Setiap sore akan diadakan pendalaman materi untuk pelajaran yang akan diujikan pada ujian nasional. Sehingga mau tidak mau Alma harus pulang telat hari ini, dan tidak menutup kemungkinan di hari selanjutnya hingga ujian nasional tiba.
Alma telah menginjak kelas 12 sekarang dan ia harus bekerja lebih keras untuk menghadapi ujian nasional. Dan hal ini, membuat Alma sedikit khawatir jika nantinya tak bisa menjaga Vivi seperti biasanya.
Telah sekian tahun berlalu, Vivi tumbuh besar hingga akhirnya ia bersekolah di salah satu taman kanak kanak, lokasinya pun tak jauh dari sekolah Alma. Dan beberapa bulan terakhir, menjemput Vivi telah menjadi kesibukan baru bagi Alma selain sibuk dengan sekolah SMA-nya yang telah memasuki tahun ketiga.
Contohnya seperti hari ini, jam dinding di kelas sudah menujukan pukul 10.35. Dan bel istirahat pertama seharusnya berbunyi. Biasanya Alma akan izin keluar untuk menjemput Vivi pulang sekolah. Tapi karena jadwal pelajaran telah berubah mengikuti kebutuhan anak kelas 12, jam istirahat disatukan ke istirahat kedua nanti jam 12.00.
Untungnya, Alma telah meminta tolong ke salah satu guru TK untuk menemani Vivi selama menunggu Alma.
*****
(Sudut Pandang Alma)
Saat ini aku sedang jalan kaki menuju Sekolah Vivi. Aku lebih memilih untuk berjalan kaki karena jarak antara sekolahku dengan sekolah Vivi yang tidak terlalu jauh. Aku khawatir karena Vivi sudah dua jam menunggu.
Sudah sekitar 5 menit aku berjalan kaki. Sesekali aku melihat jam di pergelangan tanganku. Sekarang sudah pukul 12.15, setidaknya aku masih memiliki waktu selama 45 menit sebelum jam istirahat berakhir.
Sekarang aku sudah tiba di depan gerbang sekolah Vivi dan agak sedikit bingung karena anak - anak lain juga baru keluar gerbang. Padahal seharusnya mereka sudah pulang beberapa jam lalu. Terparkir juga satu truk makanan sehat dan bus universitas.
Saat aku melangkah lebih dekat ke daerah lapangan, yang dekat dengan kelas Vivi belajar. Terdapat panggung kecil dan beberapa kursi TK di lapangan. Lapangan masih agak ramai dengan sekitar 15 orang anak kuliah (terlihat dari almet yang orang orang itu kenakan) yang sedang sibuk merapikan kursi dan juga panggung. Sepertinya habis ada acara.
Beberapa anak kuliah memandang ke arahku saat aku melewati mereka. Mungkin mereka heran karena ada anak SMA yang berkeliaran di jam sekolah. Aku agak sedikit gugup dilihati seperti itu. Dilihati lekat-lekat dari atas hingga bawah seperti itu membuatku tidak nyaman.
Apalagi ada salah satu pria yang masih saja melihatiku disaat teman - temannya telah kembali sibuk. Aku hanya bisa menunduk dan mempercepat langkahku ke kelas Vivi.
Saat telah sampai di depan kelas Vivi, aku mendapati kelasnya kosong. Berarti Vivi sedang ada di ruang guru. Aku lalu menyegerakan langkahku menuju ruang guru, yang mengharuskan aku kembali melewati kerumunan anak kuliahan itu. Aku kembali menunduk saat melewati mereka dan menghembuskan nafasku lega saat berhasil melewati mereka. Aku bingung pada diriku sendiri, kenapa juga aku harus segugup itu.
Aku mempercepat langkahku dan sampailah di depan ruang guru. Saat akan memegang kenop pintu, sudut mataku menangkap seseorang yang melangkah mendekatiku. Saat akhirnya aku memutar kepala dan mengalihkan pandanganku pada orang itu.
Deg.
Dia lagi. Pria yang sebelumnya memandangiku lekat - lekat sedang membawa dua kursi TK sekaligus ditangannya dan berjalan ke arahku. Saat aku menaiki pandanganku dan mencoba menatap wajahnya, ia juga sedang menatapku, tepat dimataku. Aku juga melihat ujung bibirnya yang sedikit terangkat, tapi aku tidak dapat memastikan jika itu senyuman - tulus atau senyuman - merendahkan atau seringai. Aku benar benar tidak mengerti. Tapi...
Deg.
Wah, kenapa jantungku mudah sekali berdetak seperti ini. Aku dengan segera mengalihkan pandanganku dan membuka pintu ruang guru. Pria itu juga berlalu melewatiku dan masuk ke dalam salah satu kelas dekat ruang guru.
"Assalamuallaikum! Selamat siang!" sapaku sopan pada guru - guru yang tengah duduk di meja kerja mereka masing - masing.
"Wa'alaikumsallam! Cari siapa Dek?" tanya salah satu guru yang terlihat paling tua dari yang lainnya.
"Bu Anenya ada bu?" tanyaku pada ibu itu.
"Oh, kamu Alma ya walinya Vivi? Tadi Bu Ane mengantar Vivi ke toilet. Tunggu saja sebentar disini." jawab ibu ibu itu dengan ramah.
"Iya Bu! Terima kasih!" ucapku sambil tersenyum. Tak lama aku mengatakan kalimat itu, suara ketukan pintu terdengar. Dengan refleks aku membalik badanku dan dengan bibir yang masih tersenyum aku memandang pintu yang saat ini telah terbuka setengah dan memperlihatkan sebuah tangan pada kenop pintu di sisi satunya. Berharap ada Vivi dengan wajah polosnya yang kaget melihatku dibalik pintu.
Setelah pintu itu dengan sempurna terbuka ternyata malah pria tadi.
Huh. Kenapa bukan Vivi?
Secara tak sadar aku menggumamkan kekecewaanku. Kualihkan pandanganku yang tadi menatapnya, dan mulai mencari kursi kosong di ruangan ini. Aku baru merasakan sedikit rasa pegal di kakiku karena berlari menuju sini. Kudapati sofa dengan kapasitas tiga orang yang masih kosong di dekat pintu, mendekatinya lalu duduk di atasnya. You save my life. Kataku dalam hati kepada sofa yang saat ini kududuki. Diberkatilah kau, sofa.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason Why
Teen FictionNamanya adalah Alma Meswara . Ia masih muda tetapi kehidupannya sudah terlalu pahit. Terlalu banyak hal memuakkan di hidupnya hingga membuatnya bingung atas tujuan sebenarnya ia hidup. Ia merasa bahwa tidak ada seorang pun di dunia yang masih ingin...