Nineteen

71 13 5
                                    

Kau harusnya memilih aku, yang lebih mampu menyayangimu berada di sampingmu.
Kau harusnya memilih aku, Tinggalkan dia, Lupakan dia, Datanglah kepadaku...

Keesokan harinya aku pergi ke sekolah dengan santai, Tapi tidak dengan pikiranku yang terus bertanya-tanya 'ada apa sebenarnya dengan kejadian Sophie kemarin?'

Tak tak tak

Aku menengok ke arah belakang saat mendengar suara derap kaki seseorang, "Pagi Ver"sapaku

Sepertinya dia dalam kondisi tidak baik,

Dia hanya tersenyum kecut dan berjalan melewatiku.

Dengan sigap aku menarik tangannya, "Lo kenapa Ver?" Tanyaku hati -hati

Vero hanya menatap kosong ke arah ku,

"Lo ingat kan kita sahabat? Lo bisa cerita apapun ke gue." Ucapku memastikan

Vero menarik tubuhku dan memelukku erat.

Tubuhku membeku,speechless. Tapi,"Hangat" -batinku

Aku merasakan tubuh Vero bergetar dan seragam dibagian bahuku mulai basah, oh benarkah Vero menangis?

Dengan ragu aku mengelus punggung nya pelan-pelan. Hatiku sakit melihat dia menangis.

Untuk pertama kalinya aku melihat sosok rapuh Vero yang selama ini tak pernah di tunjukan pada siapapun.

"Gue putus Gwen sama Sophie..." lirih Vero

Hatiku semakin sakit mendengarnya. Aku juga menahan air mataku agar tidak jatuh, aku harus menjadi pribadi yang kuat di hadapan Vero sekalipun hatiku lebih hancur berkeping-keping.

Aku mengelus punggungnya pelan,"Sabar ya, kita bicarain baik-baik. Udah ah jangan cengeng gitu, Vero yang gue kenal ga cengeng gini. Malu loh nanti diliatin yang lain." Ucapku

Vero melepaskan pelukannya, "Thank's ya Gwen, sorry baju lo jdi basah dikit."

Aku hanya meninju pelan bahunya, "Santai, Gue selalu ada untuk lo." Aku tersenyum menenangkan

Vero menggenggam tanganku erat dan menuntun ke sebuah Taman, aku hanya diam dan menurut mengikuti arah nya.

"Hehh.." desah Vero, wajahnya terlihat sangat sedih.

"Jadi lo mau cerita, kenapa kalian bisa putus?"tanyaku pelan-pelan takut Vero tersinggung dengan perkatanku.

Vero menatap lurus kedepan seperti menerawang," jadi gini, Lo tau kan Gwen soal Sophie yang di tampar sama mamanya?"

Aku hanya menanggukan kepalaku,

"Lo tau kenapa dia di tampar Gwen?" Tanya Vero lagi

Aku menggelengkan kepalaku sebagi jawaban.

"Itu karena nilai dia turun drastis Gwen, dia ternyata waktu SMP itu termasuk anak pintar jadi mama nya marah karena Nilainya turun," ucap Vero lirih

"Trus?" Tanyaku penasaran,

Air mata Vero mulai membendung di pelupuk matanya, "Karena nilai nya turun, dia minta putus. Katanya Gue lah penyebab semuanya, gue hanya membawa pengaruh negatif terhadapnya. Dan dia bilang nyesal kenal sama gue."

aku hanya mengelus pelan punggung Vero menenangkanya, pasti berat untuknya di sakiti orang yang Ia cintai. Tapi harusnya dia sadar masih ada orang yang lebih sakit melihat keadaannya seperti ini yaitu...Aku.

"Gue ga marah waktu dia minta putus, gue ngertiin segalanya tentang dia. Tapi yang bikin gue kecewa apa gue sejahat itu pada dia? Apa semua ini salah gue?" Air mata yang sejak tadi Ia tahan pun tumpah,

Aku tidak tau apa yang harus kulakukan, aku hanya merangkul pundak Vero sambil mengelus-elus agar dia bisa lebih tenang.

*netnotnetnotnet

Suara bell masuk pun sudah terdengar di seantero sekolah,

"Ayo kita masuk, jangan sedih lagi ah... lo harus tunjukin ke Sophie kalau lo bukan penyebab nilai nya turu. Ini cuman kesalah pahaman aja kok," aku tersenyum mencoba menghibur Vero.

Vero tersenyum tipis, matanya menatapku sayu. Aku tau hatinya sangat-sangat terluka,"Thank's Gwen, lo selalu ada untuk gue."

Jangankan orangnya Ver, hati ini juga selalu ada untuk lo! Asal lo mau tau aja.--Ucapku dalam hati

Aku tersenyum hangat padanya, aku tau disaat seperti ini aku tidak boleh menujukan rasa terluka ku, tapi aku harus ada untuknya mendengarkan seluruh kisahnya. "Everytime Ver," balasku

*******

Aku berjalan ke perpustakaan untuk mengembalikan buku Novel yang sudah kubaca dari perpustakaan sekolah,

"Doorrr..."Teriak seseorang sambil menepuk pundakku.

"Astaga... lo ngagetin aja Ver," iya ternyata Vero yang melakukannya. Jantung ini bukan hanya berdetak kencang karena kaget tetapi selalu berdetak kencang saat bersama Vero.

"Hehehehe, sorry ya. Habisnya gue nyariin lo kemana-mana eh tau nya lo malah di perpus," kekeh Vero

Aku mengerutkan dahiku, "Lo kenapa nyariin gue?" Tanyaku

"Gapapa sih, cuman lagi males aja. Anak cowok lagi rese dan Adelle juga lagi sibuk main basket sama Steven." Kata Vero sambil menggaruk tengkuknya.

Aku hanya ber-Oh ria sebagai jawaban,

"Hey!" Panggil Bernadetha yang entah sejak kapan sudah duduk di kursi perpustakaan tersebut.

Aku dan Vero berjalan menghampirinya, "hai Deth, Loh kok sendiri kemana Adelle sama Getrudha?" Tanyaku sambil melihat sekitar perpusatakaan

Bernadetha tersenyum lebar,"oh mereka lagi ke kantin."

"By the way, on the way, bus way. Lo katanya putus ya Ver?" Tanya Bernadetha

Vero terlihat sedih kembali, "Iya, kok bisa cepat nyebar sih beritanya?"tanya Vero heran

"Yaiyalah cepat nyebar, biasanyakn kalau kalian lagi pacaran tingkah nya ada-ada aja. Kayak lu nulis inisial nama Sophie lah dan sebagainya. Lebay eww..."ucap Bernadetha sok jijik

Aku hanya tertawa pelan mendengar ocehan Bernadetha," Tuh denger Ver, lo itu terlalu mengagung-agungkan hubungan lo.konon katanya yang terlalu pamer cintanya tuh biasanya ga langgeng."tandasku

Vero hanya diam tanpa ekspresi, dia terlihat sangat sedih. Jujur aku terluka melihat Vero yang seperti ini,

"Udah ah jangan sedih gitu, oh ya kalian 2 hari lagi ke Rafflesia ya! Mumpung lagi ga ada ibu nih.gimana mau ga?" Ajak Bernadetha

Aku dan Vero menanggukan kepala secara bersama.

"Oke, nanti gue ajak yang lain juga." Lanjut Bernadetha

"Oke, kita pergi dulu ya Deth. Bye" ucap Vero dan menarik paksa tanganku.

Vomments

JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang