Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Hari ini hari terakhir Zafran disini. Besok dia akan kembali ke kota asalnya.
Ku gunakan waktuku sebaik mugkin. Tanpa pertengkaran seditpun. Dia mengajakku dan beberapa teman kita untuk mencicipi makanan khas disini. Ketan susu namanya. Sebenarnya bukan hanya susu, melainkan ada keju, milo, dan lainnya.
Zafran memilih tempat lesehan. Dia duduk disampingku. Menggenggam tanganku erat seakan waktu akan cepat berlalu meninggalkan kenangan kami.
Zafran menyandarkan kepalanya di bahuku. Ku nikmati saat-saat seperti ini yang mungkin tidak akan terulang kembali.
Aku melepaskan genggaman tangannya ketika Dana datang. Bukan karena apa, Cuma aku tidak suka saja mengumbar kemesraan di depan orang lain.
Rahmi dan Ima juga datang dengan sepiring gorengan di tangannya. Kami bercanda bersama. Bahkan aku sempat adu mulut dengan Zafran dan lagi-lagi dia yang mengalah demi aku.
"Habis ini kita makan yuk?"
"Makan dimana? Di Teras Hijau yuk?" kata Rahmi dengan semangat.
Mungkin itu tempat makan favorite Rahmi yang sering dia ceritakan. Selain karena banyak pilihan makanan disana, harga yang ditawarkan juga cukup murah untuk kantong pelajar.
"Kamu mau makan, Ay?" kata Zafran menggenggam tanganku.
"Terserah kamu aja."
Aku dan Zafran bergegas menuju Teras Hijau. Kami memilih duduk di bawah pohon hijau nan rindang. Ada beberapa kursi batu yang berjajar rapi mengelilingi pohon.
Dana, Fikri, Rahmi dan Ima baru dengan nafas ngos-ngosan. Maklum, mereka naik sepeda sedangkan aku naik motor bersama Zafran.
Kami membicarakan banyak hal, mulai dari hal konyol sampai hal menyedihkan yang pernah kami alami. Zafran tak henti-hentinya menganggu Rahmi. Dia memang jail kepada siapapun, termasuk aku. Bedanya, ketika aku ngambek, Zafran langsung membujukku dan meminta maaf.
Setelah satu jam ngobrol tiada henti, Zafran bangkit dari duduknya.
"Gue pulang duluan ya. Ntar kalian langsung ke cafe aja."
Zafran mengajakku dan mengambil sepeda motor yang terparkir manis di samping toko.
Aku bingung, sepertinya ini bukan jalan menuju tempat kosku.
"Kita mau kemana?"
"Ke suatu tempat. Tenang, aku nggak akan macem-macem kok sama kamu. Cuma satu macem aja. Hahaha"
Aku mencubit pinggagnya pelan. Dia hanya terkekeh dan menaruh tanganku di pinggangnya.
Sepertinya aku tau tempat ini. Ini adalah tempat yang 1 bulan lalu kami datangi bersama-sama. Sebuah bangunan tua yang mungkin sudah di rutuhkan karena terbakar.
"Zaf. Aku nggak nyaman disini, lagian ini kan udah sore."
"Tenang aja, kan ada aku, Ay."
Zafran turun dari motor dan menggenggam tanganku. Dia menatapku dalam diam.
"Sebelum aku pulang ke Jawa Barat, aku mau ngomong ini ke kamu. Aku mau milikin kamu, Ay. Aku cinta sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?"
Aku terdiam sesaat. Aku tidak tau jawaban apa yang harus aku ucapkan.
"Zaf. Jujur aja aku emang saying sama kamu. Tapi sepertinya aku belum bisa pacaran saat ini," kataku dengan hati-hati.
Dia menghembuskan nafasnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
RomanceAku cukup terlena dengan cinta dan kenyamanan yang kau berikan. Hingga aku tersadar dalam kenyataan yang merenggut sebagian nafasku. Namun, aku masih berusaha mempertahankan kisah ini. Hingga sebuah kenyataan lagi-lagi menampar lubuk hatiku.