Chapter 2

78 3 0
                                    

Tak terasa tinggal menghitung hari menjelang pernikahan Kirana dan pasangannya, Arial. Kirana benar-benar gerogi, bahkan ia belum tidur dari semalam. Karina yang melihat Kirana masih mondar-mandir area dapur-ruang tv-dan kamarnya pun mulai terusik akan apa yang dilakukan saudara kembarnya.

"Kiran, aku benar-benar akan membunuhmu jika kau tak bisa diam!" Karina geram.
"Kau tak tahu apa yang ku rasakan, Karin. Percayalah, ini membuatku sangat resah."
"Mengapa kamu tidak tidur saja? Kamu terlihat kelelahan. Atau jangan-jangan kamu belum tidur dari semalam?"
"Kamu benar. Aku bahkan tak bisa memejamkan mataku."
"Kirana, ini bukan gayamu sama sekali."
"Aku setuju denganmu."
"Kembalilah ke kamarmu, akan ku suruh Dava kesini."
"Untuk apa?"
"Untuk menemanimu, karena aku harus pergi ke Jakarta hari ini."
"Apa ada masalah? Apa ayah sakit?"
"Tidak, kurasa. Makanya aku hanya perlu memastikan."
"Hati-hati kalau begitu. Sampaikan salamku pada ayah! Aku harap ia disini sekarang juga."
"Ayah akan datang H-1 pernikahanmu, mengertilah. Dia sangat sibuk dan kau sudah besar."
"Di dunia ini aku memang hanya punya kau dan Dava."
Karina tersenyum lembut, jelas sekali Kirana membutuhkan kasih sayang lebih dari dirinya.
"Aku pergi ya!"

******

Tok.. Tok.. Tokk..
"Dava!"
"Ya Dava, buka pintu kamarmu! Ini Karin."

Dava membuka pintu kamarnya, ia mengerjapkan kedua matanya. Sepertinya ia baru bangum dari tidurnya.

"Ada apa, Karin?"
"Temani Kirana, dia sendirian."
"Aku masih ingin tidur."
"Tidurlah disana, kumohon. Oke?"
"Baiklah. Kau mau kemana rapih begini?"
"Aku ingin menemui ayahku. Sampai jumpa, aku pergi dulu!"
"Hati-hati, Karin."

Tanpa cuci muka, Dava mengunjungi rumah Kirana. Ya, rumah mereka tepat bersebelahan, jadi tak ada alasan bagi Dava untuk malu karena penampilan baru bangun tidurnya itu.

"Ran, aku datang. Dimana kamu?"
"aku di kamar, masuk saja." teriak Kirana dari dalam kamarnya

Dava masuk ke kamar Kirana, dan ia melihat Kirana benar-benar sangat kacau dengan lingkar hitam dibawah matanya.

"Kau akan jadi pengantin, tapi kau begadang? Benar-benar bodoh! Kau mau menakuti calon suamimu dan para undangan?"
"Kamu berlebihan." Kata Kirana pelan, "Aku tidak bisa tidur." lanjutnya.

Dava menghampiri Kirana yang terduduk di pinggir kasur. Dava naik ke kasur Kirana, membenarkan posisi bantalnya untuk bersandar.

"Kemari, akan kubuat kau cepat tidur."
"Baiklah."

Kirana menyandarkan kepalanya dipangkuan Dava, sedang Dava langsung mengelus pelan rambut Kirana.

"Tidurlah, Ran. Semua akan baik-baik saja."
"Benarkah?" ucap Kirana lirih, ia mulai mengantuk.
"Hmm tentu saja, ada aku."
Kirana tidak membalas, ia sudah jatuh kedalam dunia mimpinya.
"Ada aku disini, selalu untukmu, Ran."

----------->flashback<-----------

Kirana dan Dava berangkat sekolah bersama dengan motor bebek Dava yang setia menemani kemanapun mereka pergi.

"Dav, hari ini aku ulangan kimia. Kelasmu sudah kan?"
"Hm iya, hari Rabu kemarin."
"Beritahu aku bagian mana yang keluar di ulangan ya?"

Kirana mendekatkan bibirnya pada telinga Dava, takut tidak kedengaran karena Dava memakai helm.
Dava melirik kearah Kirana lewat kaca spion, sudah ia duga Kirana akan memasang wajah puppy face jika ia menginginkan sesuatu. Dava tersenyum lalu mengangguk. Dava mulai mendengar senandung Kirana yang beradu dengan hembusan angin pagi di kota Bandung hari ini.
Sesampainya di sekolah, Kirana terus membuntuti Dava sampai di kelas Dava.

"Kelasmu sudah kelewat, tahu?"
"Ah memang, aku kan ingin ke kelasmu Dav."
"Untuk?"
"Ulangan kimia, kamu lupa?"
"Harus sekarang juga?"
"Iya, ayo cepat aku kan ulangan di jam pertama."

Kirana langsung duduk disamping tempat duduk Dava, sedang Dava mulai menjelaskan bagian-bagian yang akan diujikan pada ulangan kimia. Tak lama, datang Raihan. Raihan adalah murid baru yang suka dibicarakan oleh Kirana.

"Permisi, itu tempatku." kata Raihan. Refleks, Kirana langsung menengadahkan kepalanya yang tengah tertunduk.
"Oh, maaf." segera Kirana bangun dari tempat duduknya
"Ran, ini Raihan. Anak baru yang waktu itu kamu tanyain." ujar Dava dengan santai.

Kirana langsung mencubit lengan Dava. Ia pun tertunduk malu.

"Ah kapan aku bertanya ya, Dav?" kata Kirana sambil melotot
Dava langsung diam, lalu cengengesan senang karena Kirana gelagapan.
"Kamu temannya Dava? Aku Raihan, teman sebangkunya."

Kirana tersenyum, tentunya sambil mengamati wajah Raihan. Mungkin seperti kata Pidi Baiq, ketika Tuhan menciptakan Raihan ia berniat pamer. Benar-benar tampan dengan rahang tegas namun mata hazel yang memiliki tatapan lembut, tak lupa frame kacamatanya membuatnya tampak lebih manly.

"Ran! Jangan terlalu terpesona, wajahmu benar-benar membuatku malu!" Dava membuyarkan lamunan Kirana
"Ah, hai. Aku Kirana."
"Kamu murid baru juga? Hm aku baru lihat kamu di kelas ini."
"Dia kelas 12 IPA b, bukan di kelas kita." jelas Dava
"Tapi bukankah seharusnya kamu masuk kelas? Bel sudah berbunyi tadi."
"Benarkah? Ah, Dava kenapa kau tidak memberitahuku?" Kirana melampiaskan kekesalannya pada Dava dengan memukul lengan Dava.
"Aku pergi! Oh iya, Raihan. Senang bertemu denganmu"

Kirana berlari setelahnya. Tanpa sadar, Raihan tersenyum melihat tingkah Kirana. Namun berbeda dengan Dava, rahangnya mengeras ketika mengamati ekspresi Raihan.

*******

Hari demi hari, Raihan semakin dekat dengan Kirana dan juga Dava. Mereka selalu bertiga, dimanapun dan kapanpun. Kecuali ketika pelajaran tengah berlangsung. Kirana sangat senang dengan kehadiran Raihan. Menurutnya, ia dan Raihan mempunyai banyak kesamaan. Dari musik, sampai genre film keduanya mempunyai selera yang sama. Bahkan, Kirana sering melupakan kehadiran Dava ketika ia tengah asik berbincang dengan Raihan.

"Dav, Raihan mana? Jadi ke rumahmu? Kok kamu malah kerumah aku sih?"
"Aku bosan di rumah, mama dan papa pergi keluar kota. Kayaknya nggak jadi."
"Oh gitu. Mau makan siang?"
"Aku kesini karena aku lapar."
"Dasar. Tunggu di meja makan, aku akan masakkan sesuatu untukmu."
"Bundamu kapan pulang?"
"Masih lama."

Kirana meninggalkan Dava yang sedang asik memainkan handphonenya. Apa yang akan ia buat? Ide Kirana muncul. Ia akan membuatkan makanan kesukaan Dava, ayam rica-rica plus sayur bayam.
Setelah semua masakannya matang, Kirana membawa masakannya ke meja makan. Dava tak bisa menahan rasa laparnya yang semakin menjadi-jadi saat aroma masakan Kirana tercium sangat harum.

"Mari makan!"
"Wah ini sangat enak, terimakasih Kirana." kata Dava sambil menyantap makanannya
"Uhm ya, seharusnya kamu menikahiku karena aku selalu memberimu makan."
"Baiklah, akan kulakukan. Hahaha."

Kirana melanjutkan makanannya, dan mengulum senyumannya sambil melirik Dava.

--------->flashback off<---------

Kirana terbangun dari tidurnya, ia membuka matanya dan melihat Dava yang masih terlelap. Dava terlihat sangat damai dalam mimpinya.

"Dava, kita takkan bisa seperti ini lagi." bisik Kirana

Sadar tengah diperhatikan, Dava membuka matanya. Pertama kali yang ia lihat adalah wajah Kirana yang sedang mengamatinya. Cepat-cepat Kirana mengalihkan padangannya dari Dava.

"Kau sudah bangun?" suara serak Dava terdengar, khas orang bangun tidur.
"Ya. Kamu kelihatan lelah sekali, maaf mengganggu waktu istirahatmu."
"Tidak, tidak sama sekali. Bahkan aku nyenyak tidur disini."
"Dava.."
"Hmm ada apa?"

Kirana hanya tersenyum, tidak meneruskan ucapannya. Tapi Dava menangkap apa yang mata Kirana siratkan, terlihat sedih.

"Aku ingin mandi, aku pulang ya, Ran?"
"Baiklah."
"Sebaiknya kamu hubungi calon suamimu, takut-takut dia kabur. Hahaha.."
"Mana mungkin aku menghubunginya, aku sedang dipingit tahu. Kalau ia berani melakukannya, ia akan menyesal seumur hidupnya."
"Kau benar. Aku pergi ya!"

Kirana mengangguk, kemudian Dava berlalu.

"Aku akan sangat merindukanmu, Ran."

**********

Vote & comment!
Love xx

Marry Me, My Best Friend!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang