"Aku mohon! Tinggallah disini untuk sementara waktu." pinta Zahra.
"Maaf tidak bisa. Aku harus pergi. Sudah ya, aku harus berbicara dengan Gerald sekarang. Kita bicarakan ini nanti lagi." ucap Zio lalu meninggalkan Zahra sendirian.
Zio tidak habis pikir dengan Zahra. Wanita itu tiba tiba saja datang lagi lalu meminta Zio untuk tinggal bersamanya. Padahal, Zio sudah hampir melupakannya dan sekarang ia malah menyukai Janette.
Zio mencari Gerald dengan memanggil namanya lewat pikiran lalu dengan cepat Gerald pun muncul dihadapannya.
"Mengapa kau memanggilku dengan cara seperti itu?" tanya Gerald kesal.
"Agar tak ada yang tau kalau kita bertemu disini." balas Zio sambil memberikan senyumnya.
"Baiklah. Sebelumnya, aku ingin bertanya. Kau siapa nya Zahra?"
"Dulu dia kekasihku." kata Zio. "Kenapa Mac sangat kesal saat bertemu Zahra?"
"Sama sepertimu, dia juga dulunya kekasih Zahra."
Mereka berdua tertawa bersama lalu satu pertanyaan dari Zio membuat Gerald mengerutkan keningnya. "Bagaimana kalau kita tak akan pernah bertemu dengan Janette lagi?"
"Kenapa kau berbicara seperti itu?!"
"Aku kan hanya bertanya."
"Kita pasti akan bertemu dengannya lagi."
"Aku senang." kata Zio sambil tersenyum. "Sekaligus aku akan gugup nantinya."
"Maksudmu?"
"Bila aku masih bisa bertemu dengannya, akan kunyatakan perasaanku ini padanya." Zio berjalan mendahului Gerald lalu tersenyum bahagia. "Aku dan dia akan bersama sama selamanya!"
~~~*~~~
"To.. Tolong aku, Zio.." Janette meracau tak jelas didepan Alvaro. "Aku takut.." lanjutnya lagi.
Alvaro hanya bisa menaikkan alisnya lalu menatap khawatir Janette. Saat ini, ia tak bisa menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan Janette karena tenaganya sudah banyak terkuras. Untuk bangun saja ia kesulitan.
"Urgh! Kakiku!" baru saja Alvaro ingin tidur, Janette sudah berteriak layaknya seseorang yang baru saja melihat hantu.
"Bisakah kau diam sebentar? Apa kau tau, gara gara kau, tenagaku hampir habis!"
"Ma-maaf! Tapi, kakiku sangat sakit, Alvaro."
"Terserah kau saja."
Janette terdiam sebentar. Ia menatap Alvaro dalam keheningan, membuat Alvaro mau tak mau membalas menatapnya.
"Apa? Kau terpesona dengan ketampananku?" tanya Alvaro dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
"Rasanya aku ingin muntah."
Alvaro tersenyum melihat ekspresi jijik yang diberikan Janette. Menurut Alvaro, sifat gadis itu sangat mirip dengan ibunya. Ya.. Seseorang yang telah menyelamatkannya dari Darkon waktu itu.
"Ada niat untuk membunuh Darkon?"
"Tidak. Untuk apa aku membunuhnya?"
"Dia ingin membunuhmu."
"Aku tak peduli. Asalkan teman temanku tak diganggu olehnya, aku tak apa. Lagipula, keluargaku bisa hidup karena uang darinya. Walaupun itu tidak halal, tapi keluargaku sangat bahagia. Sampai sampai aku dikorbankan." jelas Janette.
"Oh iya, element mu dengan cepat ter-upgrade ke level 2 saat kau bermimpi tentang Zio Zio mu itu." kata Alvaro sambil berusaha mencoba untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brandywine Magic Academy
FantasyVerena Janette Laurencia. Gadis cerewet yang berhasil lolos memasuki Brandywine Magic School dengan tujuan awal hanya ingin bunuh diri. Siapa tau kejadian itu berhasil merubah drastis kehidupan Janette. Ia harus berusaha menyelamatkan dirinya sendi...