Kak Suho

788 41 0
                                    

"Hidup itu tidak sempurna, sepertinya semua orang paham akan hal itu.

Tapi bagaimana menyikapinya, pasti setiap orang berbeda - beda.

Dan karena itu, sebagian besar orang merasa tak bahagia. Termasuk aku.

Semakin lama aku hidup, aku makin tak bisa mendapatkan jawabannya.

Bagiku hidup adalah kertas putih kosong dengan tanda tanya bertitik mati.

Penuh dengan misteri.

Aku menjalani hari seperti detik-detik terakhir, seakan esok waktunya pergi "

.

.

.

Chanyeol Point of View

-Apartemen 304, Gangnam-

"Tak tik tok...tak tik tok" denting jam di ruang tengah apartemenku berdetak berulang  memecah sunyinya malam. Satu detik pun tak mengizinkanku menutup mata dan beromansa dengan nikmatnya terlelap.

Keringat mengucur deras dari tubuhku. Ketakutanku terhadap bunyi stagnan ini, ternyata belum hilang. Phobiaku kambuh lagi. Ketakutan tanpa alasan. Dalam kegelapan, ku bangunkan seorang pria di sebelahku. Ia terlelap damai dengan panjang pendek nafasnya yang beraturan. Seorang kakak yang keren dan pekerja keras.

"Kak, bangun...!" ku goncangkan badannya pelan.

"Kak..." makin meninggi suara berat khas milikku.

Ia masih saja tak bergerak, mungkin kelelahan karena sibuk mengurusi launching restoran barunya.

Semilir angin malam masuk dari sela jendela yang sepertinya lupa ku tutup rapat. Dingin...makin membuat bulu kudukku berdiri. Membuat perasaan aneh muncul begitu saja.

"Kak..!!!" ku goncangkan tubuhnya lebih keras lagi.

"Hemmm" ia menggeliat spontan.

"Apakah sudah pagi?"lanjutnya masih dengan mata setengah tertutup.

"Belum. Aku takut....sudah ku katakan...kan. Jangan letakkan jam itu disana! Suaranya seakan berdetak di dalam otakku. Kita tak akan telat bekerja, kan sudah ada jam di smartphone kita" rengekku frustasi.

"Tidak ada apa-apa, Chan. Mau aku buktikan!" Suho beranjak cepat dari ranjang, mengambil bola basket di sebelah ranjang tidur dan melayangkan tepat ke stop kontak lampu di dinding. Kebiasaannya dari dulu yang tak pernah berubah.
.
.

Aku mengikuti Kak Suho menuju ruang tengah apartemen. Ia pindahkan jam itu ke dinding dapur, letak paling jauh dari kamar tidur. Agar bunyinya tak begitu kentara. Dan tentunya kak Suho lebih sering berada di dapur dibanding diriku. Karena Kak Suho seorang Chief.

"Maaf kak, mengganggu tidurmu. Aku tahu sebenarnya kakak begitu lelah tapi aku tidak tahan....." seketika wajah lembut Kak Suho menatapku sayang.

"Tidak apa-apa, Chan. Yang terpenting adikku yang tampan ini selalu sehat" jawabnya yang selalu bisa menguatkanku. Dengan lincah jemari kakakku yang sabar ini mengusak pucuk kepalaku. Perlu usaha ia menjingkatkan kakinya, karena tubuhku yang lebih menjulang.

"Terima Kasih, Kak" aku melengkungkan senyuman polos khas ku.

"Ayo kita makan ramen saja?" ajak Kak Suho sambil merapikan rambut coklat karamelnya yang berantakan.

.

.

Aku antusias, segera beralih ke dapur. Tangan panjangku dengan cekatan mengambil kursi dan duduk menunggu kak Suho memasak. Selayaknya bocah kecil yang akan dimasakan makanan kesukaan oleh ibunya.

NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang