Hai hai...
Pertama-tama... Aku mau minta maap udah php sama part "Jess - Sebuah Penyesalan".
Seharusnya itu part baru nongol setelah part ini. Ceritanya pas aku lagi baca ulang sambil benerin beberpa typo dan semacamnya, meleng dikit doang, eh jempolku kepebcet publish. Jadilah aku buru" unpublish lagi, bikin temen" sekalian yg dapet notif jadi ga bisa buka part tsb.
Maap yak.. Wkwkwk
Tapi yg ini update beneran kok, ga php 😈
Happy reading!
[WARNING: 21+ content]
***
Pengakuan.
Gue suka main cewek. Tapi nggak semua cewek bisa bikin gue nafsu sebelum dia telanjang. Sejauh ini, ada tiga perempuan yang gue akui punya sex appeal tinggi, setidaknya buat gue. Salah satunya nggak mau gue sebut. Dua yang lain, teman kantor gue. Dua-duanya cukup pakai stelan rapi, yang paling sopan sekalipun, dan duduk diam di balik meja kerja. Begitu saja, bisa bikin Little G gue setengah sadar.
Tapi dua-duanya nggak bisa gue sentuh. Yang satu karena sudah nikah, sama bos gue pula. Kalau gue masih macam-macam sama Rania, dipecat adalah hukuman paling ringan yang gue terima. Masih syukur kalau nyawa gue nggak melayang. Yang kedua, karena dia mantan pacar sahabat gue.
Jessica sudah bikin gue tertarik, sexually, sejak pertama gue masuk MA. Tapi pas itu dia sudah pacaran sama Rian. Prinsip gue selain nggak ganggu perawan, nggak ganggu pasangan orang juga. Untungnya gue punya Rania, jadi nggak dapat Jess nggak bikin gue uring-uringan.
Sejak hubungan surgawi gue dan Rania resmi berakhir, gue kembali tertarik sama Jess. Little G masih penasaran sama dia. Gue masih bisa nahan, karena gue tahu Jess masih suka sama Rian. Malah masih cinta, kayaknya. Gue juga nggak enak mau macam-macam, mengingat dia dan Rian punya masa lalu.
Tapi malam ini, pertahanan gue goyah. Jessica terlihat cantik banget. Dia memakai atasan hitam dengan bahu terbuka, lengan pendek, dan rok sepaha berwarna senada. Heels-nya saingan sama tinggi galah, bikin betisnya kelihatan seksi banget. Gue membayangkan betis itu bertumpu di bahu gue, sukses bikin Little G bangun dengan penuh semangat.
Gue harus dapat dia malam ini. Gio yang frustrasi secara seksual bukan sesuatu yang baik. Gue kenal diri gue. Mending disuruh puasa makan, daripada nggak bisa memenuhi keinginan Little G gue. Malam ini, Little G mau Jessica.
"Turun yuk!" Jess, yang sudah gue perhatikan dari tadi, malah mengulurkan tangan ke Rian yang duduk di sebelah gue. "Come on. Just one dance."
Seperti yang gue duga, Rian menolak. Gue bisa melihat raut kecewa Jess, tapi dia menyembunyikannya di balik cibiran.
Gue turun dari kursi bar, menyambut tangannya yang diabaikan Rian, dan menariknya ke dance floor. Dia menoyor kepala gue saat gue memeluk pinggangnya dan menariknya mendekat hingga tubuh kami menempel, tapi akhirnya balas melingkarkan tangannya di leher gue.
Dia wangi banget.
"Udah nggak gondok sama gue?" ledeknya.
"Masih," balas gue. "Lagi mikir balasan buat keusilan lo."
Dia menyeringai.
Jessica punya ekspresi wajah galak. Judes banget. Tatapan matanya tajam, bibirnya tipis, bikin siapa pun yang nggak kenal dia langsung mikir kalau dia songong dan arogan. Tapi, pas dia senyum, mata tajamnya malah bikin dia kelihatan cantik. Kecuali kalau dia lagi senyum sinis sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untied (SUDAH TERBIT)
Ficción General[Sebagian besar part sudah unpublished] #4 The Tied Series Tanpa ikatan, Tanpa aturan, Tanpa perasaan...