Part 9 - Berkesan di Hati

21 3 0
                                    


Ketika senja tak pedulikan kesendirianmu, lantas untuk apa kau masih berjalan di keheningan senja?

Tepat satu hari sudah Zafran tak memberiku kabar. Aneh rasanya tanpa keberadaannya. Memang aku tak berhak apapun atas dirinya namun aku masih saja mengharap kabar darinya.

Ku tundukkan kepalaku menatap dedaunan yang gugur ditepi jalan. Rasanya seperti musim kemarau yang begitu panjang. Tanpa air dan tanpa hujan. Kering, tandus tanpa kehangatan. Mataku hampir basah untuk kemarau kali ini. Namun, sebelum hujan menaungi wajahku, kulihat seberkas bayangan disampingku.

"Hai.."

Ku palingkan wajahku menatap pemilik suara bariton itu. Suara yang tak pernah kudengar sejak puluhan jam yang lalu.

"Hai. Kamu kemana aja?" kugenggam tangannya yang sedang dmenyetir sepeda dengan penuh antusias.

Rasanya seperti bertemu sesuatu yang lama hilang dank au menemukannya disaat yang tak pernah terduga.

Dia melihatku dengan intens. Mungkin dia sedikit kaget dengan reaksiku yang sedikit berlebihan.

"Nggak kemana mana kok."

Katanya sambil berbelok kearah kosku. Kami berhenti sejenak di depan kos.

"Maaf ya, aku nggak ngasih kabar kamu sejak kemarin. Soalnya hp aku dibawa adikku. Maaf ya, Ay."

"Nggak papa kok. Santai aja lagi," kataku dengan senyum kepalsuan.

"Oh iya, nanti malam ngerjakan worksheet yuk. Di cafe biasanya. Mau kan? Tenang, aku ngajak Fitri juga kok."

"Hmm, baiklah."

Belum sempat aku melangkahkan kakiku, Fia dan Fey dating meghampiri kami.

"Eh, Zaf. Nanti ada acara renang habis ini. Kamu mau ikut nggak?" kata cewek berkulit putih bersih itu dengan antusias.

Namanya Fia. Selain dia cantik dengan kulit putihnya, dia punya logat khas orang Sunda. Dia juga selalu bicara tanpa jeda dan cepat. Seperti maling yang sedang di kejar anjing tetangga. Tapi sayang, dia kurang tinggi dan terlalu kekanak-kanakan. Bagaimana aku bisa tau? Yah karena dia satu kos denganku.

Zafran menatapku sejenak, menaikkan kedua aliasnya seolah bertanya bolehkah aku ikut?. Ku anggukkan kepalaku pelan, memberi jawaban atas petranyaan semunya.

"Oke. Nanti deh aku kabarin lagi. Kamu mau ikut, Ara?" Tanya Zafran kearahku.

"Kayaknya enggak deh. Hmm, Aku masuk duluan ya," kataku meninggalkan mereka.

Aku berjalan melewati mereka. Sudut mataku menangkap tatapan Zafran yang masih menatapku hingga aku menutup gerbang. Entah apa yang dipikirkannya.

***

Fitri

Ini gue udah di depan kosan lo. Cepetan keluar gih.

Ku tutup ponselku dan bergegas membuka gerbang. Belum sempat ku membalas chatnya, terpampanglah makhluk aneh yang cengengesan di depan kosku.

"Zafran? Aku kira kamu udah di sana?"

"Kan aku selalu jemput kamu dulu. Hehehe."

Aku hanya tersenyum dan melangkah kearah café. Kulihat Fitri duduk dengan segelas susu coklat di tangannya.

"Hai, duduk sini gih," katanya seraya menepuk bangku disampingnya.

Aku duduk tepat berseberangan dengan Zafran. Dia terlihat sedikit kecewa karena aku tak duduk disampingnya.

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang