Clara POV
Di sinilah aku, bandara Internasional Soekarno Hatta. Alhamdullilah, aku sudah sampai di Jakarta, tepat pukul 17.30, dan sekarang aku sedang mencari kerabat ku yang bernama tante Silvi. Beliau adalah adik kandung dari Papa ku.
Tapi, sudah sekitar 5 menit berlalu, aku sama sekali tidak melihat batang hidung tante ku itu.
Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menghampiri ku, tatapan nya aneh, seperti orang yang kebingungan, Mungkin? Entahlah.
"Lo Clara, bukan?" Tanya nya padaku.
Aku tersenyum simpul, lalu mengangguk."Ah, akhirnya ketemu juga.." gumam nya pelan.
"Maaf, anda ini siapa ya?" Tanya ku hati-hati pada cowok itu.
Tetapi, dia malah menertawai ku. Aku hanya memberinya tatapan seperti Apa ada yang lucu?"Egh.. lol banget sumpah ! Sejak kapan bahasa lo jadi kayak terjemahan gitu, ra?" Katanya, yang masih saja menertawaiku. Aku hanya diam, seperti biasanya, aku akan menatap datar orang yang masih belum ku kenal. Terutama yang sok kenal, dan sok dekat padaku.
"Ok, sorry-sorry, lo beneran gak inget sama gue, Ra?" Tanya nya,
Aku hanya menggeleng."Yakin? Coba deh, lo inget lagi. Gue kasih Clue, dulu pas lo masih bocah, lo pernah muntahin tempat tidur gue." Ucapan nya langsung membuatku kaget bukan main.
Sekarang aku baru ingat, siapa laki-laki ini. Clue yang dia kasih, membuat ku Flashback saat umurku masih 7 tahun.Ha? SERIOUSLY? Cowok ini, ternyata.. dia..
"Lo.. lo.. Kahfi kan? Ehm.. maksud gue, lo kak Kahfi?" Ucap ku masih setengah yakin. Dia hanya menjawab nya dengan anggukan, dan senyuman.
Senyuman itu, membuat ku menyukai nya selama hampir 8 tahun, tapi itu dulu.Laki-laki di depanku ini, dia adalah anak dari tante Silvi, Kahfi Anggara. Dia kakak sepupuku. Umur ku dan kak Kahfi, terpaut 6 tahun. Dulu aku mulai menyukai nya saat umurku 7 tahun, hingga aku mulai remaja sekitar 15 tahun.
"Clar, udah puas lo mandangin gue, eh?" Ucapan kak Kahfi membuatku langsung membuang muka, karena malu. Tenang, aku bukan tipe wanita yang mudah blushing kok.
Dia tertawa lagi, kali ini dia sambil menepuk-nepuk puncak kepalaku.
Cukup. Aku tidak bisa menerima perlakuan nya yang selalu seperti ini kepadaku. Reflek, aku menarik tangan nya, agar berhenti menepuk-nepuk puncak kepalaku.
Sepertinya kak Kahfi menyadari penolakan ku.Ia berdehem, untuk mencairkan suasana.
"Hm, ya udah kita balik sekarang aja ya. Yuk, bunda udah nungguin kedatangan kamu loh." Ujar kak Kahfi. Wait, what he say? Repeat, 'nungguin KAMU' , am i care? Of course not.
kemudian ia mengamit tanganku dan menggandengnya. Aku sempat menolak, dengan memelototi nya, parahnya dia hanya tersenyum, dan memperat gandengan nya. Oke. Ini memang Awkard.Di perjalanan menuju rumah tante Silvi, tidak ada yang bersuara, hanya ada suara radio, yang memutar lagu dari Lukas Graham-7 years.
•••
Author POV18:30 WIB
Mobil yang ditumpangi oleh Clara, memasuki halaman yang cukup luas, kemudian berhenti tepat di depan rumah bergaya minimalis modern.
"Nah.. sudah sampai, ayo Clara." Ucap Kahfi, kemudian turun dari mobil, lalu melangkah masuk ke dalam bangunan bergaya minimalis itu, diikuti dengan Clara yang menenteng koper bawaan nya.
"Assalamualaikum bunda, nih Clara nya udah datang..." ucap Kahfi, pada wanita paruh baya, yang masih terlihat sangat awet muda dan cantik, beliau adalah Silvi Roro Anggara, ibunda Kahfi sekaligus sebagai tante Clara.
"Waalaikumsalam, Kahfi kamu kok lama banget sih, Eh ini Clara? Beneran ini Clara keponakan bunda?"
"E.. iya tan, ini aku Clara. Tante Silvi makin cantik aja ya.." jawab Clara sopan, lalu memeluk hangat tante nya itu.
"Allhamdulilah, bunda dikasih keponakan yang super cantik, kayak Clara." Sahut tante Silvi saat membalas pelukan ponakan nya itu.
"Ih tan, mana mungkin Cantik, wajahku masih kusem kayak gini."
"Siapa bilang wajah kamu kusem, masih seger gini kok. Tante masih gak nyangka loh kalau kamu Clara, abisnya sekarang cantik banget sih." Puji tante Silvi pada Clara, sambil mengelus kepala Clara.
"Ehem. Bunda, udah dulu kangen-kangenan nya, kasian Clara nya masih capek." Ujar Kahfi tiba-tiba, merusak momen temu kangen.
"Hmm, iya deh. Clara istirahat dulu gih, nanti kalau udah waktunya makan malam, nanti tante panggil." Ucap tante Silvi. Kemudian memberi tanda pada Kahfi, untuk mengantarkan Clara ke kamar yang akan ditempati Clara beberapa tahun kedepan, mungkin?.
"Nah.. Clara, ini dia kamar milik lo. Maaf ya mungkin lo gak suka penataan kamar nya."
Kata Kahfi dengan senyuman ramah."Kak Kahfi apaan sih, gue suka banget kok kamar ini, penataan nya apalagi. Elegan banget."
Clara memuji dengan tulus."Syukur deh kalau lo suka, jadi usaha gue gak sia-sia, Ra." Ujar Kahfi yang sedikit ambigu.
"Usaha?" Sahut Clara sambil menaikan alis nya.
"Em.. maksud gue itu.. usaha buat manggil orang Cleaning Service buat nge bersihin kamar lo ini. Ya udah gue tinggal ya, ra." Bohong Kahfi, kemudian langsung kembali ke bawah. Sebenarnya yang membersihkan, menata kamar itu dilakukan oleh Kahfi sendiri. Ia sangat excited saat mendengar Clara akan tinggal di rumahnya. Alasan nya? hanya Kahfi dan tuhan yang tahu.
•••
Makan malam berjalan dengan nikmat dan harmonis. Ayah Kahfi, Toni. Beliau juga menyambut Clara keponakan nya dengan sangat senang.
"O iya Clara, besok kamu sudah mulai kuliah, bukan?" Tanya Toni, pada keponakan nya.
"Iya om, kata papa Clara besok sudah mulai kuliah, tapi Clara gak tahu di mana kampus nya." Jawab Clara sopan.
"Tenang aja ra, gue besok yang nganterin lo." Sahut Kahfi tiba-tiba.
"Tumben kamu mau nganterin? Oh.. ayah tahu, pasti mau modusin Clara ya?" Goda Toni pada Kahfi, putranya.
"Ayah apaan sih." Gerutu Kahfi, membuat semua tertawa.
Clara pun sama, ia juga ikut tersenyum. Clara merasakan kehangatan bersama keluarga ini.
'Mungkin ini adalah keluarga kedua untuk ku, setidaknya aku bisa merasakan kehangatan lagi di keluarga ini' batin Clara, lalu tersenyum.•••
Maaf sedikit, btw saya jd nge fans sama Kahfi :3 . Abaikan.
Tolong jangan jadi silent readers ya.. setidaknya vote, untuk menambah semangat saya. Terimakasih ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You Sweetheart
RomanceAku akui, aku salah, dan aku menyesal. Tak seharusnya aku mempercayai orang asing yang sudah ku anggap sebagai teman dan dengan bodohnya aku menuruti ajakan nya, yang terbiasa dengan kemerlap dunia malam. -Clara Anastasya Sebagai lelaki 29 tahun, ak...