Entah sejak kapan aku lebih sering chatting dengan Zafran. Bahkan dia sering membuatku tertawa dengan candaannya. Dia juga sering mengajakku makan tapi aku selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Namun, hari ini aku menerima ajakannya. Aku merasa nggak enak selalu nolak ajakannya.
Drrt drrt ..
Aku membuka notifikasi bbm.
Zafran : Aku udah di depan kosan kamu, Ay
Hah, aduh gimana ini. Aku ngga bisa nih.
Aku mondar mandir didalam kamar.
"Eh, lo udah alih profesi jadi setrikaan? Mondar mandir mulu," kata Rani di balik pintu.
"Gue bingung. Zafran ngajak gue makan. Sekarang dia ada di depan kosan."
"Nah, terus apa yang di bingungin? Udah kasihan dia nunggu lama ntar."
"Aku nggak siap, Ran."
"Buset dah. Lo emang mau ngapain? Cuma makan doang kan, Ay."
"Iya sih. Yaudah deh, gue berangkat dulu."
Aku berhenti sejenak di depan gerbang.
Apa aku harus menemuinya? Pikirku.
Drrt drrt..
Aku membuka notifikasi di ponselku.
Zafran : Masih lama, Ay?
Aku tidak membalas chatnya. Aku diam sejenak dan membuka gerbang. Aku berjalan kearah Zafran.
"Hai Ay, kita makan sekarang? Di cafe seblah aja ya?"
"Iya," kataku sambil tersenyum padanya.
Apakah aku baru saja memberikan senyum terbaikku padanya? Oh God.
Aku tersadar dari lamunanku ketika sebuah tangan menggenggam pergelangan tanganku. Menyalurkan kehangatan hingga ke lubuk hatiku. Tunggu. Tangan siapa ini?
"Perhatikan jalanmu. Kamu bisa tertabrak motor kalo nyebrang aja ngga fokus," kata pemilik tangan sehangat matahari pagi itu.
Aku melepaskan tanganku dari gemggamannya.
"Lo aja yang nyari kesempatan buat megang tangan gue."
Zafran mengurucutkan bibir tebalnya yang entah kenapa membuatku geli sendiri.
"Masih untung aku bantu nyebrangin kamu," katanya sambil duduk di salah satu sofa cafe.
"Kamu mau makan apa, Ay?"
"Aku minum aja."
"Minum apa? Jus ? Atau yang lain?"
"Terserah kamu aja," kataku sembari membuka ponselku.
"Yaudah aku pesenin dulu ya. Jangan kabur."
Aku menatapnya sekilas, menjulurkan lidahku lalu kembali pada dunia maya di depanku.
Aku menoleh ketika sofa yang aku duduki sedikit bergeser.
"Serius amat bacanya. Chat dari pacar kamu ya?"
"Kan aku udah bilang gue ngga punya pacar. Lo kali yang punya pacar. Ketahuan pacar lo baru tau rasa. Hahaha"
"Kan aku juga udah bilang aku ngga punya pacar."
Seketika itu minuman pesanan kami datang. Aduh, apaan ini jus warna hijau dengan susu coklat di pinggirnya. Melihatnya aja udah pengen muntah.
Ku perhatikan Zafran menyesap kopi hitamnya yang mengepul. Kenapa dia terlihat ganteng ya? Ah sial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
RomanceAku cukup terlena dengan cinta dan kenyamanan yang kau berikan. Hingga aku tersadar dalam kenyataan yang merenggut sebagian nafasku. Namun, aku masih berusaha mempertahankan kisah ini. Hingga sebuah kenyataan lagi-lagi menampar lubuk hatiku.