Chapter 3

74 2 1
                                    

H-1 Kirana's wedding

Kirana kembali menyisir rambutnya yang menjuntai kebawah, mengamati dengan seksama dirinya dari pantulan cermin. Akan ada hari bahagia, semoga selamanya ia merasakan kebahagian seutuhnya menjadi istri dari seorang Arial.

Sebelumnya, mungkin kalian bertanya-tanya siapakah sosok Arial sebenarnya? Jika kau fikir Arial adalah Raihan, kau benar. Raihan Arial Diwantara, teman sebangku Dava sewaktu SMA. Pertemuan demi pertemuan menumbuhkan cinta bagi keduanya, semakin lama mereka berdua menyadari rasa yang ada dihati keduanya semenjak pertemuan dihari itu.

-------> flashback on <------

Ini adalah hari yang dinanti siswa dan siswi kelas dua belas. Ya, hari ini adalah hari kelulusan mereka. Setelah melewati ujian nasional dan juga ujian praktek yang mengerikan, akhirnya Dava, Kirana, dan juga Raihan lulus dengan hasil yang memuaskan. Begitu pula dengan Karina, walau berbeda sekolah ia juga lulus dengan hasil yang patut dibanggakan.
"Congratulation for us! Akhirnya kita lulus ya, ah nggak nyangka." celoteh Kirana pada Dava dan Raihan.
"Ran, foto bareng yuk." ajak Raihan
"Boleh, Dava aku minta tolong." Kirana tersenyum sembari menyerahkan kamera digitalnya pada Dava.
"1.. 2.. 3... Cekrek."

Dava menunjukkan hasil fotonya pada Kirana dan Raihan. Melihat Kirana tersenyum cerah, dan tampilannya mengenakan kebaya berwarna peach sangat membuat Kirana berbeda dari biasanya. Dava akui dalam hati, Kirana cantik.

"Dav, sini aku fotoin kamu dan Kirana. Ayo!" Raihan meraih kamera dari tangan Dava
"Ayo Dava, kali ini harus senyum ya! Semua foto kelulusan kita, kamu cemberut terus."
"Iya iya bawel."
"1.. 2.. 3.. Cekrek"
"Wah hasilnya bagus banget, Rai." puji Kirana setelah melihat hasil foto Raihan.
"Itu karena ada aku, ganteng. Jadi bagus."
"Pede banget kamu, Dav."
"Hahaha.."

Ketiganya tertawa dengan gembira, seakan tak memperdulikan apa yang akan mereka lalui setelahnya. Entahlah, bagi mereka biarlah semua mengalir apa adanya. Seperti apa yang mereka rasakan, biarlah hanya Tuhan dan mereka sendiri yang tahu.

*******

"Dava! Aku keterima di Belanda. Aku keterima, Dav! Yeaaay senangnya. Alhamdulillah."

Kirana girang bukan kepalang. Setelah ia menerima email dari pihak Universitas di Belanda, Kirana langsung kegirangan di kamarnya. Dan Dava, seperti biasa menemani Kirana hanya cengar-cengir ikut bahagia.

"Aku harus telepon bunda."

Masih dengan ekspresi tak terkontrolnya, Kirana mencoba menghubungi bundanya yang sedang pergi ke Batam untuk urusan pekerjaannya.

"Halo Bun, aku kangen banget sama Bunda!"
"Halo Kiran, sama nih Bunda juga kangen. Kiran lagi seneng banget yah kayaknya?" tebak bunda
"Iya nih, Bun. Mau tahu nggak? Anak bunda yang cantik ini keterima di Universitas Amsterdam! Whoaa."
"Serius? Kamu nggak lagi bohongin Bunda kan?"
"Iya Bunda, masa Kiran bohong sih."
"Wah selamat sayang. Anak Bunda bakal jauh deh sama Bunda, kalau kangen Bunda harus gimana?" ucap Bunda terdengar sedih.
"Yah Bunda, kita kan udah ngomongin ini sebelumnya. Kalau kangen Kiran, ya tinggal samperin! Hehehe."
"Bunda bercanda kok." terdengar sekali Bunda berusaha untuk tetap terdengar girang, "sekali lagi selamat ya sayang, jangan lupa telepon Ayah!"
"Oke, bye Bunda."
"Bye sayang."

Saking senangnya berbicara dengan bundanya di telepon, Kirana sampai lupa kehadiran Dava dikamarnya.

"Eh Dav, kok diem aja sih? Udah dibuka e-mailnya? Gimana dapet nggak?"

Dava terlihat sedikit terkejut, lalu cepat-cepat ia tutupi. Dengan senyum seribu wattnya, dia menatap dalam-dalam Kirana.

"Ran, sepertinya kita akan bertemu lagi di Amsterdam."
"Be.. Benarkah? Wah ini benar-benar mukjizat bisa bersamamu lagi! Tapi, apa Inggris nggak menerima beasiswa kamu?"
"Eng.. Enggak. Cuma di Amsterdam."

Tanpa pikir panjang, Kirana langsung memeluk Dava. Betapa senangnya ia karena ada Dava yang akan menemaninya di Belanda.

Dava seakan salah tingkah dengan reaksi cepat Kirana, tapi cepat-cepat ia membalas pelukan Kirana.

******

Karina datang untuk mengantar saudara kembarnya ke Bandara. Tentu saja ada Dava dan keluarganya juga. Sedangkan Kirana hanya ditemani Karina dan Ayah, Bunda tidak bisa hadir karena ada urusan yang sangat penting. Kirana sempat kesal dengan bundanya, tapi bunda meminta maaf berkali-kali karena tidak bisa mengantar Kirana.

"Ran, jagain anak Om ya! Dia kan suka tidur terus-terusan, takutnya lupa bangun." kata Ferdi sambil cengengesan
"Apaan sih, Pah."
"Tante percaya Dava dan Kirana pasti saling menjaga seperti biasanya.", "Betah disana ya sayang." Lisa memeluk anak tunggalnya, lalu beralih pada Kirana.
"Ran, Dava. Kalian harus baik-baik disana. Telepon Ayah sering-sering, Ran." kata Damian lalu memeluk Kirana.
"Iya Kiran janji."
"Hati-hati ya, Ran. I'll miss you so badly." Karina memeluk Kirana dengan erat.
"Iya, Rin. Aku juga."
"Pesawat kalian sebentar lagi berangkat, ayo cepat masuk."

Dava dan Kirana pun pergi setelah mengucapkan selamat tinggal pada kedua keluarga mereka.
Dava memegang erat tangan Kirana, mencoba menguatkan Kirana yang sedari tadi menahan tangisnya.

"Kita akan kembali cepat, Ran. Jangan sedih."
"Iya Dava."

Bulir-bulir air mata pun membasahi pipi Kirana, antara sedih dan senang.

"Tapi, kenapa Rai nggak antar kita, Dav?"
"Raihan ada urusan, kemarin ia pergi ke Melbourne. Kau tak tahu?"

Kirana hanya menggelengkan kepalanya. Raihan, bahkan ia tak mengucapkan sepatah kata selamat tinggal padanya. Sedikit mengganggu pikiran Kirana, Dava pun merasakan apa yang Kirana pikirkan.

"Sudahlah, kita istirahat saja. Perjalanan kita panjang, Ran. Setelah sampai kamu bisa menghubungi Raihan."

Kirana menyandarkan kepalanya di pundak Dava, setuju dengan perkataanya karena perjalanan kali ini akan menjadi panjang dan melelahkan.

*******

Sangat tak terasa, tinggal menghitung bulan Dava dan Kirana akan segera lulus dari universitas. Mereka tengah disibukkan tugas akhir skripsi, namun walaupun demikian mereka tetap menyempatkan waktu untuk bertemu.

Kirana yang saat ini menjadi mahasiswa jurusan psikologi ini sangat menikmati waktunya yang sebentar lagi akan berakhir disini.

Dan Dava, ia merasakan senang dan nyaman karena sudah tiga tahun lebih ia bersama Kirana disini. Dava menempuh pendidikannya sebagai mahasiswa kedokteran disini.

Sebenarnya menjadi dokter bukanlah impiannya, tapi sekali lagi ia lebih memilih Kirana dibandingkan dengan mimpinya.

"Hallo! Heb je tijd hebt? Kunnen we elkaar ontmoet?" (Halo! apakah kamu ada waktu? bisakah kita bertemu?) ujar Kirana lewat telepon.
"Tentu saja, netherlander girl. Ingin bertemu dimana?"
"Hahaha.. Aku hanya terbiasa. Di cafe biasa?"
"Oke aku akan sampai dalam 40 menit."
"Baiklah."

Kirana telah sampai di Cafe yang mereka sepakati. Benar-benar cafe yang sangat indah karena terdengar alunan biola didalam ruangan ini. Eropa benar-benar terasa disini, bahkan sesaat ia terhanyut dalam permainan biola yang sangat indah untuk didengar.

Tak lupa, Kirana menyiapkan lilin di birthday cake untuk Dava. Kirana pun ragu apakah Dava mengingat ulangtahunnya hari ini?

Melirik ke arah arlojinya, sebentar lagi Dava akan datang. Kirana menyalakan lilin-lilin kecil yang sudah berdiri tegak diatas kue. Dan ketika Kirana selesai, Dava datang dengan senyuman lembutnya.

"Happy birthday, Dava!"
"Wah benar-benar."
"Tiup lilinnya!"

Dava meniupkan lilinnya, Kirana memberi tepuk tangan dengan gembira.
Kirana memeluk Dava, dengan erat sambil membisikkan kata selamat ulang tahun.

Namun dengan cepat, Dava melepas pelukan Kirana. Lalu entah apa yang membuat akal sehatnya hilang, ia langsung mencium Kirana. Kirana sangat terkejut, membuka kedua bibirnya. Kesempatan ini langsung dimanfaatkan oleh Dava, dengan lembut bibirnya berpaut dengan bibir Kirana yang lembab. Dan entah keberanian darimana, Kirana menutup matanya dan membalas ciuman Dava.

**********

Hallo! Maaf ya kalau masih banyak kekurangan di tulisanku. Semoga kedepannya aku bisa meningkatkan kemampuanku.

Entah ada yang baca atau nggak, aku berharap jika ada reader yang menyempatkan waktunya untuk melihat tulisanku juga sempatkanlah untuk vote dan comment.

Thanks xx

Marry Me, My Best Friend!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang