GIO - Pertemuan Kembali

96.3K 5.8K 770
                                    

Lohaa....

Kukembali ke lapak ini, mau berbagi kabar gembira.

Dalam rangka "MENUJU UNTIED TERBIT", aku mau nge-repost beberapa part awal di sini. Tujuannya, buat yang pernah baca, trus kangen, bisa kangen kangenan. Buat yang belum pernah baca, bisa kenalan awal.

Berapa part yang direpost? Secukupnya.. wkwkwkwk

Jadwal repost, seminggu 2x, biar syahdu..

At Least Once masih lanjut ga? Yojelassss masih dong. Untied kan tinggal repost, ga ditulis dulu kayak ALO.

Demikian salam pembuka......

Happy reading!

***

Dua tahun yang lalu...

Gue menghela napas, entah yang keberapa kali, sementara Mami terus-menerus mengoceh. Gue berharap perawat segera menyebut namanya supaya pemeriksaan segera dilakukan, dan persidangan sepihak "mengapa anakku yang sudah hampir kepala tiga masih tidak memikirkan pernikahan" ini segera berakhir.

Untung gue sayang sama Mami. Jadi gue diam saja selama disidang.

"Kamu tuh tahu, Mami sudah tua. Sudah sering sakit. Kakak-kakak kamu semua sudah nikah, sudah kasih Mami cucu. Kamu masih gini-gini aja. Tobat, atuh, Gi!"

"Nanti, Mam."

"Nanti-nanti terus!" Mami langsung judes. "Paling nggak kenalin pacar kamu. Biar Mami nggak was-was! Kamu normal, kan? Nggak belok, kan?"

Gue memutar mata. Pikiran mami gue ini kadang ajaib banget.

Seharusnya Kenang, kakak perempuan gue paling tua, selisih umur 7 tahun sama gue, yang bertugas menemani Mami ke dokter. Tapi hari ini dia ada urusan di sekolah anaknya, jadi batal. Gue dijadiin tumbal sebagai anak bontot. Dari lahir sampai sekarang, kayaknya gue terus yang di-bully kakak-kakak gue.

Gue bukannya nggak mau nemenin Mami. Sumpah, gue sayang sama Mami. Tapi ceramah tentang masa depannya itu yang males banget buat gue dengerin.

Tadinya hidup gue damai. Sampai tahun lalu, Kana, kakak perempuan yang beda dua tahun di atas gue, akhirnya nikah juga. Sejak itulah Mami jadi ganti ngerecokin gue. Tadinya Mami cuma sibuk cari calon suami buat Kana, yang kayaknya sudah keasyikan kerja sampai lupa nikah. Karena sekarang ketiga kakak gue sudah bahagia dengan rumah tangga masing-masing, Mami tinggal punya gue yang bisa direcoki masalah itu.

Nasib gue banget. Apes.

"Daru malah sudah mau punya anak tiga sekarang. Kamu, pacar aja nggak punya."

Gue akhirnya milih membiarkan saja Mami ngomel sendiri. Daru itu satu-satunya kakak laki-laki gue, lima tahun di atas gue. Dia juga tuh sapi yang doyan banget manasin Mami biar nyuruh-nyuruh gue kawin. Mentang dia sudah lima tahun nikah dan bahagia, songong banget. Padahal sebelum nikah juga sama bejatnya kayak gue. Malah dia yang ngajarin gue jadi kayak sekarang. Dulu gue polos, cowok baik-baik tanpa dosa.

"Ibu Widya Lestari."

Thank God!

Gue langsung berdiri. "Yuk, Mam."

Ocehan Mami otomatis berhenti. Beliau mengikuti gue masuk ke ruang dokter. Langkah gue otomatis terhenti saat berhadapan dengan sang dokter.

Kampret. Kenapa gue nggak baca dulu nama dokter di pintu tadi?!

"Eh, Tante..."

"Lho... Tara?"

Kedua wanita itu berpelukan, lepas kangen, sementara gue cuma berdiri tolol di sana.

Untied (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang