BAB TUJUH

758 198 23
                                    

Setelah insiden mata perih, Jo dan Dani memutuskan untuk mencari Mapo Tofu terenak di Jakarta namun sudah tiga hari berlalu belum ada satu pun yang menurut mereka sangat enak sehingga di hari keempat ini mereka memutuskan untuk mencari diluar kota, yaitu Bandung.

"Lo nggak bosan Dan makan Mapo Tofu sampai hari ini?" tanya Jo ketika mereka sedang di dalam perjalanan menuju salah satu restoran rekomendasi teman Daniella.

"Biasa aja sih." Jawab Daniella masih terfokus dengan siapapun yang sedang berbicara dengan wanita itu lewat pesan singkat di telfon itu.

"Derrick?"

Dani menggeleng dan berkata, "Bukan, Theana bilang sama gue kalau Mama masih tidak mau melakukan meeting Shana tanpa Glinnas."

Mereka berhenti di lampu merah dan melihat wanita itu yang masih sibuk mengetik dan ketika wanita itu menaruh kembali ponselnya, Jo berkata, "She has a reason for that."

"Memancing Glinnas pulang, aku tahu itu yang Mama sedang usahakan. Itu mungkin akan berhasil jika dia adalah Theana but Glinnas? I don't think so." Kata Dani.

Jo terdiam tidak tahu harus merespon apa.

"Tradisi Shana itu tradisi dari kakek dan tidak seharusnya mereka berhenti melakukan itu selama tiga tahun hanya karena Glinnas, cucu perempuan pertamanya yang tidak datang itu—i don't know what she's trying to do right now but she's destroying Shana."

Jo menatap wanita itu dan ia baru menyadari bahwa selama ini Daniella mempunya kepedulian yang tinggi terhadap apa yang ada dan terjadi di dalam keluarganya terlebih lagi di dalam Tjahnawirenata. Wanita itu ingin mempertahankan semuanya yang berhubungan dengan Tjahnawirenata. Andai Theana atau Enielen menyadari sisi Daniella yang satu ini, mungkin wanita itu akan mendapatkan Shana-nya.

"You deserve atleast one of the Shana, Dani."

Daniella menatapnya.

"You really do."

Dani menjawab, "Tentu, itu mengapa aku kecewa dengan penundaan ini karena semakin ditunda semakin lama aku akan mendapatkan Shana-ku."

Jo menjalankan mobilnya dan berkata, "Now you are overconfident."

Sesampainya di restoran, Dani memesan makanan alasan mereka datang hari ini sedangkan Jo tengah berusaha mencari menu lainnya untuk di santap.

"Kalau sapi lada hitam gimana Dan?" tanya Jo.

"Theana kurang suka sama lada hitam."

Jo mengelak, "Tapi gue suka sapi lada hitam Dani, boleh ya?"

Dani memutar matanya kemudian menyebutkan sapi lada hitam sebagai pesanannya membuat Jo kegirangan mendengar hal tersebut. Setelah selesai memesan Jo kemudian membuka percakapan dengan berkata, "Lo pernah tidak membayangkan kalau gue tiba-tiba harus pulang ke Rusia dan nggak bisa datang ke Indonesia lagi, Dan?"

"Gue nggak punya waktu lebih untuk selalu memikirkan hal seperti itu Jo—but i would say yes because at the end of the day, you only have yourself. Jadi cepat atau lambat lo akan pulang ke Rusia dan gue mungkin masih akan berakhir di Jakarta, mungkin lo juga akan sibuk mengatur rakyat lo disana sedangkan gue disini mungkin sudah menjadi seorang ibu rumah tangga atau orang kantoran biasa." Jawab Dani.

Jo mengangguk dan berkata, "Bener sih kata lo—tapi lo yakin nggak mau menerima tawaran gue kemarin itu?"

Dani berusaha mengingat kemudian terkekeh dan bertanya, "Menjadi Penasihat lo?"

Jo mengangguk berharap wanita itu mau mengambil tawarannya.

"Enggak Jo, gue sama sekali tidak tertarik dengan tawaran lo—i told you why, right?"

Pria itu semakin tidak yakin bahwa alasan yang wanita itu katakan kemarin adalah satu-satunya alasan mengapa ia menolak tawaran-nya itu. "Gimme another logical reasons."

Wanita itu tertawa dan berkata, "Alright, kalau lo merasa alasan gue yang takut dihujat itu tidak logis—then i would tell you another two reasons why i denied your offer, first i have no passion in it."

Ia menatap wanita itu menunggu alasan kedua keluar dari bibir wanita itu.

Dani yang berusaha sebisa mungkin untuk tidak memberitahu Jo mengenai hal ini sejak tiga tahun yang lalu pun akhirnya runtuh dan harus ia katakan pada pria itu pada hari ini. "Gue ada usaha disini Jo."

Jo mengerutkan dahinya kebingungan mengingat ia hampir 12/24 bersama wanita itu akan tetapi ia tidak tahu kalau selama ini Daniella mempunyai usaha di Jakarta. Ia mengira Dani hanya bercanda sehingga ia terkekeh lalu bertanya, "Lo ada usaha di Jakarta?"

Wanita itu mengangguk kemudian berkata, "Restoran Sutuit yang ada di Kemang itu punya gue."

"Sutuit yang baru senin kemarin kita kunjungi?" tanya Jo mengingat mereka baru saja melakukan riset untuk Mapo Tofu kemarin, pria itu masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan wanita itu sehingga ia berusaha meyakinkan dengan berkata, "Kenapa lo tidak memberitahu gue sebelumnya?"

Dani pun berkata, "Karena kita jarang membahas hal seperti ini Jo dan baru akhir-akhir ini lo sering bicarain tentang pekerjaan dan lainnya—it feels so strange, tetapi gue cuma mau bilang lo nggak perlu khawatir sama gue kalau misalnya, lo secara mendadak harus pulang ke Rusia."

"Lo tahu kan kalau lo sudah kayak adik gue sendiri? Meskipun ya gue nggak mempunyai adik perempuan."

Dani mengangguk dengan pernyataan yang sering kali pria itu lontarkan kepadanya belakangan ini.

"Jadi kalau lo ada masalah—"

Wanita itu memotongnya, "Iya Jo, gue bakal menelfon lo—lagian kapan sih gue nggak ngerepotin lo? Heran deh."

"Iya juga sih, lo kan sudah merepotkan gue setiap hari." Jo mengangguk-angguk.

"Tersadar juga kan lo."

Jo mengangguk dan berkata, "Cuma lo loh Dan yang bisa menjadikan Pangeran setampan gue ini jadi supir harian lo."

"Ya karena tampang lo lebih mendalami karakter supir daripada Putera Mahkota."

Jo menjitak wanita itu yang juga membalasnya dengan jitakan di keningnya. Setelah itu mereka melanjutkan percakapan mereka hingga pesanan mereka datang dan mereka kembali melakukan risetnya.

...

Setelah mengunjungi dan mencoba Mapo Tofu di empat restoran yang berbeda dan masih belum menemukan yang sangat enak menurut mereka. Jo yang sedari tadi beristirahat di kursi mobil melihat Dani yang tengah meriset restoran yang akan mereka cobai selanjutnya.

Jo hampir tertidur ketika setengah jam telah berlalu namun dikejutkan oleh teriakan Dani, "Gue mau roti bakar Bandung!"

Mereka saling melempar tatapan dan tertawa hingga Jo berkata, "Gue juga pengen roti bakar Bandung sih!"

"Ya udah, ayo beli roti bakar!"

Jo dengan semangat menegakkan tubuhnya kemudian mengendarai mobilnya ke tujuan mereka selain untuk Mapo Tofu lagi.

Dalam perjalanan, Dani kembali berkata, "Gue juga pengen pecel ayam."

"Enak juga sih itu—abis pecel enaknya nyemil kue cubit, mau?"

Dani mengangguk dan berkata lagi, "Gue juga pengen ke daerah Dago."

Jo menatapnya sejenak kemudian memberi ide, "Dua malam, cukup?"

"Make it three!"

Jo mengangguk semangat dan berteriak, "Aye-aye Captain!"

LÜTFENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang