BAB LIMA

1.2K 226 17
                                    

Daniella tengah duduk di ruang tamu dengan tiga kotak pizza dan dua kotak ayam goreng yang baru saja datang beberapa menit yang lalu, menunggu kedatangan Jo yang entah apa yang dia buat di taman sana. Sekitar lima belas menit dan lima sayap ayam goreng berlalu, Jo datang diikuti oleh Theana di sampingnya.

"Oh ini toh alasannya sampai makan aja di tunda sejam," goda Daniella kemudian meraih sepotong Pizza dengan daging sapi cincang itu.

Jo duduk di sofa sebelahnya bersama Theana di sampingnya, ia pun menjawab, "Empat jam, tambahan tiga jam dari nungguin lo di Sangsana tadi."

Dani menendang kaki Jo kemudian melihat ke arah Theana dan bertanya, "Bukannya lo ikut meeting Shana siang ini, Tee?"

Theana menggeleng dan menjawab, "Meetingnya nggak jadi soalnya Kak Glinnas nggak datang."

Wanita yang mendengar itu pun mendengus kecil dan berkata, "Udah tiga tahun dan Mama masih berharap Glinnas datang? Lo tahu itu mustahil kan Tee?"

Theana tak memberi jawaban hingga Jo dengan segala kebingungannya itu bertanya, "Shana? What is it?"

"Tee," ujar Dani seolah menyuruh adik perempuan satu-satunya ini menjelaskan hal itu pada Jo.

"Itu seperti baju yang dikhususkan untuk perempuan Tjahnawirenata." Singkat Theana.

Jo mengerutkan kening, "Untuk semua Tjahnawirenata?"'

"Iya, untuk setiap perempuan Tjahnawirenata yang sudah menjadi contoh baik atau telah melakukan hal yang luar biasa." Jawabnya lagi.

"Di adakan setiap tahun?"

Theana menggeleng dan berkata, "Delapan bulan sekali."

Jo mengangguk kemudian Dani berkata, "Just fyi, Theana sudah dapat lima belas Shana di umurnya yang baru saja dua puluh tiga tahun. Impressive, right?"

Theana menatap Kakaknya kemudian menatap Jo yang kini tengah menatap dirinya, ia tersenyum dan sedikit mengangguk.

"Incredible, then how much you got, Jo?"

Dani menaikkan kedua bahunya kemudian meraih sepotong pizza lagi dan berkata, "None."

Jo tertawa kemudian berkata, "Firasat gue memang nggak pernah salah."

Pria itu menatap Theana dan berkata, "Mungkin kamu bisa kasih salah satu Shana kamu ke dia, Tee."

Theana menatapnya dan hanya sedikit terkekeh.

...

Jo lagi-lagi berakhir di kamar Dani setelah ia mendapatkan telfon dari wanita itu pukul tujuh pagi hari ini. Wanita itu menyuruhnya untuk datang secepat mungkin dan kini berakhir dengan Jo yang duduk di kursi ruang tamu selama hampir tiga jam hanya menunggu Dani yang kembali tidur setelah menelfonnya.

"Jo!" teriak Dani menuruni anak tangga dengan cepat.

Jo hanya menatapnya, tak berkata apapun.

Dani menarik lengan oversized tee yang ia pakai kemudian mengambil tempat di samping Jo dan berkata, "Gue punya rencana biar gue dan lo nggak jomblo lagi."

Jo tetap hanya menatapnya.

Dani tahu Jo kesal karena ia membuat pria itu menunggu tiga jam untuk kedua kalinya di minggu ini, "We got no time for ngambek-ngambekan, Jo. It's serious matter!"

Pria itu kemudian berkata, "Gila deh lo Dan, udah nyuruh gue datang tapi lo-nya kembali tidur lagi."

Dani menyengir kemudian berkata, "Whatever—So, gue bisa buat lo jadian sama Theana dan gue bisa jadian sama Derric."

"How?" tanya Jo bingung.

"Easy-peasy-lemon-honey-butter-chicken-spicy, gue bakal kasi tahu lo semua nanti setelah gue makan Nasi Uduk Bu Lastri—yang terpenting lo deal dulu nggak?"

Jo berpikir sejenak kemudian ia mengangguk, "Okay, deal."

Sesampainya mereka di sana, Dani dengan cepat menyantap pesanannya sedangkan Jo memutuskan untuk tidak memesan apapun untuk kali ini karena terkadang melihat wanita itu yang sangat lahap itu sudah bisa membuatnya merasa kenyang.

"Done!" teriaknya sesaat setelah ia meneguk air dari botol air mineral yang ia pesan tadi.

"So apa rencana yang lo bicarakan tadi?" tanya Jo penasaran.

Dani berdeham kemudian menatap pria itu sambil tersenyum, ia meraih ponselnya kemudian berjalan ke arah warung dan kembali dengan sebuah kertas dan juga pulpen pilot yang biasa digunakan Bu Lastri untuk mencatat pesanan pembeli.

"Bagaimana Bu Lastri mencatat pesanan kalau lo pinjam pulpennya?" tanya Jo perhatian dengan pemilik nasi uduk terenak di daerah Jakarta menurut dirinya dan Dani itu.

Dani menatapnya dan berkata, "Lo pikir Bu Lastri yang sukses itu hanya mempunyai satu pulpen?"

Tak ingin berdebat di pagi hari, Jo pun mengabaikan wanita itu dan menyuruhnya lanjut untuk menjelaskan apapun yang ingin Dani jelaskan padanya hingga membuatnya bangun dengan terburu-buru pagi ini.

"So, gue kemarin riset mengenai cara agar wanita atau pria yang lo suka tertarik dengan lo—I read a lot and i got these—"

Dani meletakkan kertasnya kemudian mulai menulis angka satu hingga lima di kertas itu dengan berurutan dan sembari menulis ia menjelaskan, "Pertama, riset membuktikan bahwa orang yang mempunyai cooking skill itu mempunyai aura yang sangat menarik—dan dari beberapa komen di artikel yang gue baca, mereka itu merasa lebih tenang dan bahagia jika memiliki pasangan yang bisa memasak. Lo tahu Chef Juna?—dia adalah bukti mengapa aura laki-laki yang bisa memasak itu sangat memikat."

Jo terkekeh dan tak berkata apapun sebab ia tak berniat menganggu penjelasan sahabatnya itu.

"The second one is be smart or atleast looks like it.—riset membuktikan bahwa hampir semua orang kini lebih memilih pasangan yang pintar sehingga nyaman untuk diajak berbicara dan berbagi pendapat. Lo tahu kenapa? Karena mereka mencari pasangan yang bisa mengobrol dengan mereka hingga tua nanti."

Jo hanya mengangguk. "Yang ketiga?"

"Yang ketiga adalah memperhatikan kesehatan. Riset juga membuktikan kalau delapan puluh persen orang lebih memilih pasangan yang peduli dengan kesehatannya karena bagi mereka itu akan membawakan suatu kebiasaan baik dalam gaya hidup mereka.—Misalnya pasangan lo peduli akan kesehatan dan melakukan olahraga yang teratur dan tanpa lo sadari lambat laun lo akan terbawa oleh gaya hidup sehat tersebut." Jelas Dani kemudian meraih botol air mineralnya.

Jo mengangguk melihat Dani yang sedang minum dengan mata yang menyorot ke arah kertas yang ia tulis sedari tadi.

"Yang keempat adalah penampilan. Riset singkatnya kalau lo jelek atleast lo rapi dan wangi namun bukan berarti lo bisa berantakan dan bau kalau lo ganteng. Okay, that's all."

"Yang nomor lima?" tanya Jo menyadari ada satu nomor yang belum terisi itu.

Dani menyoret nomor itu dan berkata, "Eh gue kelebihan nulisnya."

"Okay so, gue harus melakukan itu semua untuk menarik di mata Theana?"

Dani menggeleng, "Lo udah menarik dimata Theana—ini semua membuat agar lo tampak lebih menarik lagi."

"Alright, gue serahin ini semua ke lo."

LÜTFENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang