Grandpa.

4.2K 352 10
                                    

Hari ini aku memutuskan untuk pergi ke sekolah. Sekalian aku ingin merefresh otakku yang semakin hari malah semakin tidak ku mengerti. Mulai dari perkataan Ibu yang setiap malam menghantuiku ketika aku bertemu dengan Jimin. Akhir-akhir ini memang aku merasa sedikit lebih santai ketika berbicara dengan lelaki itu, mungkin karena hampir setiap hari aku bertemu dengannya dan mengawali pembicaraan dengan perdebatan, meskipun sebaliknya juga diakhiri seperti itu.

Aku menopang dagu dan menatap ke depan dengan tatapan malas. Entah mengapa guru-guru lebih senang memberi kami tugas dan pergi keluar kelas begitu saja daripada menjelaskan pelajaran dengan panjang lebar. Hal ini tentu saja membuat siswa di kelasku lebih ribut dari biasanya.

"Hey! Ini masih pagi dan kau sudah melamun," aku menoleh dan mendapati Ah Rin yang sekarang sudah duduk tepat disampingku. Aku hanya melihatnya sesaat kemudian kembali berpaling kedepan. Aku bisa mendengar dengusan kesal yang dikeluarkan perempuan itu karena aku sama sekali tidak menghiraukannya.

"Kau berhutang banyak cerita padaku." katanya. Aku masih belum menanggapi, terlalu lelah untuk mengeluarkan kata-kata sekarang.

"Ya!! Apa sekarang aku berbicara dengan patung? Yesung-ah.. Hargai aku disini" nampaknya Ah Rin mulai kesal. Dan dengan terpaksa aku memutar badan agar berhadapan dengannya. Meskipun hal itu sungguh sulit untuk dilakukan.

"Mwo?" tanyaku datar.

Ah Rin memutar bola matanya seolah sudah lelah berbicara kepadaku. Tapi, sepertinya tidak karena kursi yang ia tempati semakin didorong kedepan agar lebih berdekatan denganku. Tentu saja aku tahu apa maksud anak ini.

"Ayo ceritakan!"

"Cerita apa?"

"Kau dan Jimin bodoh!! Kalian bagaimana sejauh ini?" ucap Ah Rin semangat. Saking terlalu semangat, semua siswa di kelas ini yang tadi sangat ribut tiba-tiba langsung hening seketika. Terlebih lagi di kelas ini siswa perempuan lebih mendominasi daripada siswa laki-laki, dan disini sudah pasti ada seorang fans. Mata-mata itu sekarang menatapku penuh tanda tanya besar yang hanya aku balas dengan senyuman terpaksa. Kenapa aku harus memiliki sahabat seperti ini?

Setelah pelototan mata yang aku lemparkan ke arah Ah Rin, gadis itu langsung membekap mulutnya. Matanya membesar tak percaya. Segera ia lontarkan kalimat yang sangat tidak masuk akal lagi.

"Maksudku.. Jae Min. Sepupumu.. Ya, ehm lee jae min," lanjutnya. Aku membuang nafas panjang. Mata-mata tadi tidak lagi menatapku seolah aku ini adalah santapan lezat yang siap diterkam. Kalau sampai itu terjadi, berengkali aku sekarang tinggal menyisakan nama saja.

"Kau mengataiku bodoh tadi. Dan lihat, siapa sekarang yang bodoh hm?"

"Maafkan aku. Ini semua karena kau Yesung-ah. Kalau saja kau mau menceritakanku lebih dulu, pasti aku tidak akan berteriak seperti tadi."

"Sekarang kau yang menyalahkanku padahal semua ini salahmu. Tak apa, aku masih menganggapmu sahabat. Walaupun menghadapimu butuh banyak kesabaran,"

"Jangan banyak bicara. Ceritakan saja sekarang" ucap Ah Rin tak sabar.

"Jadi.. Ceritanya tidak ada,"

"Mwo? Apa maksudmu tidak ada?" tanya gadis itu dengan mulut yang terbuka sangat lebar.

"Apa yang harus aku ceritakan? Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan orang itu"

"Aku tidak mengerti"

"Molla.. Yang penting aku tidak ada punya hubungan dengan Jimin."

"Bukannya kalian dekat?"

"Tidak juga. Geunyang.. Dia sempat menolongku kemarin. Kalau tidak ada dia mungkin aku tidak ada disini sekarang," jelasku. Aku melihat jendela dengan tatapan nanar. Kejadian kemarin membuatku takut.

Nevermind [Jimin BTS FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang