Aku mencuci piring tersebut dan menaruhnya kembali di rak. Lalu mengambil sebotol air mineral dingin dari kulkas dan menaruhnya di atas meja sambil duduk di sofa dan menonton tv. Jujur, spaghetti buatan Kak Haris tidak ada tandingannya. Campuran antara saus spaghetti dan kejunya ituloh yang bikin ngiler. Pokoknya ENAK BANGET deh!
Satu jam berlalu. Aku merasa sangat bosan. Acara tv tidak ada yang seru. Tidak ada film-film action ataupun kartun. Yang ada hanya gosip-gosip para artis yang menjadi favorit ibu-ibu. Aku menggonta-ganti channel, tidak ada yang seru. Aku menyerah, aku menaruh remot tv tersebut di atas meja dan membiarkan tv menyala tidak ada yang menontonnya.
"Tadi si Fenan buat ulah lagi ya?" Tanya kakakku membuat lamunanku buyar. Aku bingung harus menjawab apa. Tapi aku memberanikan diri untuk menjawab apa pun yang terlintas di pikiran ku.
"I-iya. Kok tau si? Apa jangan-jangan tadi kakak ada di sekumpulan manusia yang berbentuk lingkaran itu?" Jawabku agak gugup.
"Nggak. Tadi kakak liat dari bangku koridor sekolah." Jawabnya singkat. "Emang kenapa si gak kamu terima aja? Kasihan tau dia udah berbuat apapun buat kamu."
Deg...
Jantungku langsung berdetak kencang. Aku malu. Aku bingung harus menjawab apa. Hatiku terasa tersentuh setelah mendengar perkataan kakakku tadi. Aku jadi merasa tidak enak dengan Fenan. Tapi mau diapakan lagi, aku tidak suka dengannya.
"Aku tau kak rasanya digituin. Tapi, aku emang gak suka sama dia. Mau dia orang kaya kek, keturunan bangsawan kek, kalau aku tidak suka dengannya, mau diapain? Aku orangnya gak suka dipaksa kak. Lagian juga, udah aku bilangin dari awal kalau aku gak suka sama dia tapi dianya gak berubah. Masih tetap begitu aja. Kan aku malu kak diliatin orang sebanyak itu. Apalagi kalau ada guru yang tau, kalau aku dikeluarin dari sekolah gimana kak?" Jawabku panjang lebar, singkat tapi padat.
"Ya seenggaknya kamu nasihatin dia kek, perhatiin dia kek, atau apalah. Yang penting kamu bisa bikin dia senang. Cowok digituin nyesek tau de."
Aku berfikir sejenak, apa mungkin Kak Haris pernah ngerasain kayak gitu? Tapi sama siapa? Setau aku hubungan Kak Haris sama Kak Nita baik-baik aja.
"Kakak pernah digituin? Sama siapa kak? Sama Kak Nita? Ya ampun. Yang sabar ya kak, mungkin dia lagi ada masalah." Jawabku mengalihkan topik pembicaraan.
"Ish! Jangan kayak gitu ah! Kakak emang gak pernah ngerasain kayak gitu, tapi kakak sebagai cowok tau gimana digituin de. Kesempatan gak dateng dua kali loh."
"Tapi kalo emang gak suka sama dia mau diapain? Kali aja dia macarin aku buat main-main doang. Kan banyak laki-laki yang kayak gitu." Jawabku secara spontan tanpa meperhatikan kata-kata yang barusan aku ucapkan.
"Iyadah iya, terserah. Dah, kakak mau tidur dulu. Mending kamu main gih sana sama anak baru itu. Kali aja kamu..." Katanya sambil senderan di sofa dan memejamkan matanya hingga tertidur lelap.
Aku kaget. Aku kira dia tidak tahu kalau ada anak baru di kelasku. Aku menatap ke arahnya. Matanya sudah tertutup. Akhirnya, aku beranjak dari dudukku dan berniat untuk keluar rumah. Aku paling malas diginiin.
Sudah tau aku paling malas keluar rumah, eh malah diginiin. Jahat ih!!!
Kesalku sambil berjalan menuju gerbang rumahku yang berwarna cokelat mengilap. Kalau dipikir-pikir, aku mempunyai tetangga yang sangat baik padaku. Dia sudah nenek-nenek. Namanya Nenek Alma. Aku biasa memanggilnya Nema. Aku mengenalnya dari pertama kali aku menginjakkan kaki di rumah ini. Dulu sebelum aku tinggal disini, aku tinggal di rumah nenekku. Semenjak aku berumur 2 tahun, mama dan papa ku memutuskan untuk pindah dan membeli rumah baru. Rumah inilah yang dibeli olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and I
Teen FictionSahabat, ya. Dia adalah orang yang paling nyebelin namun membahagiakan. Bisa membuat kita tertawa, bisa membuat kita sedih, bisa membuat kita gila. Tapi, bagaimana kalau dia pergi meninggalkan kita? Semua berubah karena dia pergi, dan dia datang.