1 - Little baby, Big love

64 6 11
                                    

Bel pun berbunyi setelah 10 menit Alma menunggu di sekitaran koridor kelas. Penghuni kelas yang sedari tadi meramaikan kelas, berhamburan keluar dengan tak lupa mengucap Terimakasih Bu Guru yang malah terdengar seperti Telimakasih Bu Guluuu .

Ya, saat ini Alma sedang berada di sekolah anak usia dini. Sehingga kalimat - kalimat cadel (kesulitan mengucap dengan benar huruf "R") dari anak-anak sering terdengar.

Mata Alma menjalar menyapu semua penghuni kelas yang keluar, dan berhasil menemukan seorang anak perempuan yang sedari tadi ditunggunya. Dengan rambut hitam tebal yang dikuncir dua, kata yang dikuncir sih agar terlihat seperti rabbit. Tak lupa juga dengan senyuman lebar dari bibir kecilnya yang menampilkan sederetan gigi susunya yang rapi.

Ah, aku gak sabar mau cium pipinya, gumam Alma sambil tersenyum.

Setelah benar-benar keluar dari kelas, anak itu memperlihatkan jelas wajah linglungnya dengan pandangan mencari seseorang. Dengan suasana yang masih cukup ramai karena anak - anak lain dan orang tua lain yang juga menunggu anaknya seperti Alma, anak itu kesulitan menemukan seseorang yang dicarinya.
Melihat kesempatan itu, Alma pun dengan segera bersembunyi di balik pilar koridor. Sepertinya Alma ingin mengerjai anak itu.

Ia melihat anak itu masih dengan wajah mencari. Hingga pandangan anak itu tertumbuk pada ujung sepatu sekolah Alma, yang ternyata terlihat dari tempat anak itu berdiri. Lalu anak itu dengan wajah marah yang dibuat-buat dan tangan yang bersedekap (agar terlihat galak), berjalan menghampiri pemilik sepatu itu. Yang ia yakini adalah orang yang ia cari sedari tadi. Alma hanya terkikik pelan melihat sikap lucu anak itu.

"Mama! Vivi cariin tau!" , omel anak itu pada Alma, yang masih dengan mode galaknya.

Lalu Alma dengan wajah gelinya berlutut, "Mama kan mau main petak umpet sama anak mama yang lucu ini, tauu", jelasnya sambil menowel-nowel pipi anak itu dengan gemas.

"Ih, mama kalo mau main petak umpet, aturan bilang dulu sama Vivi tauu. Biar Vivi jadi engga bingung", protesnya pada Alma.

" Yaudah, maafin mama ya Vivi", ucap Alma sambil memegang kedua tangan mungil Vivi. Vivi masih cemberut.

Alma tau gimana cara mudah agar Vivi berhenti cemberut "Eh, Princess Vivi deh". Benar saja, Vivi yang sedari tadi cemberut menjadi tersenyum karena sebutan itu.

" Oke, Mama. Hihi", Vivi tertawa malu sambil menutupi mulutnya dengan tangan mungilnya, lalu memeluk mamanya yang masih sangat belia itu dengan sayang. Alma pun membalas pelukan itu sambil menciumi pipi gembul Vivi.

"Ayo kita pulang!" Ajak Alma sambil menggendong Vivi.

"Lets go!!" teriak Vivi dengan kepalan ditangannya yang ia angkat ke atas.

Sepanjang koridor kelas, Alma tak mengindahkan pandangan dari beberapa orang tua lain yang sedari tadi telah memperhatikannya. Pandangan merendahkan, jijik, penasaran, dan lain. Ia sekuat mungkin mengacuhkan pandangan itu dan terus berjalan keluar. Bagaimana tidak, Alma yang masih menggunakan seragam putih abu-abu menjemput anak umur 5 tahun yang memanggilnya mama.

Orang - orang itu pasti telah menyimpulkan sesuatu di otak mereka yang belum tentu kebenarannya. Sesuatu yang menyebabkan mereka melihat Alma dengan sebelah mata. Padahal jika mereka tau kebenarannya, mereka mungkin tidak akan memperlihatkan tatapan merendahkan itu.

*****
Yeah, jadi juga bab awalnya!
Jujur, sulit banget bikin cerita ini karena memang ini pertama kalinya aku nulis.
Jadi, aku minta banyak saran & kritik dari readers cerita ini. Jangan lupa juga vote, biar aku semangat tulis cerita ini.

Sekian, Thank you!!

The Reason WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang