yang ingin kulakukan saat ini. Tapi sayangnya aku tak bisa melakukannya, seperti minimnya oksigen yang kudapat untuk berbicara.

Aku menatapnya tajam, "kem-mbalikan itu!" Perintahku gugup. Jujur saja, pria tua biadab itu sangat mengintimidasi. Mulai dari tatapan matanya yang menusuk hingga perbuatannya yang bisa dibilang menakutkan. Aku diperlakukan layaknya hewan buruhan, pada kenyataannya aku sama sekali tidak mengetahui siapa dia sebenarnya dan apa tujuannya melakukan ini semua kepadaku.

"Untuk apa kau mencari ini? Bukankah ini hanya sebuah arloji tua yang hampir berkarat?" Pertanyaannya nampak membingungkanku. Gerak reflek pada wajahku seketika bekerja. Alis pada mata kiriku terangkat dengan sendirinya.

"Kau tidak akan pernah mengerti pria tua!" Jawabku lantang. keheningan menghantui kami dan seisi ruangan.

"Aku sangat mengerti tentang kehidupan-mu," Nada bicaranya melemah. Ekspresi pada wajahnya berubah. Aku terkejut melihat pria tua itu sekarang. Wajahnya kini datar. Sangat membingungkan. "Bahkan tentang ibu sialanmu itu!" Aku tak bisa berkata apapun. Lidahku terasa kaku. Wajahku terpaku menatapnya. Gumpalan air liur di dalam mulutku berhasil tertegak menyebabkan leherku beserta organ didalamnya bergerak naik.

"Apa yang salah dengan ibuku? Jangan sekali-kali berkata buruk tentang ibuku!" Tukas-ku menerka. Pada akhirnya aku berhasil mengucapkan sepatah kalimat yang membuat seringaiannya melebar. Entah bagaimana caranya aku memberanikan diri. "Dia orang baik, t-tapi sikapnya berubah akhir-akhir ini." Wajahku meredup. Tubuhku merasakan sakit tanpa sebab ketika mengingat hari itu.

"Itu sebabnya aku disini, menjaga-mu dari wanita itu." Jawabnya santai.

Jelas perkataan itu membuatku naik darah. Aku tidak mengerti maksud dari kata 'Menjaga' yang ia ucapkan. Hampir saja nyawa satu-satunya yang kupunya ludes di tangannya.

"Sejujurnya aku benci melakukan sosialisasi dengan manusia, anggap saja obrolan kita tadi adalah hiburan sebelum kita berlanjut ke permainan selanjutnya." Sambung-nya.

Permainan bodoh apalagi yang akan dia berikan untuk-ku.

"Tunggu, apa kau tau sesuatu tentang Marry Daisy?" Tanyaku polos. Keheningan mengisi ruangan ini selama beberapa detik.

"Baiklah, sudah cukup! Itu tidak penting sekarang. Aku akan kembali pukul sepuluh dan kita akan melanjutkan permainannya."

Sepatu pantofel hitamnya berjalan menjauh--meninggalkan ruangan ini dan juga membiarkanku terbaring di lantai dengan tangan terikat. Stopwatch emas yang berada di tangannya sejak tadi dihempaskan begitu saja ke lantai. Pecahan kaca pelindung pada arloji emas itu menjadi pemandangan terburuk.

"TIDAKKKK!!!!"

Aku berteriak sekuat-kuatnya.

Hal apa lagi yang akan terjadi selanjutnya?

Akankah perkataan ibu benar tentang stopwatch itu?

Persetan dengan itu semua, setetes air mata berhasil membasahi bulu mataku dan mengaliri wajahku cepat. Ia melanjutkan langkahnya tanpa menoleh kearahku. Ia mengabaikan teriakanku layaknya suara daun yang gugur dari tangkainya dan jatuh ke tanah. Ini sudah kelewat batas. Pembalasanku akan jauh lebih menyakitkan daripada perbuatanmu padaku.

Ketika seorang wanita ditancapkan dengan sebilah pedang, ia akan membalasnya dengan seribu bilah pedang.

Terbesit ide brilian di dalam pikiranku. Tapi aku tidak bisa melakukan rencana ini sendiri. Aku butuh bantuan seseorang.

LONIA, CEPATLAH KEMBALI!

Aku berharap ia datang membantuku. Belum lama harapan itu terucap, seseorang bergaun merah menggunakan heels berdiri mematung didepan pintu.

"Lonia akhirnya kau kembali!!!!!" Aku tersenyum lebar ketika melihat sosok Lonia berdiri disana. Tatapan angkuh masih menghiasi wajahnya yang cantik. Seutas senyuman tipis berhasil keluar dari wajahnya--dia masih terlihat angkuh.

Ia menghampiriku dan mengambil sebilah gergaji kayu yang tergeletak di sampingku. "Kita tidak punya banyak waktu. Ambil stopwatch itu lalu kita pergi!" Ucapnya sedikit tergesa-gesa.

Setelah ikatan itu berhasil terlepas, Lonia langsung merampas tanganku dan menarik keatas menyebabkan seluruh tubuhku terangkat. Aku memungut arloji emas yang sudah tidak berpelindung itu lalu pergi meninggalkan ruangan menyeramkan ini.

Lonia nampak tegang. Ia menyapu pandangan ke kanan dan kiri hanya sekedar memastikan bahwa pria itu tidak menyerang kami secara mendadak. Tangga besi nan kokoh menatap antusias akan kepergian kami di ujung lorong. Aku semakin tidak sabar menjelaskan rencanaku kepada Lonia dan tentu saja menghabisi nyawa pria tua biadab itu.

***
Hi guys, im back!
Gilss udah sebulan lebih gk update.
Semoga kalian masih antusias ya buat baca cerita ini.

BTW, THANKS FOR 10K READERS!!!!

I appreciate u with an applause 👏

Semoga karya kalian nyusul ya jadi 16M Readers 😂

P.s. akan ada sekuel dari cerita ini, so tunggu aja ya release date-nya

Website Pribadi untuk Para PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang