10. Alvaro

4.2K 366 27
                                    

"Zahra? Bukankah itu.. Kekasih mu yang dulu?" tanya Gerald pada Mac.

Kerutan didahi Zio bertambah. Kekasih? Tidak mungkin! Perasaan cemburu kembali menghantui Zio. Bahkan ia tak tau kapan terakhir kali ia bertemu dengan Zahra. Yang Zio ingat, hanyalah sebuah perang. Perang yang berhasil merengut seluruh keluarganya dan Zahra.

Zio melepas pelukannya lalu berdiri menatap Mac. "Kekasih?"

"Dulu. Sekarang, dia bukanlah siapa siapa." kata Mac dingin.

Masa lalunya terus membayangi pikirannya. Ia ingat ketika Zahra tiba tiba saja memutuskan untuk pergi di titik dimana Mac sedang dalam dalamnya mengalami kesusahan. Ia ingat betul bagaimana perlakuan Zahra saat Zahra menuduh dirinya seorang pembunuh dan pengecut. Semua hal yang dilakukan Zahra sangatlah menyakitkan.

"Kau harus menceritakan hal ini padaku." Zio menatap Gerald lalu berusaha berkomunikasi lewat pikiran mereka.

"Akan kuceritakan nanti."

Tangisan Zahra sedikit demi sedikit mulai tidak terdengar. Hanya menyisakan isakan kecilnya dan air mata yang mengering dipipi mungilnya.

"Kalian ingin kemana?" tanya Zahra dengan suara seraknya.

"Kemanapun itu, bukan urusanmu kan?" tanya Mac dengan nada kesal.

"Ini sudah malam. Kalian pasti lelah. Menginaplah dirumahku."

"Tidak usah." tolak Mac.

"Kami akan menginap." Val tersenyum ke arah Zahra lalu mencubit pelan lengan Mac

Mac meringis kesakitan lalu menatap Zahra dengan tidak suka. Ia hanya bisa pasrah terhadap keputusan teman temannya. Masalah pribadinya dengan Zahra tidak boleh disangkut pautkan dengan masalah ini. Mau bagaimanapun juga, mereka pasti lelah.

"Ada yang aku bicarakan denganmu, Zio. Hanya berdua." ucap Zahra.

~~~*~~~

Verena Janette Laurencia POV

"Hei lepaskan aku!" aku memberontak, berusaha melepaskan tali dengan kekuatan magis ayah yang mengikatku. "Lepaskan aku!"

"Kau sangat berisik! Diam atau ku bunuh kau sekarang?!" lelaki bertubuh kekar itu tiba tiba saja berdiri dan memukul meja yang ada didepannya.

Takut memenuhi pikiranku. Apa yang ingin Darkon lakukan padaku? Apa ia akan benar benar membunuhku?

"Cepat sedikit!"

Sebuah teriakan terdengar di telingaku beserta dengan ringisan seorang lelaki.

"Kau sangat kasar, tuan."

BRAK!! Lelaki itu didorong ke arahku. Kalau saja aku tidak mengelak, aku pastikan badan kekarnya akan menindihku hingga aku kehabisan nafas.

"Jangan banyak bicara!"

Mata lelaki itu sempat melirikku sejenak lalu tersenyum tipis.

"Ternyata Darkon juga menculik seorang gadis." katanya.

"Kalian semua sudah boleh pulang. Aku yang akan menjaga Janette dan Alvaro disini." ayahku tiba tiba saja datang lalu menatapku lewat ekor matanya.

"Baik." jawab orang orang itu serentak bersama dengan sepeninggalan ayahku.

Diruangan ini hanya ada aku dan lelaki bernama Alvaro itu. Ia sangat diam. Tidak banyak memberontak. Mungkin ia sudah pasrah terhadap takdir. Lagipula, berusaha untuk keluar hanyalah usaha yang sia sia. Aku dan ia tak akan lepas dari tali berkekuatan magis ini.

Brandywine Magic AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang