Flasback on
Sebenarnya aku juga nggak tahu dulu pernah ada kejadian apa. Yang jelas semenjak usiaku menginjak 17 tahun, aku merasa ada sepotong memori yang hilang di kepalaku. Seperti melupakan suatu hal yang penting dan lenyap begitu saja.
Setiap ku mencoba untuk bertanya pada Mama, dia tak pernah menggubrisnya dan menuduhku mengkhayal karena terlalu banyak membaca komik. Alhasil, aku tidak pernah tahu apa yang terjadi dan perlahan 'melupakan' menjadi hal yang semakin serius. Aku jadi sering melupakan hal-hal yang bahkan baru saja terjadi jika mentalku terguncang.
Kata dokter, ini adalah efek samping baca komik dan aku diberi obat-obatan yang banyak. Makanya aku selalu mencatat hal yang menurutku penting di note ponsel.
Mama mengantarku ke sekolah menggunakan mobilnya dan menurunkanku di depan gerbang.
"Pulangnya pake bus aja, ya? Mama kayaknya nggak bisa jemput, di rumah banyak kerjaan."
"Iya Ma." Sambil berpamitan dan keluar dari mobil menuju gerbang. Tak kusangka, ini adalah sekolah termegah yang pernah aku temui. Halamannya yang luas dan parkiran yang penuh dengan mobil mewah. Ditambah kebun yang sangat indah serta banguannya yang benar-benar modern.
'Sekolah Menengah Atas Indah' inilah namanya. Meski awalnya aku sedikit gugup, tapi aku berusaha sebisa mungkin untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Yah, sambil nambah pengalaman juga.
Aku mulai menyusuri koridor, dan suasana sekolah sangat sepi. Mungkin karena kegiatan belajar mengajar sudah berlangsung.
Ah! Iya ponselku!
Aku mencatat semua yang aku lihat hari itu sambil menuju ruang guru. Terdapat denah sekolah di pinggir lapangan, jadi membuatku mudah dalam perjalanan. Dan guru itu memberitahuku untuk masuk sekolah pada esok hari saja, karena hari ini sudah jauh dari kata terlambat. Memang tadi sempat bangun kesiangan dan Mama pergi entah kemana. Dan saat bangun, Mama baru pulang dan tetap menyuruhku pergi sekolah.
Saat berada di sekolah baru, hal pertama yang ingin kulihat adalah perpustakaannya. Mudah-mudahan tidak mengecewakan dan sesuai harapanku. Karena sekolah ini bagus mungkin perpustakaannya juga bagus. Pikirku.
Sekolah ini terdiri dari 10 lantai, 6 lantai adalah kelas X sampai XII dengan jurusan IPA dan IPS berbeda lantai. Perpustakaan berada di lantai 7, lantai 8 adalah berbagai lab, lantai 9 adalah ruangan-ruangan ekstrakulikuler, dan lantai 10 adalah kolam renang.
Kalau ruang guru dan yang lainnya, berbeda gedung alias ada gedung khusus. Sebuah gedung 3 lantai di dekat gedung utama. Dan kantin ada di belakang gedung, sebuah ruangan rapi cukup luas dan terbuka. Jajanan dan makanannya pun rapi serta tertib. Kantin terlihat dari tempat aku berada sekarang. Lumayan bagus sih ini sekolah, sempat membuatku ingin berkeliling dan mengamati sekolah secara langsung tapi aku urungkan niat itu untuk nanti dan langsung menuju perpustakaan.
Mama menyuruhku belajar semampuku untuk mengejar ketertinggalan, itulah salah satu alasan aku membulatkan niat untuk langsung menuju perpustakaan.
Sampailah aku di lantai 7, lumayan lelah sih karena menaikinya dengan tangga. Sebenarnya ada lift di sekolah ini, tapi aku memilih memakai tangga supaya sedikit berolahraga tapi tidak menduga akan selelah ini.
Aku menghempaskan tubuhku di bangku terdekat dan mengatur nafasku. Sesekali melihat sekitar. Sepi. Tapi tanpa sadar, pintu masuk perpustakaan tepat berada di ujung jalan ini. Langsung ku datangi pintu itu dengan semangat dan lupa akan rasa lelah yang tadi.
Tapi sesampainya disana, aku sempat bingung. Pintu ini tidak ada kenopnya, jelas-jelas ini adalah pintu kayu tapi tidak ada kenopnya. Semua upaya aku kerahkan untuk membuka pintu tapi tidak berhasil juga. Pintunya sama sekali tidak berkutik.
KAMU SEDANG MEMBACA
I HEAR YOUR HEART
Teen FictionAku nggak pacaran karena terlalu sibuk mengingat masa lalu, rasanya aku selalu saja merasakan ganjalan saat mencoba meneruskan hidupku ini. -Dian Jujun Pratiwi- Aku nggak pacaran karena terlalu sibuk mendengar s...