7. Putus asa

35 1 0
                                    

Clara POV

Apa yang telah aku lakukan, ya tuhan? Kenapa tadi pagi aku terbangun dengan seorang lelaki yang tidak ku kenal? Siapa lelaki brengsek itu? .
Aku benar-benar merasa menyesal, harusnya aku memberikan keperawanan ku pada lelaki yang ku cintai kelak. Bukan dengan lelaki itu.
Argghh !!..

Aku akui dia memang lumayan tampan, Tapi tetap saja dia brengsek !!
Oh, aku ingat ! Bukan nya semalam aku bersama dengan Bella ya?. Tapi, aku tak ingat apa saja yang telah terjadi semalam, hingga aku berakhir di tempat tidur bersama lelaki brengsek itu.
Jangan bilang, Bella sengaja menjual ku pada lelaki itu. Tidak mungkin ! hal itu hanya terjadi pada sinetron! Aku yakin Bella tak akan melakukan hal itu padaku. Tapi, kalau dugaan ku memang benar, aku akan merasa berdosa seumur hidupku. Karena tidak mematuhi nasihat Papa dan kak Reno.

Dan lagi, aku harus bilang apa pada tante Silvi, kalau semalam tidak pulang. Ah, apalagi jika kak Kahfi yang bertanya padaku. Aku harus bagaimana?
Hari ini aku benar-benar putus asa. Aku merasa harapan ku untuk hidup sudah tak ada lagi.
Papa memindahkan ku ke kota ini agar aku berubah menjadi lebih baik. Tapi aku malah membuat beliau kecewa padaku. Apa mungkin, Papa dan Mama masih mengakui ku sebagai anak mereka saat tahu apa yang telah kulakukan?.

I give up, my life is over.

Author POV

14.00 WIB

Hari mulai mendung, matahari yang tadinya menyengat telah tertutup oleh awan, membuat atmosfer dingin menyelimuti kota Jakarta.
Di bawah awan mendung itu, seorang gadis cantik berjalan menyusuri jalanan ramai dengan pandangan kosong. Ia tak mempedulikan langkahnya yang mulai melenggang ke tengah jalan, tak peduli suara klakson kendaraan yang memperingati dia agar tak berjalan ke tengah jalan. Ya, Clara tak peduli dengan semua itu. Ia memang sengaja melangkahkan kakinya ke tengah jalan, ia ingin segera menyudahi hidupnya.

Langkah kaki Clara berhenti tepat saat ada sebuah truk pengangkut kayu melaju ke arahnya. Bunyi keras dari klakson truk itu tak membuat kakinya bergerak untuk menepi.

"Maafin aku, Ma, Pa."

Terdengar bunyi klakson semakin keras, Clara tetap tak bergerak sedikit pun, ia malah menutup matanya dan mengepalkan kedua telapak tangan nya untuk meyakinkan bahwa ia tak akan mengurungkan niatnya untuk mengakhiri hidupnya.

Saat bunyi klakson itu semakin mendekat ke arah Clara, seketika itu juga gadis cantik itu merasakan tubuh nya seperti terhempas dan membentur aspal jalan. Perlahan - lahan pandangannya mulai kabur dan menjadi gelap seluruhnya.

.
.
.
.
.

15.20 WIB
Rumah sakit Citra medical Centre

Seorang wanita paruh baya sedang terduduk lemas di kursi panjang yang tersedia untuk menunggu jalannya operasi yang sedang berlangsung di dalam sana. Ya, di sanalah orang yang sangat berharga di kehidupan tante Silvi sedang mempertaruhkan nyawa nya. Orang yang sedang mempertaruhkan nyawanya di dalam sana adalah Kahfi Anggara, anak semata wayang tante Silvi.

Kahfi telah mempertaruhkan nyawanya demi sepupu yang diam- diam dicintai nya. Kahfi mengalami luka serius di bagian kaki nya karena, terjepit roda truk pengangkut kayu.

Flashback

Yesterday, 22.00 WIB

Kahfi tak bisa tidur semalaman saat tau Clara tidak kembali ke rumah. Ia sudah mencoba menghubungi nomor Clara berkali-kali tapi tak ada jawaban sama sekali.

Kamu dimana, ra?

Kahfi mengirim pesan singkat untuk Clara, namun Clara juga tak membaca pesan singkat tersebut.

Akhirnya, pada keesokan harinya Kahfi memutuskan untuk mencari keberadaan Clara. tempat pertama yang Kahfi datangi adalah kampus, namun saat Kahfi bertanya pada teman sekelas Clara, mereka bilang Clara tidak masuk kuliah.
Kahfi merasa sangat frustasi, ia sangat menghkhawatirkan adik sepupunya itu. Bagaimana tidak, adik sepupunya itu baru 2 minggu berada di Jakarta, belum tau bagaimana kerasnya kehidupan di kota itu.

Tetapi Kahfi belum menyerah, ia masih percaya akan menemukan Clara. Di tengah jalan, Kahfi tak sengaja melihat perempuan yang mirip sekali dengan Clara. Kahfi mencoba menajamkan pengelihatannya, dan ternyata benar ! Perempuan itu Clara. Sesaat, Kahfi tersenyum lega telah menemukan Clara, namun kelegaan Kahfi langsung padam begitu saja, saat ia melihat adik sepupu nya itu melangkah ke tengah jalan dengan pandangan kosong.

"What the hell are you doing, Ra?!" Umpat Kahfi, ia semakin khawatir saat ada sebuah truk pengangkut besi yang menuju ke arah Clara dengan suara klakson panjang, namun gadis itu masih tak bergeming. Kahfi tak bisa berpikir jernih lagi, yang ada dipikiran nya saat ini hanyalah keselamatan Clara.

"Arghh !!!" Kahfi menggeram frustasi sambil memukul stir mobilnya. Lelaki itu akhirnya menarik porseneleng dan segera menginjak gas, tanpa berpikir panjang ia banting stir ke kiri memelankan laju kendaraan nya, ia tak punya pilihan lain untuk menyingkarkan Clara dari tengah jalan.
Terpaksa ia menabrakan mobilnya pada Clara, setidaknya tubuh Clara tidak terhempas dengan keras, karena Kahfi sudah memelankan laju kendaraan nya. Namun sayangnya nasib baik tak berpihak pada Kahfi, ia belum sempat menghindar dari truk tersebut. Pada akhirnya Kahfi yang menjadi korban kecelakaan naas itu.

¤
¤
¤
¤
¤

16.30 WIB

Clara terbangun dengan infus yang terpasang di tangan kanan nya. Ia merasa sangat pusing saat ini, dan sekujur tubuhnya terasa sakit semua. Ia sempat kaget, saat mengetahui bahwa dirinya masih hidup.
Clara melihat ke sekeliling nya, ia melihat pada sofa berwarna hitam yang ada disamping tempat tidurnya, disitu ada tante Silvi sedang duduk dengan mata terpejam, sepertinya ia tertidur.

"Tante . ." Ucap Clara pelan, namun masih bisa didengar oleh tante Silvi.

"Allhamdulilah kamu udah sadar, nak." tante Silvi tersenyum tulus pada Clara.

Di sisi lain..

At Airlangga Company

Rendra tak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaan yang ada di depan nya. Lelaki ini terus memikirkan gadis cantik itu.

"Hm.. Clara Anastasya." Rendra menyandarkan kepalanya pada kursi sambil menggumamkan nama gadis yang terus mengganggu pikiran nya.

Tok tok ..

Suara ketukan pintu berhasil menyadarkan lamunan Rendra tentang Clara.

"Masuk ! "

Seorang lelaki sepantaran Rendra melangkah masuk dengan membawa sebuah amplop coklat berukuran besar.

"Sore, pak." Sapa seorang lelaki pada Rendra. Ia adalah Roy. Roy sengaja memanggil Rendra 'pak', karena masih jam kerja.

"Apa kau sudah mendapat semua tentang dia, Roy?"  Rendra bertanya tanpa basa-basi sambil membuka amplop coklat itu.

"Menurutku aku sudah mencantumkan semua tentang gadis itu, Ren. Mulai dari latar belakang keluarga nya, sahabatnya, hingga kriteria lelaki idaman nya." Roy tersenyum miring saat ia mengatakan kalimat terakhirnya. Ia tahu betul apa tujuan Rendra menyuruhnya untuk mengorek informasi gadis itu. Apalagi jika bukan Rendra Fabian ingin memiliki seorang Clara Anastasya.

"Ok good job, Roy ! Kau bisa pergi." Ujar Rendra singkat, ia saat ini sedang fokus membaca data-data gadis incaran nya.

"Ah aku hampir lupa ! Ren, gadismu itu sekarang ada di rumah sakit. Kabarnya ia telah melakukan percobaan bunuh diri. Aku sudah mencantumkan alamat rumah sakit dan nomor kamar rawat inap nya di amplop itu."

Seketika Ekspresi Rendra sedikit menegang saat mendengar kalimat bunuh diri. Ia berpikir peristiwa itu ada kaitannya dengan kejadian beberapa hari yang lalu.
Rendra segera bangkit setelah membaca habis data-data yang ada di amplop coklat tersebut. Yang ada di pikiran Rendra saat ini hanyalah keadaan Clara. Ia bergegas menuju rumah sakit dengan langkah tergesa-gesa. Tak mempedulikan suara Roy yang masih ada di ruangannya.

"Damn ! Why you do that, sweetheart?"   Ucap Rendra saat sudah berada di dalam mobil, ia berkata sambil memukul stir mobilnya sangat keras.  Ia sangat mengkhawatirkan gadisnya, Clara Anastasya. Rendra segera menyalakan mobilnya, dan mulai membelah jalanan kota Jakarta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Want You SweetheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang