Sorry

2.2K 220 19
                                    

JIMIN POV.

Aku menutup mataku dengan kedua tanganku.

Setelah mendengar berita itu, jantungku seolah berhenti berdetak. Aku masih menunggu hasil pemeriksaan dari dokter dengan perasaan yang kacau. Aku bahkan tidak memakai masker dan topi lagi saat tiba disini. Awalnya, PD-nim memarahiku. Tapi, aku bersikeras untuk tidak memakainya. Aku tidak peduli lagi.

Setelah beberapa menit menunggu, seseorang dengan pakaian serba putih dan stetoskop di lehernya keluar dari ruangan.
Aku dan PD-nim lantas langsung berdiri karena tentu saja kita ingin mendengar hasil pemeriksaannya.

"B.. Bagaimana hasilnya?" Tanyaku. Aku tidak sadar ternyata suaraku mulai bergetar. Aku bisa merasakan tangan PD-nim menyentuh bahuku dan mengelusnya pelan.

"Dia kekurangan banyak darah pasca kecelakaan itu. Saat ini dia belum bisa sadarkan diri dan aku tidak bisa memastikan kapan jelasnya dia akan sadar." Jelas Dokter Kim kepadaku. Aku menatap kearah ruangan Ibuku dengan tatapan nanar, aku benar-benar tidak menyangka hal mengerikan seperti ini akan terjadi dalam hidupku.

"Apa kami bisa melihat pasien sekarang?" Tanya PD-nim.

Dokter Kim menggeleng, "Aku minta maaf. Saat ini pasien belum bisa dijenguk sama sekali. Keadaannya masih sangat lemah."

"Kalau begitu saya permisi dulu," ucap Dokter Kim lagi.

Aku kembali terduduk lemas. Jujur saja, aku tidak begitu dekat dengan Ibu sejak kecil. Entah, aku tidak tau alasannya. Tapi, saat mendengar kejadian ini, seolah akulah orang pertama yang sangat mencemaskan Ibu. Meskipun kami tidak dekat seperti kebanyakan orang lainnya, aku merasakan adanya koneksi yang begitu kuat dengan Ibuku. Aku tidak tau lagi apa yang akan terjadi jika aku kehilangan dia.

"Kita harus membatalkan jadwal kalian." Ucap PD-nim.

"Kenapa?"

"Kau tidak dalam kondisi yang baik sekarang."

Aku mengangguk mengerti. Dengan kondisi seperti ini tentu saja dapat mempengaruhi jadwal BTS. Aku berdiri dari tempat dudukku, dan perlahan kakiku melangkah kedepan pintu yang didominasi warna putih itu. Tanganku menyentuh kaca pintu itu. Didalam sana, terdapat seorang wanita paruh baya dengan banyak lilitan kabel dan penutup mulut yang membantunya berusaha bernafas. Dia tampak sangat lemah, dan aku sama sekali tidak bisa melihat keadannya yang seperti ini.

"Jimin-ah.."

Aku tersadar ternyata air mataku sudah tumpah daritadi. Dan mataku dengan cepat kualihkan ke sumber suara yang memanggil namaku tadi.

"Kau.. Kenapa disini?" Tanyaku. Orang yang memanggilku ternyata seorang Min Yoongi.

"Kita perlu bicara." Ucapnya lalu pergi begitu saja. Aku mengikutinya dari belakang, dia memakai masker dan menutupi semua anggota tubuh yang dapat dikenali orang-orang.

"Pakai ini.." Ucap Suga. Ia memberiku masker tanpa membalikkan badannya. Dan aku menerima masker itu dan langsung memakainya.

Kami tiba di mobil staf BigHit yang telah mengantarkan Suga kesini. Dan didalam mobil itu hanya ada aku dan dia.

Suga menyodorkan ponselnya di hadapanku.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Telfon dia sekarang dan ceritakan apa yang terjadi. Dia cemas, cemas sekali." Kata Suga dan aku meraih ponsel itu.

Aku tau siapa orang yang harus aku hubungi sekarang. Tapi, dalam keadaan seperti ini aku bahkan belum siap. Aku belum siap mendengar suaranya lagi, meskipun aku rindu.

Nevermind [Jimin BTS FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang