PART 15 - PENYESALAN

1.7K 144 12
                                    

"Kau kenapa?" Lonia menatapku sebentar karena melihat wajahku yang panik.

Aku terdiam selama beberapa waktu. "Bisakah kita berputar?" pintaku.

Lonia membanting pandangan kearah-ku. "Kau ini gila, hah! Untuk apa kita berputar?" wajah Lonia nampak garang ketika sedang marah.

Aku menatap Lonia sendu, kemudian merunduk penuh beban melihat wajahnya penuh amarah. Kurasa Lonia tidak akan mau jika kuajak kembali.

"Ada satu hal yang tertinggal."

"Apa?" tanya Lonia masih dengan tatapan kesalnya.

"Stopwatch emas warisan keluargaku. Kau tau? Pria tua tadi mengincar benda itu sejak lama. Ia ingin menghancurkan keluarga-ku. jika ia berhasil memiliki benda itu tandanya keluargaku akan hancur sebentar lagi." jawabku

"Aku tidak mengerti apa maksudmu." ucapnya dengan nada yang tinggi, layaknya sedang membentak.

"Ibuku bilang, jangan sampai stopwatch itu jatuh ketangan orang jahat atau keluarga kita dalam bahaya."

"Apa? Mana mungkin sebuah arloji bisa menghancurkan keluarga seseorang. Kurasa ibumu terlalu banyak ber-fantasi."

Nada bicara Lonia semakin meninggi. Ia mengejek ibuku dengan perkataan yang baru saja ia ucapkan. Emosi ku semakin menggebu-gebu di dalam ulu hati layaknya sebuah gunung berapi yang siap memuntahkan lahar panasnya.

Aku mencoba menahan amarah ketika mendengar ucapan Lonia yang semakin lama semakin merobek hati dan telinga-ku. Tapi aku tidak berhasil. "Aku tidak butuh bantuanmu Lonia, kau tidak akan pernah mengerti tentang kehidupanku. Aku akan pergi sendiri."

"Silahkan saja!" ia melingkarkan tangannya di depan dada.

Aku terus menyimpan perasaan kesal di hati. Entah sampai kapan aku bisa menahan ini semua. Aku terus mencaci Lonia di dalam hati. Orang yang tidak tau diuntung. Andai saja aku tidak menyembunyikan dirinya dari si pria tua biadab itu, mungkin dia sudah menjadi korban penyiksaan selanjutnya.

Tepat di perempatan jalan aku meminta supir untuk memberhentikan mobil yang sedang dikemudikan.

"Apa kau yakin? Kau akan kesulitan untuk bebas dari pria itu." ucapan yang Lonia lontarkan berhasil membuatku terdiam sejenak. Aku berfikir untuk sepersekian detik. Perkataan Lonia memang benar, tapi aku harus membawa Stopwatch itu dan jika perlu akan kubunuh pria tua itu agar tidak ada lagi teror-teror yang marak terjadi di website aneh miliknya.

Kau berfikir aku sadis? Jika untuk kelangsungan hidup orang-orang, apapun akan kulakukan.

Aku memutuskan untuk menuruni mobil tanpa menoleh sedikitpun ke arah wanita arogan itu. Tak lama setelah itu, mereka melanjutkan perjalanannya.

Nampak dari tempatku berdiri banyak mobil tengah berjejer menunggu bergantinya lampu merah ke lampu hijau dan tepat di sisi kananku terlihat kendaraan melaju dengan cepat seakan menghindari lampu merah yang sesaat lagi akan tiba.

Dengan penuh harapan, aku berlari menyusuri trotoar dengan cepat. Sekelompok orang yang sedang mengobrol di pinggir trotoar seketika membanting pandangannya ke arahku.

Aku tidak peduli! Terserah mereka mau berpikir apa.

***

Tibalah aku di depan bangunan kost dua lantai dengan latar belakang dinding berwarna abu-abu yang sudah terkelupas di beberapa bagian.

Bangunan yang terbagi antara kamar di sisi kanan-kiri dan sebuah lorong di tengahnya. Dengan tangga besi yang kokoh di ujung lorong.

Aku melepas lelah dengan membungkuk. Memang hal itu tidak memulihkan energi-ku sepenuhnya. Tapi setidaknya aku dapat mengatur nafasku dengan melakukan hal kecil semacam itu.

Setelah nafasku sudah pulih dan teratur aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Tidak seperti biasa, bangunan ini nampak sepi di siang hari. Kemana anak muda yang biasanya ngobrol di lorong? Kuharap mereka sudah habis dicakar macan, seperti yang mereka bilang kepadaku sebelumnya.

Lorong tampak sunyi, hanya dentuman sepatuku yang bergema di tempat ini. Pancaran cahaya matahari sedikit terhalang membuat tempat ini menjadi gelap walaupun siang hari. Aku menaiki satu per satu anak tangga dengan perlahan. Hingga tibalah aku di depan pintu kamar-ku.

Aku terdiam sambil menatap penuh ketakutan kearah angka 08 yang terpaku di depan pintu kamarku. Tanganku mulai bergerak maju, menempatkannya di atas pegangan pintu. Lalu aku membukanya perlahan.

Aku membuka sedikit pintu dan kini aku bisa melihat ke dalam. Hal yang pertama kali kulihat hanyalah sebuah lemari kayu milikku

"Akhirnya!"

Suara seorang pria berhasil mengejutkan-ku. Sesuatu berwarna hitam menghalangi pandanganku. Seketika pintu kayu itu terbanting dengan cepat. Aku terpental hingga ke dinding seberang kamarku.

Aaaaa!!!!

Tidak ada kata yang bisa menggambarkan rasa sakitku saat ini. Dan telinga kiriku? Kenapa seketika sunyi? Hanya bunyi dengung yang terdengar di telinga kiriku.

Aku memutuskan untuk menyandarkan kepala di dinding. Aku tidak sanggup lagi untuk membuka kedua mataku. Mataku perlahan terpejam. Bersamaan dengan itu, kulihat pria itu menghampiri dan berlutut di depanku. Dengan pandangan buyar kulihat orang itu mengapit kedua kakiku kemudian mengikatnya dengan tali. Bisa kurasakan ikatannya sangat kencang.

Tanpa beban apapun, pria itu menarik tali yang sudah di ikatkan di kedua pergelangan kakiku hingga semua tubuhku ikut terbawa. Ingin rasanya memberontak tapi merasakan kondisi tubuhku saat ini lebih baik memasrahkan diri.

Rasa sakit di kepalaku semakin bertambah, rasanya seperti dihantam dengan balok kayu yang besar. Pandanganku semakin kabur. Mataku perlahan terpejam hingga akhirnya aku tidak sadarkan diri.

Lonia, kau dimana?
Tolong selamatkan nyawaku!
Sudah terlambatkah aku ikut denganmu?

***
Hay 🙋
Thanks, udah baca part ini.
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan comment. Author pasti akan bales comment kalian.

Author minta maaf buat yang udah nunggu  update-an cerita ini. Lama banget pasti. Iya, author akuin emang lama banget. Tapi pastinya ada alasan tertentu yang mengharuskan untuk vakum nulis wattpad.

Makasih banyak buat kalian yang masih ngikutin cerita ini. You are amazing!!

Oiya author mau recommend cerita teen fiction yang kece bgt nihh! (On Going)
Langsung aja buka work-nya : @TariAmalia

Sampe sini dulu aja untuk part ini,
See you!!

Website Pribadi untuk Para PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang